Manjam

>> Selasa, 27 Oktober 2009


Tentu saja artikel seperti ini tak laku di koran. Semoga teman-teman facebook berkenan membacanya.

Saat ini, http://manjam.com sangat popular di kalangan gay. Situs ini membuka peluang seorang gay kenal gay lain dari seluruh dunia. Tentu saja harus jadi member dulu (free). Sebagai pendukung, setiap member diberi fasilitas upload foto, video, profile, desire, appearance, lifestyle, partner ideal, adult interest, dan preference sexual (top, bottom, versatile). Apabila suka cowok berbulu, tinggal cari foto cowok yang banyak bulunya. Apabila gay top, tinggal cari pasangan gay bottom. Atau ingin cari gay dekat-dekat rumah, tinggal cari gay satu kota. Setelah sreg di hati, lalu saling kirim pesan, tukar nomor handphone, bikin janji, dan menjalani saat-saat mendebarkan bertemu cowok idaman. Cocok atau nggak cocok itu urusan belakangan. Yang penting bertemu duluan. Mau berlanjut ke ranjang atau main cinta-cintaan itu bisa diatur kemudian. Gampang sekali, bukan?

Internet memang menakjubkan. Menerabas segala sekat dan pembatas, sekaligus menciptakan ruang-ruang privat. Di tengah stigma negatif dan diskriminasi, internet menjadi pilihan gay, terutama yang belum coming out, malas ke tempat ngeber, atau sibuk membangun citra laki-laki sejati di mata orang lain. Tak akan ada yang tahu kalau seorang cowok yang khusyuk di depan komputer sedang mencari cowok lain. Pun tak ada yang peduli kalau dua cowok berjumpa di sebuah café sedang dirundung geletar asmara. Internet menjadi media alternatif dari realitas hidup yang sumpek. Keinginan dapat tersalurkan, sekaligus identitas gay tidak terbongkar. Manjam dan media lain, seperti: YM, Mirc, milis-milis, facebook, dan friendster, seolah jejaring surga tempat gay merayakan bahagia. Hidup lebih mudah. Terkenang betapa repotnya kala belum ada internet. Harus sewa kotak pos, menulis berlembar-lembar surat cinta, menempel perangko, lari ke kantor pos, dan sabar menanti penuh debar sepucuk surat balasan. Ah, sungguh melelahkan. Tapi, keinginan tetaplah keinginan dan jalan selalu terbuka bagi yang mau berusaha. Persis pepatah klasik: tak ada jalan raya, jalan setapak pun jadi (pepatah asli bikinan AS—Antok Serean—).

Tetapi, bagi saya pribadi, eksistensi manjam sebuah ironi. Kenapa harus lewat jalan setapak kalau jalan raya terbuka lebar? Rupanya jalan raya yang tampak lebar itu penuh ular berbisa. Bisa itu dapat berbentuk caci-maki, hinaan, tamparan, pengasingan, pemukulan, atau pemaksaan. Ada gay yang berani melangkah di jalan raya, tentu saja resiko dipatuki ular. Tapi, mayoritas gay memilih jalan setapak demi rasa aman. Tidak ada yang salah di sini, sekedar strategi pertahanan diri. Yang salah ular-ular itu, sok punya hak mengadili gay yang tak melakukan kesalahan apa-apa. Entah apa yang ada di pikiran ular-ular itu. Sulit diterima akal tindak diskriminasi dianggap satu kewajaran. Gay digampar, lesbian dipaksa kawin, waria diusir dari rumah. Duh, sungguh menyedihkan—persis cerpen Kartu Nama karya Antok Serean yang tak laku itu—. Logika yang bisa diterima adalah ular-ular itu tak punya pikiran.

Jangan tersinggung. Gay yang pantas tersinggung. Sebab di tengah gegap-gempita dunia, gay teralienasi di dalamnya. Ular-ular itu dengan bangga umbar katrisnan di muka umum, gandengan tangan, pelukan, ciuman, tanpa rasa sungkan. Giliran gay yang melakukan semua itu, ular-ular pada ribut, ngamuk, bikin skandal, dan terus-menerus mematuk dengan bisa yang menyakitkan. Pun ketika ular jatuh cinta, dengan mudah bilang “aku cinta padamu”. Tidak bagi gay. Berhadapan dengan cowok yang disukai, tapi belum jelas orientasi seksualnya, merupakan siksaan. Harus melakukan pendekatan berlapis-lapis, itu pun belum tentu berhasil, sembari menahan gelora di dada, hanya bisa menatap wajah idaman yang tampan, mencermati indah bulu dada, dan geregetan pada misteri di balik celana.

Gay yang saya kenal dari manjam—datang dan pergi—meninggalkan kesan menyesakkan. Cerita-cerita tertutup kabut, pergulatan batin tak tuntas, sekaligus keinginan-keinginan tak tertebus. Laki-laki beristri dengan satu anak cantik terjebak biduk rumah tangga, brondong usia 20-an menangis saking takutnya diketahui orangtua, pemuda ganteng pasang harga atas tubuhnya demi perut terganjal makanan, laki-laki mapan blingsatan setiap kali berhadapan dengan pertanyaan,”Kapan kawin?”, cowok bertubuh atletis bekerja keras mengolah tubuh di gym agar orang lain tak tahu dia gay. Cerita-cerita itu menjadi daftar panjang tak berkesudahan, hadir terus-menerus bagai lingkaran tak terputus.

Hak atas tubuh, hak merasakan bahagia, dan hak menyampaikan pemikiran selalu terbentur tembok-tembok kenyataan. Kenyataan yang tak berpihak pada gay. Sekali lagi, persoalan tidak terletak pada gay, tapi pada ular-ular itu. Ular-ular itu butuh pencerahan agar tak seenak udelnya menunjuk sana-sini sok paling benar sendiri. Homophobia harus dihapuskan. Jangan pula menuntut gay untuk menghancurkan tembok-tembok kenyataan bila tak ada jaminan keamanan. Pemakluman iya, sebab manjam setidaknya bikin gay sejenak bernafas lega.

Kasus yang terjadi pada Hartoyo, seperti tertuang dalam buku Biarkan Aku Memilih (Penerbit Elex Media Komputindo, 2009) jangan sampai terulang lagi. Itu tamparan keras yang mengoyak harga diri gay dan melukai hak asasi manusia. Kebrutalan ular-ular melampaui batas yang diterima nalar. Betapa siksaan dipandang sebagai sesuatu yang layak diterima gay. Cih! Dan ular-ular itu dengan naïfnya terus mereproduksi alat-alat pembenar untuk mencederai nilai kemanusiaan. Buta pada dunia yang meneriakkan International Day Againts Homophobia (IDAHO) setiap tanggal 17 Mei, kajian psikiatri terkini yang menempatkan gay sederajat dengan heteroseksual, dan memalingkan muka dari sejarah yang mengakui tokoh-tokoh besar, seperti Iskandar Agung, Oscar Wilde, dan Leonardo Da Vinci tergila-gila molek tubuh laki-laki.

Pada akhirnya, semua ini terkait dengan pilihan. Persis pilihan saya keluar dari zona aman dan nyaman kerja di industri, nekat terjun bebas jadi penulis (amatir) yang ambivalen dengan perut lapar. Saya memilih menyibak kabut, melangkah di jalan raya, dan tak peduli dipatuki ular. Bukan saatnya mengabadikan nelangsa, saatnya menantang realita. Maka, saya putuskan menutup account manjam.

Antok Serean, penulis biseksual.

Surabaya, 28.10.2009, 10.25 PM

Read more...

ASB:Pluralisme Bagi Guru Sekolah Minggu

>> Senin, 26 Oktober 2009

Aliansi Sumut Bersatu(ASB) sebagai satu jaringan LSM dan individu di Sumatera Utara telah melakukan kegiatan pelatihan pendidikan pluralisme bagi guru-guru sekolah minggu. ASB sendiri adalah jaringan yang fokusnya untuk mengembangkan pendidikan pluralisme,seksuali tas dan feminisme di Sumatera Utara. ASB selama aktif melakukan advokasi RUU Pornografi, Ranperda Pornogarfi dan Pornografi di Sumut serta kebijakan yang anti pluralisme. ASB sendiri berdiri pada tahun 2006 dilatar belakangi adanya RUU APP pada saat itu.

Pelatihan pendidikan pluralisme untuk guru sekolah minggu dilatar belakangi oleh lemahnya guru-guru sekolah minggu dalam pemahaman soal keberagaman. Terutama meyangkut hak-hak anak dalam melihat realita perbedaan dalam konteks perdamaian di Indonesia.

Guru sekolah minggu sendiri adalah orang yang bertugas "menggantikan" pendeta memberikan pendidikan soal ajaran Kristen kepada anak-anak. Sehingga kegiatannya hampir sama dengan kebaktian umat kristen. Tapi metodenya berbeda dengan orang dewasa, lebih menggunakan cara-cara bernyanyi. Termasuk mengajarkan berdoa dan beribadah menurut ajaran masing-masing "aliran" kristen. Guru sekolah minggu ini dipilih oleh gereja dengan cara masing-masing gereja.

ASB melihat bahwa guru sekolah minggu menjadi strategis untuk mengembangkan pendidikan Pluralisme untuk perdamaian kepada anak-anak. Sehingga diharapkan anak-anakyang beragama Kristen dan aliran gereja A tetapi tetap bisa menghargai orang yang berbeda darinya.

Pada pelatihan ini pesertanya berjumlah 20 orang, laki-laki 3 orang dan 17 perempuan. Masing-masing peserta berasal dari perwakilan GKPS 3 org, BNKP 2 org,GKPPD 2 org,HKBP 10 org,HKI 2 org dan 1 org dari LSM anak.

RTL nya adalah masing-masing perwakilan gereja membuat potensi dan tantangan dalam pelayanan sebagai guru sekolah minggu yang dikaitkan dengan keadilan gender, hak anak dan pluralisme. Dan kemudia diharapkan peserta dapat membuat bahan-bahan praktek khotbah berdasarkan perspektif tersebut.

Pelatihan ini difasilitasi oleh Veryanto sitohang (Koordinator ASB), Redima (staff ASB) dan narasumber adalah Erlina Pardede yang bicara tentang peranan guru sekolah minggu dalam gereja untuk perspektif anak dan keadilan gender menurut kajian alkitab.

Kegiatan kali ini dilaksanakan pada tanggal 15-17 Okt 09 dengan materi yang dibahas soal keadilan gender, hak anak dan kekerasan terhadap anak dan pluralisme. Kemudian peserta juga akan menganalisis pelayanan yang diberikan selama ini.

Dari diskusi peserta ternyata selama ini guru sekolah minggu masih mempraktekan kekerasan-kekerasan terhadap anak dalam memberikan pelayanan kepada anak. Ada praktek-praktek hukuman yang menurut pembahasan teman-teman merupakan pelanggaran dari hak anak. Selain itu untuk soal pluralisme peserta masih kuat "meng aku kan" gereja aliranya. Sehingga kritik dan otokrtik masih belum terjadi secara kondusif antara peserta. Walau secara umum dinamika peserta sangat baik sebagai langka awal. Karena guru sekolah minggu sendiri baru pertama mendapatkan informasi soal isu-isu ini. Yang seharusnya menjadi tugas gereja kepada umatnya.

Ada hal yang juga seru didebatkan oleh peserta soal seruan meyebarkan firman tuhan VS Pluralisme. Konsep "kristenisasi" kadang juga dirasakan oleh teman-teman guru sekolah minggu. Tetapi peserta mencoba belajar bagaimana agama-agama dapat tumbuh dan berkembang tanpa harus memaksa untuk mencari umat sebanyak-banyaknya. Minimal isu ini mulai dibuka dalam pelatihan sebagai bagian dari pendidikan pluralisme bagi guru-guru sekolah minggu.

Diharapkan kegiatan-kegiatan seperti ini bukan hanya dilakukan untuk gereja-gereja Protestan saja, tetapi juga bisa dilakukan pada agama Khatolik, Budha, Hindu maupun Islam di Sumatera Utara. Dan kemudian suatu saat akan ada media saling berbagi dan bersama menyatukan pandangan soal kebangsaan dalam keberagaman dimasing-masing agama.Harapan ini dapat dilakukan oleh ASB kedepannya, Amin.


Salam


Toyo

Read more...

>> Sabtu, 24 Oktober 2009


Berawal menghadiri satu diskusi fokus yang diadakan oleh salah satu LSM di Jakarta di sebuah hotel. Sebelum acara karena ingin ke toilet saya pun masuk ke toilet laki-laki. Seperti biasa yang selama ini saya lakukan. Beda dengan teman waria yang kadang sering bingung masuk ke toilet mana?

Sayapun masuk biasa saja tanpa ada rasa ketidaknyaman, karena berpikir akan berjalan seperti biasa saja. Ruangan toilet sangat bersih, terdiri dari tempat cuci muka dengan perlengkapan kaca dan pengiring. Kemudian juga ada tempat sendiri buang air kecil yang berjejer. Satu lagi ruang sekat-sekat kamar kecil yang didalamnya ada toilet untuk buang air besar. Secara posisi dan fasilitas terkesan tidak masalah dengan diriku dan juga mungkin buat orang lain nyaman.

Saat itu ada acara pertemuan LSM, yang sudah pasti fasilitas toilet digunakan oleh teman-teman. Kemudian diteman-teman LSM juga sudah saling tahu soal identitas seksualitasku sebagai seorang gay. Sejauh ini masih sangat menghargai sekali dalam prilaku dan penghormatan terhadap diriku.

Pada saat saya masuk ke toilet ternyata didalam ruangan salah seorang teman sedang memperbaikin pakaiannya. Kemudian karena melihat saya masuk, reaksi tubuh dan wajahnya berubah total. Dan ada sikap yang berusaha menutupi tubuhnya. Pada saat itu kejadiannya didepan tempat cuci tangan sehingga terbuka dan jelas terlihat jika ada orang yang masuk. Sebenarnya waktu saya masuk tidak terlihat apapun yang berkaitan dengan sensualnya. Dan saya sendiri tidak berpikir yang aneh-aneh pada saat itu. Tapi karena bahasa tubuh teman saya itu tidak bisa dipungkiri dia tidak nyaman sekali. Akhirnya saya juga merasa tidak nyaman pada saat itu. Ada dalam pikiran bahwa aku tidak tepat waktunya ke toilet.

Ini bukan kejadian yang pertama, tapi ini sering sekali terjadi kalau misalnya dalam kegiatan2 yang banyak orang tahu identitasku. Saya pernah punya pengalaman di Hotel dalam satu pelatihan, salah satu teman sekamarku merasa sangat tidak nyaman sekali ketika aku satu kamar dengan nya. Ini memang bukan salah temanku juga. Tapi ini lah faktanya yang harus dilihat lebih jauh. Saya sebagai seorang gay juga merasa tidak nyaman kalau ada orang yang tidak nyaman atas kehadiran saya. Baik didalam kamar maupun di toilet laki-laki. Begitu juga mungkin teman yang lain terhadap diriku.

Dari pengalaman itu, aku berpikir bahwa toilet selama ini sangat bias heteroseksual. Sehingga membuat semua orang tidak nyaman. Baik kelompok heteroseksual maupun homoseksual. Walau kadang toilet sering menjadi media untuk melakukan pelecehan yang banyak dilakukan oleh kelompok homoseksual kepada pihak lain. Misalnya sering sekali toilet-toilet dijadikan cerita-cerita sensual bagi teman-teman gay. Mungkin ini salah satu cara karena ruang seksualitas yang sempit bagi gay atau mungkin juga karena kurang bisa memahami apa itu pelecehan seksual bagi kelompok gay. Tapi faktanya bahwa toilet-toilet yang terbuka walau sudah dibedakan khusus laki-laki ataupun perempuan justru sering membuat tidak nyaman seseorang ataupun menjadi tempat pelecehan seksual. Menurut saya yang paling aman kalau ingin dibedakan laki-laki dan perempuan tetapi tetap bersekat-sekat kamar dan masing-masing kamar kecil dilengkapi dengan toilet, tempat buang air kecil, kaca sampai cuci muka. Sehingga ruang privatenya tetap terjaga. Satu sama lain tidak merasa terganggu.

Sehingga butuh rancangan bangunan yang memang tidak heteroseksentris untuk toilet. Agar setiap orang bisa lebih nyaman. Memang kalau orang lain tidak tahu identitasku menjadi biasa saja dan saling nyaman saja. Ini akan menjadi masalah kalau orang tahu identitasku, seperti yang sudah saya sampaikan diatas.

Sepertinya perancangan toilet kedepannya harus berdasarkan orientasi seksual bukan hanya dasarnya jenis kelamin biologis yang sangat heteroseksual. Padahal Arsitektur juga banyak yang homoseksual mengapa tidak sensitif dengan hal-hal begini:):)


Salam


Toyo

Read more...

Hewan Tidak Selalu Hetero!!

>> Senin, 19 Oktober 2009



By :Soe Tjen Marching
Ringkasan seminar di GAYa NUSANTARA

LGBTiQ (Lesbian, Gay, Bisexual, Transeksual, interseksual dan Queer) seringkali menjadi marginal atau minoritas dalam masyarakat kita, karena mereka dianggap tidak normal. Yang paling sering terdengar juga adalah pendapat kalau seksualitas seperti ini tidak ada pada hewan. Tentu saja ini keliru. Saat ini, telah ditemukan lebih dari 450 jenis binatang yang bisa dimasukkan dalam LGBT ini.

Pendapat akan ketidak normalan LGBTiQ juga seringkali muncul dari keyakinan bahwa mereka tidak ada fungsinya dalam masyarakat, terutama karena seks di Indonesia masih sering dianggap sebagai kelangsungan generasi atau spesies. Memang seringkali ada yang menuduh bahwa kalau terlalu banyak kegiatan LGBTIQ ini, maka kelangsungan hidup spesies akan terganggu. Bila semua jadi LGBTIQ, maka manusia akan musnah. Dan karena itu, hal ini harus dilarang.

Tapi, pada beberapa binatang, kalau kegiatan homoseksualnya tinggi, kegiatan heteroseksualnya ikut tinggi. Jadi, LGBTiQ itu hanya kegiatan seksual yang berbeda pilihan atau kegemaran. Bukannya masalah normal atau tidak normal.

Pada monyet yang bernama Bonobo - jenis monyet yang kesamaan DNA-nya dengan manusia adalah sekitar 98% - homosekualitas itu amat umum. Mereka ini monyet yang cukup cinta damai. Dan perdamaian dalam mereka ini juga dicapai dengan seks. Aktifitas lesbian pada hewan ini ternyata cukup tinggi. Dan para lesbian ini kadang-kadang bersatu untuk mendominasi para jantannya. Tapi bukan berarti prokreasi jadi rendah. Justru terkadang bayi-bayi Bonobo punya dua ibu yang membagi tugas sebagai orang tua, dan mereka ternyata cukup berhasil.

Dalam spesies tertentu, binatang yang mempunyai partner homoseksual punya status lebih tinggi. Misalnya, pada angsa hitam atau gorilla.

Sebenarnya dunia hewan ini lebih luwes daripada manusia dalam hal seksualitas, karena manusia seringkali ngotot: pokoknya harus ada 2 gender saja - laki-laki & perempuan. Dunia hewan mengenal hermaphrodite. Biasanya ada dalam ulat, serangga, beberapa jenis ikan. Hermaphrodite ini punya 2 jenis kelamin. Jadi, mereka “self service”. Tapi tidak berarti mereka ini tidak berhubungan seks dengan yang lain. Lalu, ada lagi jenis lain dalam dunia binatang. Yaitu: Parthenogenesis atau perawan yang melahirkan. Biasanya ditemukan di beberapa jenis ikan, kadal dan serangga. Jadi, dalam alam ada saja jenis kelamin yang bukan laki-laki tapi juga bukan perempuan; dan mereka juga ikut serta dalam reproduksi dan regenerasi.

Penelitian-peneliti an seperti ini yang akhirnya membuat pada bulan Agustus 1995, sebuah Konferensi Internasional tentang perilaku hewan pertama kalinya meresmikan bahwa pengakuan adanya topik penelitian tentang homoseksual dalam dunia binatang.

Tentang reproduksi: Banyak orang yang mengira kalau seks bagi binatang itu tujuan utamanya adalah reproduksi. Padahal, banyak sekali binatang yang aktif secara seksual tapi tidak bereproduksi. Beberapa anjing laut, zebra, rusa dan jerapah hidup bertahun-tahun lamanya tanpa pernah bereproduksi. Dan menopause tidak saja ada dalam alam manusia tapi juga dialami oleh binatang. Ini tidak membuat mereka menghentikan aktifitas seksualnya. Jadi, seks itu tidak melulu untuk reproduksi.

Kalau orang berpendapat bahwa kontrasepsi itu hanya dikenal dalam dunia manusia, karena itu ini tidak alamiah, ini anggapan yang juga salah. Dunia binatang juga mengenal kontrasepsi. Misalnya, beberapa jenis monyet mengunyah daun yang bisa mencegah kehamilan. Beberapa jenis mamalia seperti monyet, tupai, landak dan kelelawar juga bisa mengeluarkan sejenis lapisan penutup supaya sperma tidak masuk. Jadi, mereka ini juga mengenal bermacam tehnik kontrasepsi yang cukup canggih.

Bahkan, kalaupun binatang itu sudah mempunyai janin atau telur, kalau mereka melakukan hubungan seks yang terlalu bersemangat, hubungan ini bisa merusak janin atau telur itu. Tidak tahu apa ini disengaja atau tidak. Tapi, ini berarti seks itu bisa tidak produktif untuk reproduksi.


Dalam dunia manusia (ini kalau manusia ngotot mau dibedakan dari hewan). Di Indonesia, rasanya manusia ini tidak bisa hidup secara mandiri. Tidak pernah rasanya mereka diterima sebagai individu. Konsep warga Negara itu selalu dalam bentuk keluarga heteroseksual.

Reproduksi masih dianggap penting. Bersamaan dengan itu, ada Keluarga Berencana – yaitu membatasi reproduksi. Jadi, ada pengakuan kalau reproduksi yang terus menerus itu tidak baik bagi kemakmuran manusia sendiri. Artinya, tidak selamanya reproduksi itu baik. Tapi, dalam pembatasan ini, masih ada konsep bahwa reproduksi itu perlu dan bahkan seperti keharusan.

Sekarang, dengan lingkungan yang semakin buruk, polusinya makin tinggi, kesadaran bahwa manusia ini adalah bagian dari alam itu amat perlu. Dalam rantai makanan, sayangnya, produsen ini semakin lama semakin sedikit. Saat ini, fungsi manusia dalam rantai makanan justru tidak seefektif kepik. Artinya, jumlah manusia ini sudah terlalu amat sangat kebanyakan dalam ekologi.

Kemudian, ada yang namanya biodiversity atau biodiversitas. Ini yang mempertanyakan teori Darwin. Dalam biodiversitas, bukan lagi survival of the fittest yang penting, tapi keberagaman dalam spesies itu yang bisa menunjang kelangsungan hidup mereka.

Lalu apa yang terjadi sekarang di Indonesia? LGBT masih dianggap jauh lebih berdosa atau lebih kotor daripada perokok atau koruptor.

Read more...

Ringkasan Seminar 15 Okt 09

>> Minggu, 18 Oktober 2009

Ringkasan hasil seminar Pemetaan Respon Masyarakat Sipil terhadap Kebijakan Syariah di Indonesia yang diadakan oleh Kapal Perempuan. Secara umum acaranya sukses walau narasumber Ibu Musdah Mulia tidak bisa hadir dalam acara tersebut karena sedang berada di Bali.

Peserta yang hadir sekitar 50 orang sesuai dengan target panitia. Ada pemaparan yang menarik dari teman2 Aceh (Norma Manalu) soal proses Qanun Jinayat ini. Dari mulai suka duka dalam melakukan advokasi. Menurut teman2 Aceh bahwa sebenarnya sebelumnya perwakilan dari LSM menjadi team ahli. Tetapi masukan dari LSM selalu tidak pernah dimasukan oleh team pansus qanun. Sehingga perwakilan dari LSM mengundurkan diri karena tidak mau bertanggungjawab atas isi qanun jinayat ini. Tapi situasi ini lah yang membuat semakin sulit mendapatkan update dari proses qanun ini berjalan sehingga pada detik2 terakhirlah LSM mendapatkan dokumennya.

Oh ya bagi teman2 yang mau mendapatkan dokumen qanun dapat di download di www.blog.ourvoice.or.id masuk ke link kemudian cari qanun jinayat dan ada juga hukum acara jinayat.

Kemudian kalau pengalaman di NTB, Beauty (LBH APIK NTB) memaparkan bagaimana sulit mengadvokasi perda2 dan peraturan soal prostitusi. Ada banyak cap buruk yang di lekatkan pada pembela HAM yang bekerja untuk isu2 perjuangan hak2 kelompok homoseksual, prostitusi. Ternyata fenomena ini terjadi bukan saja di NTB, Aceh, Jakarta tapi hampir diseluruh Indonesia. Jika kita berjuang untuk hak-hak kelompok PSK maka dianggap setuju dgan pelacuran dan dicap sebagai orang Kafir. Melekatkan pada yang tidak bermoral selalu dilekatkan pada orang2 yang bekerja untuk isu sensitif, apalagi yang berkaitan dgan aturan yang bernuansa formalisasi Islam. Ini yang membuat teman2 aktivis ada yang tidak siap untuk itu.

Situasi ini yang membuat para pejuang HAM merasa sendiri, bahwa teman2 dekatpun mencoba menghindar kalau sudah mendiskusikan soal jilbab, PSK maupun homoseksual. Apalagi menurut teman2 isu-isu homoseksual masih sangat sulit sekali diperjuangkan. Karena ada tekanan dari kelompok homoseksual sendiri maupun di kelompok HAM juga masih ada orang2 yang tidak "selesai" soal hak2 kelompok homoseksual. Sehingga hujatan terus dilontarkan sebagai orang yang anti Islam dan tidak beragama kepada orang2 yang bekerja untuk isu2 ini.

Bukan hanya hujatan sampai kekerasan dan meyerang keluarga. Misalnya Beauty dari NTB diminta untuk memindahkan anaknya sekolah karena sekolah tidak mau terlibat yang akhirnya dicap buruk juga. Kemudian sampai merusak tinggal dan menteror dngan mendatangkan preman2 didepan rumah. Lapor polisi pun tidak ditanggapi.

Dari temuan ini, ternyata bukan hanya perda2 yang bernuansa syariat Islam saja yang berkembang, tetapi ada perlawanan dari kelompok lain seperti Kristen membuat perda Injil. Misalnya di Manokwari yang sedang membuat rancangan peraturan daerah yang judulnya Kota Injil. Jadi didalamnya sangat bernuansa Kristen. Begitu juga di Bali terjadi didesa Sesetan dari hasil penelitian Kapal perempuan soal adanya diskriminasi yang dialami kelompok muslim di Bali yang dianggap the others. Penelitian ini dengan cara partisipatif dengan menggunakan kartu penilaian. Semua proses dilakukan oleh masyarakat setempat, dari mulai fasilitator, pencatat dan pesertanya. Kapal perempuan sebelumnya melakukan pelatihan fasilitatornya.

Menurut teman2 bahwa fenomena saling mengunggulkan kelompok sendiri akibat dari reformasi yang salah dipahami oleh pemerintah sehingga lupa pada konteks kebangsaaan yang dibangun atas dasar keberagaman.

Sehingga pemerintah lebih senang membuat aturan yang mengatur moral personal warganya daripada mengatur hajat hidup orang banyak seperti pendidikan dan kesehatan.

Sebenarnya perda2 yang mengatur moral dapat di indikasi kegagalan pemerintah mensejahterahkan rakyatnya. Misalnya kalau konteks pelacuran, tidak ada orang yang lahir mau menjadi pelacur dalam konteks Indonesia. Tetapi pelacuran yang terjadi di Indonesia karena kemiskinan dan adanya system yang tidak adil bagi perempuan. Sehingga tidak ada pilihan menjadi seorang pelacur. Misalnya karena korban kekerasan dalam rumah tangga, korban perdagangan orang dan juga korban dari sistem ekonomo global yang rakus yang merugikan perempuan.

Dalam konteks ini tubuh perempuan menjadi ajang pertarungan kekuasaan. Dalam konteks negara perempuan disimbolkan sebagai moral bangsa. Kalau perempuannya baik maka negaranya baik, itu yang selalu disimbolkan pada tebuh perempuan. Tapi sayangnya simbol kebaikan perempuan selalu dilekatkan dengan jilbab, patuh dan diam dengan keputusan laki-laki. Hal seperti ini lah yang meyebabkan lahirnya perda2 yang hampir semuanya merugikan perempuan. Semua menyimbolkan bahwa perempuan adalah orang yang harus diatur2 untuk membuat negara dan masyarakat ini bermoral. Bukannya keadilan bagi rakyat dan mengapa orang jadi pelacuran yang harus diselesaikan tetapi malah mengkriminalkan pelacurnya.

Cara pandang dan tindakan seperti ini yang ingin dikatakan sebagai kegagalan pemerintah mensejahterakan rakyatnya. Semakin banyak pelacur2 perempuan dan waria keliaran dijalan maka akan semakin menunjukkan kedunia bahwa kemiskinan dan ketidakadilan masih banyak terjadi di Indonesia. Dan Ironisnya di Indonesia semakin tinggi saja angka korupsi yang dilakukan oleh pejabat pemerintah yang doyan nya membuat perda2 kriminalisasi pelacur.

Ketua Komnas HAM (Ifdhal Kasim) menambahkan bahwa ada aturan ebuah tindakan dapat dikenakan sebagai sebuah kriminal. Kalau yang meyangkkut soal etika, nilai agama yang multitafsir dan norma2 yang personal tidak semua dapat dikriminalkan. Harus ada unsur yang merugikan orang lain dan merugikan kepentingan publik. Melihat kepentingan publik juga harus dikaji lagi dengan tidak yang sangat subjektif.

Kalau melihat isi qanun jinayat yang isinya akan mengkriminalkan hal2 yang bersifat moral berpersonal seseorang. Hukuman yang ada di Qanun jinayat ini sudah ribuan tahun dihapuskan oleh di negara2 maju. Karena memang apa yang ada di qanun jinayat ini ribuan tahun yang lalu juga dikriminalkan dinegara2 maju seperti dibeberapa negara Eropa. Situasi ini yang membuat semakin masyarakat Eropa migrasi ke USA. Tapi sekarang dinegara2 maju sudah mengganti semua hukumnya dengan semakin majunya hak asasi manusia. Tapi sayangnya mengapa qanun ini justru membuat hal yang yang sudah lama ditinggalkan oleh bangsa2 besar. Ungkapan ini dipertegas lagi oleh Ibu Nursyahbani Katsungkana, yang meyatakan bahwa dibanyak negara2 Timur Tengah yang mayoritas muslim justru sekarang sudah berlomba-lomba untuk maju, misalnya di Dubai bagaimana negara ingin terus mensejajarkan dan menunjukkan kepada dunia kalau ingin menjadi negara yang terus maju.

Tetapi mengapa Indonesia justru sibuk mengurusi hal2 yang sangat personal ini??

Kemudian hasil seminar akan dijadikan bahwa advokasi untuk menghentikan ratusan perda yang bernuansa agama di Indonesia yang sangat diskriminasi pada kelompok perempuan dan marginal lainnya. Termasuk kelompok homoseksual. Sehingga mohon dukungan semua pihak.

Read more...

Uruguay will soon be permitted to legally change their name and gender

>> Kamis, 15 Oktober 2009

Trans men and women in Uruguay will soon be permitted to legally change their name and gender under a new bill passed by the government.

It will come into force once it is signed by president Tabare Vasquez and means that trans people will be able to change their name and gender on all legal documents, such as passports and birth certificates.

The Roman Catholic Church and opposition conservatives argued that the change in law could allow gay people to marry.

However, an amendment was inserted so that documents would be changed and archived, rather than the originals destroyed.

Only those over the age of 18 can legally change their name and gender, while people must wait five years before being permitted another change.

Uruguay has seen a number of LGBT rights victories this year.

In September, it became the first Latin American country to allow gay adoption.

In May, the country lifted a ban on gays serving in its military.

The ban was imposed under the 1973-85 military dictatorship. Under it, people with "open sexual deviations", which includes homosexuality, were banned from entering the military academies.

Legislation to recognise civil unions was passed in December 2007.

http://www.pinknews.co.uk/2009/10/13/uruguay-approves-bill-to-allow-trans-people-to-change-names-and-gender/

Read more...

Support decriminalisation of Homosexuality at UN!


Posted by Maurizio Cecconi

(ANSA) - Rome, October 14 - The Italian Senate's vote to throw out a bill aimed at protecting gays from hate-crimes is a step backward for human rights, United Nations High Commissioner for Human Rights Navi Pillay said Wednesday.

''Gays and lesbians deserve full protection under the law,'' said Pillay, adding that governments should take extra measures ''to protect them from violence and discrimination' '.

The bill, which would have raised penalties against acts of violence motivated by homophobia, was torpedoed in the Senate on Tuesday on the grounds that it gave unequal protection to gays in violation of the constitution.

The head of gay-rights group Arcigay Aurelio Mancuso called the vote a ''shameful display which humiliates the dignity of homosexuals' '.

The vote unleashed a firestorm within the opposition Democratic Party (PD), which put the law forward, when one if its key senators, Paola Binetti, voted to scrap the bill.

The Catholic senator justified her vote Wednesday saying that ''the bill was ambiguous'' and that she had ''voted in line with her conscience'' .

Following Tuesday's session, the bill's author and gay rights advocate Paola Concia said she was ''ashamed of the parliament'' .

Concia also called on the PD ''to choose between my position and Binetti's''.

''The party has to tell me whose side it's on,'' demanded Concia during an Italian television interview, adding that the ''state has to tell its citizens that homophobia is a crime''.

Interim party Secretary Dario Franceschini said that Binetti's vote ''made her presence in the PD a serious problem''.

A number of senators of the majority voted in favour of the bill, which has garnered support from more liberal-minded members of the centre-right including House Speaker Gianfranco Fini.

After the bill was thrown out, Welfare Minister Mariastella Carfagna said that she would present the cabinet with a new bill for harsher penalties on all crimes motivated by discrimination ''including those against gays''.

Italy has seen a wave of anti-gay attacks this year, the most recent this weekend when a couple of men holding hands were attacked by a gang of young men in the center of Rome.

Read more...