Butch, Femme dan Androgini (Lesbian)

>> Selasa, 20 Januari 2009

Saya baru saja melihat film pertaruhan yang didalamnya ada cerita buruh migran di Hongkong. Cerita dua orang perempuan yang menjalin kasih sesama perempuan. Iya adegan pasangan lesbian. Sebuah gerakan revolusioner seksualitas dalam deretan cerita film tersebut.
Yang merupakan bagian hak - hak seksual perempuan. Film itu berhasil mengangkat isu lesbian dengan baik sehingga menjadi isu yang lebih populis bagi publik.

Dalam film itu diceritakan dua perempuan yang (maskulin) berpacaran dengan perempuan (feminin). Hubungan pasangan lesbian yang macho dan feminin memang banyak terjadi dalam relasi pasangan lesbian. Sosok perempuan yang maskulin/macho yang biasa disebut dengan Butch berpasangan dengan perempuan yang feminin yang disebut dengan Femme. Butch akan berperan aktif secara seksual sedangkan yang femme sebaliknya.

Bahkan ada sebagian butch mengaku tidak mau disentuh oleh pasangan femme nya. Sampai ada yang paling radikal seorang butch tidak mau membuka bajunya pada saat berhubungan sex. Alasannya akan terlihat payudaranya yang besar dan adanya vagina. Maka ada banyak kejadian seorang butch akan berusaha menekan dengan berbagai cara agar payudaranya tidak membesar.

Termasuk membalutnya dengan kain atau menggunakan baju berlapis. Simbol - simbol keperempuanan biasanya paling tidak disukai. Seperti rok, lipstik, rambut panjang dan bra. Sehingga sebagian kelompok butch menggunakan istilah untuk dirinya "terperangkap tubuh yang salah". Maksudnya merasa diri laki - laki tetapi tubuhnya perempuan.

Menurut penelitian Prof Saskia ( ahli seksualitas dari Belanda), bahwa dari 10 butch yang diteliti di Indonesia. Dan mereka adalah dekat anggota Koalisi Perempuan Indonesia. Bahwa 9 orang merasa diri tidak nyaman bergabung dengan banyak perempuan. Dan satu lagi mengaku bahwa dirinya adalah laki - laki.

Sehingga peran - peran domestik yang diperankan oleh butch hampir sama yang dilakukan oleh laki - laki heteroseksual (suami). Merasa diri kuat, melindungi dan sosok partriaki lainya. Begitu juga bagi yang Femme akan menjadi "istri" yang baik dengan cara diam, penurut dan lemah lembut. Peran - peran itu persis yang kita lihat dalam film Pertaruhan pada film pertama soal pasangan lesbian buruh migran di Hongkong. Sehingga sebutan papa - mama/ayah - bunda juga dilekatkan pada butch - Femme kalau kita temui sehari - hari di Indonesia.

Sangat jarang sekali seorang butch akan berpacaran dengan butch, begitu juga sebaliknya. Pemisahan itu secara otomatis sangat kuat. Tetapi disisi lain ada kelompok lesbian lain yang dapat memerankan keduanya yang biasa disebut dengan Androgini. Artinya seorang perempuan yang dapat aktif dan pasif dalam seksualitas (dapat menyentuh dan disentuh). Sehingga androgini dapat membangun relasi dengan seorang butch, femme maupun androgini sendiri.

Istilah butch dan femme ini sebetulnya merupakan wacana dan konsep “kuno” yang dulu awalnya digunakan oleh kelompok-kelompok lesbian kelas pekerja di Amerika yang memanfaatkan waktu senggangnya di bar-bar. Sejarahnya istilah ini dipakai pada tahun 1940-an sampai 1960-an dan memang dimaksudkan untuk membedakan lesbian yang berpenampilan lebih maskulin/tomboy dengan istilah butch, dan lesbian yang berpenampilan feminin dengan istilah femme. Malah ada salah satu bar lesbian di Massachusetts yang memisahkan kamar kecilnya dengan tanda pada depan pintunya "butches" dan "femmes” (David Bianco, Butch – Femme Culture ). Sebuah imitasi yang sangat berlaku umum untuk kaum hetero yang memisahkan toiletnya dengan tulisan ”Laki-laki” dan ”Perempuan”.(http://satudunia.oneworld.net/?q=node/2039)

Gerakan lesbian memberikan kontribusi yang besar soal pelabelan itu. Sebagian aktivis lesbian mengkampanyekan bahwa pelabelan itu menjadi tidak penting untuk membedakan peran - peran sosial. Yang lebih penting adalah menyangkut relasi hubungan yang setara dan adil. Tidak jarang aktivis lesbian Indonesia menjalin pasangan butch dan butch atau Femme dan Femme. Pada umumnya teman - teman aktivis lesbian meyakini bahwa seksualitas manusia itu sangat cair (dapat berubah - ubah), termasuk juga soal orientasi seksual.

Pelabelan jika terus dikokoh apalagi pada peran - peran sosial maka akan berdampak pada diskriminasi dan kekerasan. Sehingga ada banyak kasus kekerasan yang terjadi pada pasangan lesbian. Yang dilakukan oleh Butch kepada pasangan Femme nya.


Karena dalam sebagian pikiran seorang Butch bahwa dia adalah laki - laki yang punya kekuatan untuk mengontrol pasanganya (Femme). Ini lah yang banyak terjadi sekarang dikalangan pasangan Lesbian. Ini yang sekarang didobrak oleh aktivis lesbian soal kekerasan dalam pasangan lesbian. Jadi konsep dan pikiran heterosentris (terpusat pada heteroseksual) dan partriakis (laki - laki yang utama) juga masuk dalam pikiran seorang lesbian. Bahwa pasangan manusia itu harus ada yang maskulin - feminin. Maka tidak jarang seorang butch biasanya akan berharap dapat mengubah jenis kelamin nya menjadi laki - laki. Walau tidak semua butch ingin melakukan itu.


Wasalam


Toyo

Mampang, 20 Januari 2009

1 komentar:

Anonim 4 Mei 2009 pukul 09.28  

Mantaps tangs for the info....