Surat Keberatan Pendapat Psikolog Sawitri Supardi Sadarjoen

>> Sabtu, 17 Januari 2009

Kepada Yth
Pimpinan Redaksi Harian Kompas
Di
Tempat

Hal : Surat Keberatan Pendapat Psikolog Sawitri Supardi Sadarjoen

Dengan hormat

Baru – baru ini ada banyak pemberitaan dimedia soal menyangkut isu homoseksual, mungkin juga dikarenakan memang momen yang tepat untuk memberikan isu tersebut. Salah satunya harian Kompas, salah satu media yang memberikan pemberitaan soal homoseksual. Pada umumnya memang isu yang diangkat soal homoseksual sangat baik sekali. Tetapi ada pemberitaan soal homoseksual yang dikeluarkan sangat bias dan sama sekali tidak berdasarkan ilmu pengetahuannya sebagai seorang psikolog.
Ini beberapa pendapat Sawitri menyangkut homoseksual :

I. Homoseksual adalah seseorang yang mengalami hambatan dalam perkembangan identitas jenis kelamin.
Bila terjadi pada laki-laki disebut homoseksual, sedangkan bila terjadi pada perempuan disebut lesbian.
Penyebabnya adalah paduan dari faktor hormonal di satu sisi dan lingkungan pada sisi yang lain (seperti, antara lain pola asuh, pergaulan, dan pengalaman erotik seksual terdahulu yang mengesankan dirinya ).
(http://cetak.kompas.com/read/xml/2008/08/24/0110364/psikopat.dan/atau.homoseksual)

II. Psikoterapi.
Psikoterapi, yang diterapkan pada penderita lesbi, baru akan efektif bila penderita memang benar-benar berniat dan bertekad kuat untuk melepaskan diri dari penderitaannya, serta diterapkan sesegera mungkin setelah gejala awal muncul. (http://www2.kompas.com/kesehatan/news/0502/06/163236.htm)

III. Pola asuh
Dari sisi tinjauan perkembangan psikologi manusia, menurut psikolog Sawitri Sapardi Sadarjoen dari Universitas Padjadjaran, Bandung, perilaku homoseksualitas merupakan hasil integrasi aspek bakat dan pola asuh orangtua. (http://www2.kompas.com/kesehatan/news/0601/22/083913.htm)

Dari 3 pendapat Sawitri di atas menurut Our Voice, sebagai lembaga yang bekerja untuk hak – hak kelompok gay dan biseksual laki – laki. Pendapatnya sangat tidak mendasarkan sebagai seorang psikolog. Ada beberapa pendapat Sawitri menurut Our Voice sangat memberikan informasi yang “salah” kepada publik soal isu homoseksual.
Ada beberapa hal yang ingin saya komentari soal pendapat Sawitri :

1. Bahwa Sawitri tidak dapat membedakan apa yang dimaksud dengan orientasi seksual dengan apa itu prilaku seksual. Orientasi seksual diantaranya adalah homoseksual, biseksual, heteroseksual. Sedangkan apa yang dimaksud dengan perilaku homoseksual menurut Sawitri? Apakah prilaku seorang homoseksual akan beda dengan prilaku seseorang dari orientasi seksual yang lainnya seperti heteroseksual dan biseksual. Bukankah prilaku seksual itu sangat tergantung personal orang dan tidak ada kaitannya dengan orientasiseksual. Misalnya prilaku seksual adalah mencium, oral sex, anal sex, berpelukan. Bukankah hal – hal itu juga bisa dilakukan oleh semua orienta siseksual? Kecuali untuk hal – hal yang khusus misalnya penertrasi penis dan vagina hanya bisa dilakukan oleh pasangan heteroseksual dan biseksual.


2. Sawitri mengatakan bahwa homoseksual sebagai dari sebuah penderitaan, dengan kata lain bahwa homoseksual sebagai sebuah penyakit / gangguan pada seseorang. Argumentasi ini sangat tidak mendasar sebagai seorang psikolog, karena menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosa Gangguan Jiwa di Indonesia III (PPDGJ III) F66 bahwa orientasi seksual sendiri jangan dianggap sebagai suatu gangguan seksual (Depkes RI dan WHO tahun 1993 cetakan pertama ).

Dalam buku pedoman tersebut dikatakan seseorang yang dianggap mengalami gangguan psikologis dan perilaku yang berhubungan dengan perkembangan dan orientasi seskual antara lain gangguang maturitas seksual, orientasi seksual egodistonik, gangguan hubungan seksual. Atau juga karena gangguan identitas jenis kelamin seperti transeksualisme, transvestime peran ganda, gangguan identitas jenis kelamin masa kanak – kanan. Ada juga yang dimaksud dengan gangguan preferensi seksual termasuk festishisme, trasnvestisme fetishistik, ekshibionisme, voyeurisme, pedofilia, sadomasokisme, gangguan preferensi seksual multipel.

Para psikolog, psikiater, dan pakar kesehatan jiwa setelah melalui serangkaian riset ilmiah selama 35 tahun terakhir sependapat bahwa homoseksual bukanlah suatu penyakit, gangguan jiwa atau masalah emosional. Tahun 1973, APA menghilangkan istilah "homoseksual" dari daftar penyakit gangguan jiwa dan emosional. Kemudian pada tahun 1990, APA menyatakan bukti fisik tidak menunjukkan bahwa terapi-terapi semacam itu berhasil, malahan lebih banyak merugikan. Mengubah orientasi seksual bukan semata-mata mengubah perilaku seksual seseorang. Perubahan ini harus mengubah emosi, perasaan seksual, perasaan romantis seseorang, serta menyusun kembali konsep diri, dan identitas sosial seseorang.(http://www.geocities.com/gibfplus/gibf6.htm).
Dari informasi ini seharusnya Sawitri mengacu pada pedoman pengetahuan ilmu psikolog yang terbaru dan tidak menggunakan nilai – nilai pribadi yang diyakininnya.

3. Homoseksualitas mengacu pada interaksi seksual dan/atau romantis antara pribadi yang berjenis kelamin sama. Kemudian homoseksual sendiri dibagi dua yaitu gay digunakan sebagian besar untuk mengacu pada orang-orang yang mengidentifikasi dirinya sebagai homoseks, tanpa memandang jenis kelamin. Tetapi kemudian perkembangannya gay sendiri lebih pada mengacu pada laki – laki yang suka laki – laki. Dan kemudian Lesbian adalah suatu istilah tertentu yang hanya digunakan untuk merujuk kepada wanita homoseks. (http://id.wikipedia.org/wiki/Homoseksualitas).

Homoseksual merupakan salah satu dari tiga jenis orientasi seksual, yaitu ketertarik pada sesama jenis; yang kedua adalah heteroseksual, tertarik pada orang dari jenis kelamin berbeda; dan yang ketiga adalah biseksual, tertarik pada kedua jenis kelamin. Orang-orang yang dianggap homoseks kadang-kadang disebut gay (pria dan wanita) atau lesbian (wanita). Orientasi Seksual merupakan salah satu dari empat komponen seksualitas yang terdiri dari daya tarik emosional, romantis, seksual dan kasih sayang dalam diri seseorang dalam jenis kelamin tertentu. Orientasi seksual berbeda dengan perilaku seksual karena berkaitan dengan perasaan dan konsep diri. Orang-orang mungkin atau mungkin tidak menunjukkan orientasi seksual dalam perilaku mereka. (http://www.geocities.com/gibfplus/gibf6.htm)

Jadi kalau Sawitri mengatakan bahwa untuk laki – laki disebut dengan homoseksual, ini sebuah kesalahan dalam membuat sebuah penjelasan soal istilah homoseksual.

Dari uraian diatas kami dari Our Voice meminta kepada Sawitri Supardi Sadarjoen melalui Harian Kompas :

1.Meminta Sawitri kedepanya untuk dapat berhati – hati dalam memberikan pendapat khususnya untuk isu – isu orientasi seksual khususnya menyangkut homoseksual dan biseksual. Jika memang masih belum paham soal suatu isu saya berharap seorang psikolog khususnya Sawitri harus dapat mencari informasi yang sesuai dengan dasar ilmu pengetahuannya. Sehingga informasi yang diberikan nya tidak ”menyesatkan” bagi publik.

2.Meminta kepada Sawitri Supardi Sadarjoen untuk menyampaikan kepada publik melalui harian Kompas soal kesalahan dalam hal membuat analisa khususnya soal homoseksual dan biseksual dari berita sebelumnya.

3.Meyarankan kepada Harian Kompas untuk dapat mencari tenaga – tenaga ”ahli” dalam hal ini psikolog yang benar – benar berpegang pada ilmu pengetahuan ilmiahnya bukan pada nilai – nilai dogma pribadi yang diyakini. Karena kami tahu bahwa Kompas selama ini adalah salah satu media Nasional yang sangat mempunyai kredibilitas yang sangat tinggi untuk kepercayaan publik.

Demikianlah surat keberatan ini kami buat, atas perhatiannya dan kerjasamanya kami ucapkan banyak terima kasih. Mohon maaf jika ada kata – kata dan kalimat yang kurang tepat digunakan dalam isu surat ini.

Wasalam


Toyo

Sekum Our Voice

1 komentar:

Unknown 4 Juni 2009 pukul 07.36  

coba baca baik-baik dan akal sehat dech.....analisis dari sawitri...


kamu klo ngak tau apa-apa tentang psikologi jangan negativ thingking napa c??????

aku dah liat koq, analisisnya..ngak ada yang salah??? sesuai dengan teori, n penggunaanya tepat...

baca, baik-baik yang dimaksud sawitri,homoseksual bukan penyakit, TAPI JADI MASALAH(buat yg ngerasa aj lo) kalau homoseksual tersebut ngak bisa nyaman dengan orientasi seksualnya!!

n psikologi, tidak lagi ngebahas homoseksual sebgai penyakit, tapi bagaimana caranya orang homoseksual nyaman dengan keadaanya....seperti itu,,tapi itupun sulit, karena norma budya di indonesia beda