Penyiksaan itu “Makanan Pokok” Anggota Polisi Indonesia

>> Kamis, 29 Januari 2009

Kalau harus menceritakan lagi pengalaman yang pernah aku alami bukan hal yang mudah bagi diriku. Minimal aku harus membutuhkan energi dan menjadi “marah” lagi terhadap kejadian itu. Tapi ini adalah konsekuensi pilihan ku untuk menjadi seorang survivor.

Malam itu dimana aku mendapatkan perlakuan yang sangat tidak manusiawi oleh sekitar 7 orang aparat kepolisian Polsek Banda Raya Propinsi Nanggroe Aceh Darusalam.
Kejadian itu pada tanggal 21 – 22 Januari 2007. Berawal aku yang dituduhkan sebagai tersangka pelaku pencabulan.

Aku sebelum berada di kantor polsek Banda Raya mendapatkan pemukulan dari massa (masyarakat). Masyarakat melakukan tindakan main hakim sendiri karena aku dianggap melakukan tindakan amoral dikamar saya sendiri. Tadi nya aku berpikir bahwa pihak kepolisian akan melindungi aku dari amukan massa tersebut. Tapi harapan ku mendapatkan perlindungan dan keamanan dari pihak kepolisan hanya isapan jempol belaka. Setelah aku sampai di kantor polsek Banda Raya yang dibawah oleh anggota polisi. Aku benar – benar kaget karena tiba – tiba aku dipaksa untuk membuka baju dan celanaku. Iya aku diminta telanjang bulat begitu juga teman ku.

Dan kemudian aku diminta untuk saling memegang alat kelamin dengan teman ku. Aku disuruh oleh polisi berpelukan dan diminta memegang penis satu sama lain. Dan kemudian disuruh oleh polisi onani bersama – sama. Aku menolak dan protes atas tindakan itu, tapi apa yang aku dapat malah pemukulan dan hujatan – hujatan. Selain itu aku juga diminta untuk melakukan oral sex didepan polisi tersebut. Sambil kemudian polisi yang ada ditempat itu melihat adegan itu sambil tertawa – tawa. Dan sambil terus memukuli diri ku dan teman ku.

Aku bukan hanya diam, aku melakukan perlawanan dengan protes kepada pihak polisi. Bahwa aku sebagai tersangka dan polisi tidak berhak menyiksa aku seperti ini. Tapi bukannya aku dimasukan tahanan tetapi semakin pemukulan semakin diarahkan kepada diriku. Bukan cuma onani dan berpelukan saja yang dipaksakan kepada diriku, aku malah dipaksa oral sex didepan polisi. Selain itu aku kemudian disemprot dengan air dihalaman kantor Polsek pada dini hari (sekitar pukul 03.00 WIB). Tak kalah biadab nya polisi kemudian memerintahkan teman ku untuk mengencingi kepala ku. Benar – benar kejadian yang sampai sekarang tidak pernah bisa aku lupakan.

Aku dipukuli dan dilecehkan secara seksual dari mulai pukul 23.00 wib sampai 04.00 wib esok harinya. Belum puas anggota polisi melakukan penyiksaan terhadap diriku dan teman ku. Kemudian salah seorang anggota polisi menempelkan senjata laras panjangnya dibagian anus ku. Hujatan demi hujatan terus dilontarkan kepada diri ku dan teman ku sebagai orang yang dianggap tidak bermoral. Polisi melakukan penyiksaan yang sangat tidak manusia padahal aku masih dalam posisi tersangka. Belum sama sekali dilakukan penyidikan kepada diri ku. Aku diperlakukan tidak lebih buruk dari binatang.

Anggota polisi terus melakukan penyiksaan kepada diriku, setiap ada polisi yang baru datang kemudian dengan enak memukuli ku. Seperti sudah menjadi budaya dan mengidap sakit jiwa anggota polisi yang ada pada waktu itu.

Ironisnya dari semua polisi yang ada di tempat kejadian, tidak ada satu orang pun anggota polisi yang melarang penyiksaan itu terjadi. Paling hanya diam dan melihat adegan – adegan penyiksaan yang aku alami. Bukan cuma disiksa, barang – barang ku seperti hand phone juga disita oleh pihak kepolisian. Sehingga aku tidak dapat menghubungi teman dan saudara ku bahwa aku sedang disiksa oleh anggota polisi malam itu.

Pada saat pemeriksaan oleh petugas pagi harinya, aku pun menceritakan semua kejadiannya. Dari mulai kamar ku dirusak oleh massa, dipukuli sampai aku disiksa oleh anggota polisi. Kemudian pada saat aku diminta membaca hasil pemeriksaan. Aku tidak setuju karena pihak penyidik tidak menuliskan penyiksaan yang dilakukan oleh anggota polisi. Penyidik hanya menuliskan proses kepada aku dipukuli oleh massa. Sehingga aku keberatan untuk menanda tangani surat penyidikan itu. Padahal aku sudah menceritakan semua bahwa aku disiksa oleh anggota polisi di kantor Polsek ini. Tapi kemudian pihak penyidik mengatakan kepadaku bahwa kalau mau dituliskan penyiksaannya maka akan lama proses nya lagi. Waktu itu kondisi ku benar – benar sudah trauma sekali dengan penyiksaan yang terjadi tadi malam. Pikiran ku hanya satu bagaimana aku bisa keluar dari tahanan ini. Karena aku tidak sanggup membayangkan lagi kalau harus ditahan lagi. Pasti polisi akan melakukan penyiksaan lagi kepada diriku.

Pada saat pemeriksaan juga aku tidak didampingi oleh pengacara ataupun teman ku. Temanku yang ada pada waktu itu dilarang mendampingi ku. Kemudian aku juga tidak ditanya apakah aku akan memanggil seorang pengacara atau tidak.
Selain itu juga penyidik tidak menjelaskan kepada ku apa yang menjadi hak dan kewajibanku sebagai seorang tersangka. Belum lagi selama aku didalam tahanan (sekitar 16 jam lama) , saya tidak diberikan air dan makanan apapun sedikitpun. Kalaupun saya makan nasi itu dari uang saya sendiri yang dibantu dibelikan oleh anggota polisi.

Hand phone ku yang disita diberikan pada saat saya keluar dari kantor polisi sekitar pukul 16.00 wib pada tanggal 22 Januari 2007. Sedangkan penyitaan hand phone saya sekitar pukul 23.00 Wib tanggal 21 Januari 2007. Pada saat selesai penyidikan saya sebagai tersangka tidak diberikan bukti apapun apalagi berkas penyidikan. Karena menurut saya ini merugikan diri saya sebagai tersangka untuk proses selanjutnya.

Singkatnya kemudian aku bisa keluar dari tahanan atas bantuan teman – teman LSM Perempuan di Aceh. Dan aku keluar tanpa mengeluarkan uang. Tetapi mungkin sekali karena aku mendapat dukungan oleh banyak teman – teman LSM di Aceh. Mungkin jika aku dan teman ku saja mungkin akan lain ceritanya. Walaupun aku bebas tanpa membayar, tetapi masih ada seorang staff di kantor polsek tersebut yang meminta uang kepadaku sebesar Rp 150.000 rupiah. Memang pihak polisi tidak memaksa aku untuk memberi tetapi sudah terlalu malas sekali aku berurusan dengan polisi – polisi ini pikir ku. Sehingga daripada banyak cerita akupun memberikan uang itu yang tidak jelas untuk apa maksudnya.

Kemudian aku sebagai tersangka tidak terbukti dan akhirnya dikeluarkan oleh pihak kepolisian. Setelah aku keluar dari tahanan, aku pun melaporkan para pelakunya kepada pihak kepolisian. Walau teman ku yang juga disiksa melarang dan keberatan untuk memperpanjang kasus penyiksaan ini.
Tapi saya terus maju untuk menuntut para pelaku penyiksaan terhadapku. Dengan bantuan teman – teman LSM saya melapor ke kepolisian di Jakarta, tapi kemudian saya harus melapor ke propinsi kejadian (yaitu Nanggroe Aceh Darussalam) pada bulan Maret 2007. Karena ini aturan internal kepolisian, karena pelakunya pangkat / jabatannya masih rendah. Kecuali pelakunya adalah jabatan yang tinggi.

Pada saat melapor ke Polda NAD saya didampingi oleh pengacara LBH Banda Aceh dan YLBHI Jakarta. Dan proses penyidikan berjalan lancar dengan proses yang cepat dan pelayanan yang baik dari pihak kepolisian. Kemungkinan karena aku dibantu oleh salah seorang pekerja LSM International di Banda Aceh yang sangat dikenal oleh pihak kepolisian NAD. Selain juga aku didampingi oleh dua orang pengacara. Pada saat proses penyidikan saya dibantu oleh pengacara dan teman – teman LSM untuk melakukan advokasi bersama. Kami pun melakukan desakan untuk segara para pelaku ditindak tegas. Baik dari LSM Indonesia, Komnas HAM maupun pihak International. Padahal aku untuk memilih melaporkan para pelaku sebuah pilihan yang mungkin terlalu berat buat diriku. Karena pelakunya adalah polisidan penyidiknya juga para polisi.

Ada beberapa hal yang aku hadapi dalam melakukan penuntutan kepada pihak kepolisian,
Pertama : Penyidik hanya sibuk mencari saksi dalam hal ini temanku itu. Padahal temanku sudah ketakutan dan tidak tahu dimana tempat nya lagi. Dia sendiri sudah tidak bisa dikontak untuk diminta keterangan sebagai saksi. Polisi dalam hal ini penyidik tidak berusaha untuk mencari bukti – bukti lain untuk menjerat para pelaku penyiksaan tersebut. Misalnya bisa saja Kapolsek yang sudah jelas mengakui didepan teman – teman LSM Aceh bahwa anak buahnya memang melakukan penyiksaan. Selain ada banyak bukti dari teman – teman LSM yang tahu bagaimana aku diperlakukan selama di tahanan (walau itu pagi hari). Sehingga proses peradilan nya sampai tertunda – tunda, dari mulai awal Maret 2007 baru disidangkan pada tanggal 8 Oktober 2008. Penyidik terus saja meminta saksi teman saya untuk dapat hadir. Dan polisi bukan nya berusaha menemukan saksi tersebut tetapi malah meminta saya dan pengacara untuk menemukannya.

Kedua, pihak kepolisian pada saat menerima laporan dari ku sebagai korban penyiksaan. Ataupun aku sebagai tersangka tidak diberikan hasil penyidikan maupun terhadap hasil penyidikan kasusku. Begitu juga pada saat aku melaporkan pelaku penyiksaan tersebut. Yang aku terima hanya bukti bahwa aku telah melaporkan pelakunya. Walau aku sebelum menandatangi diminta untuk membacanya. Tetapi berkas laporan maupun penyidikan pelakunya, aku sebagai tersangka maupun korban tidak sama sekali diberikan. Ini menjadi sulit untuk melacak atau memonitoring proses penyidikan sampai pengadilan untuk melihat apakah ada mafia peradilan dalam hal ini.

Ketiga, pada saat saya melakukan pelaporan dan dilakukan test visum oleh dokter dalam hal ini psikiatri. Hasilnya juga tidak jelas dan sangat tidak indepent. Karena setelah saya diperiksa oleh seorang psikiatri. Pihak psikiatri kemudian melakukan rapat tertutup dengan pihak kepolisian yang sama sekali tidak melibatkan saya sebagai korban maupun kuasa hukum saya.

Ini menjadi rawan sekali hasil keputusan test visum tersebut karena pelaku penyiksaannya adalah pihak polisi. Akan sangat mungkin sekali bahwa hasil visum dari psikiatri tersebut dipengaruhi oleh pihak kepolisian. Selain itu juga hasil visum tidak diberikan kepada saya sebagai korban. Kemudian saya melakukan tes lain lagi (test psikologi) atas permintaan dokter psikiatri tersebut. Esok harinya. Dan saya diharuskan membayar sebesar (sekitar Rp 600.000, agak lupa besarannya) oleh pihak Psikiatri dalam hal ini kepala Rumah Sakit Jiwa Banda Aceh. Hasil test psikologi itu memang diberikan kepada saya. Tetapi saya tahu bahwa hasil test kedua ini tidak berhubungan dengan test visum pertama.

Ketiga, pada proses pengadilan justru aku sebagai saksi / korban malah oleh hakim aku diperlakukan tidak tidak adil lagi. Hakim malah menasehati aku. Hakim sudah seprti layaknya ulama. Misalnya bahwa apa yang aku lakukan merupakan dosa besar. Jadi Hakim malah masuk kepersoalan pribadi saya sebagai seorang gay. Bukan pada persoalan yang sedang diperkarakan. Dan hakim seperti membenarkan perlakuan penyiksaan tersebut. Dengan mengatakan bahwa kalau tidak dilakukan akan terjadi Tsunami lagi.
Hasil persidangan tindakan penyiksaan terhadap aku malah dijadikan Tindak Pidana Ringan (Tipiring). Yang memutuskan 4 orang anggota polisi bersalah. Tetapi tidak dihukum dalam tahanan dan hanya mengganti biaya Rp 1.000. Proses persidangannya dengan hakim tunggal (Sugeng Budianto, SH). Kemudian penyidik sekaligus menjadi jaksa penuntut yang juga dari pihak kepolisian (Sujono, S.sos).

Dari proses panjang yang terus aku lalui ini menjadi semakin sulit para tersangka untuk berani melaporkan pelaku penyiksaan. Selama ini para tersangka akan memilih diam dan beranggapan bahwa hal biasa apabila dilakukan penyiksaan kepada tersangka dalam proses pemyidikan. Seperti yang dikatakan teman saya itu.
Kalaupun harus melaporkan penyiksaan tersebut akan sangat sulit sekali mendapatkan keadilan. Seperti kasus yang aku alami ini. Belum lagi prosesnya yang sangat berbelit dan sulit sekali.
Sehingga dari mulai pihak kepolisian sampai hakim pun melakukan tindakan yang sama sekali tidak berpihak pada penegakan hak asasi manusia.

Sehingga menurut aku sebagai tersangka dan sekaligus korban penyiksaan mestinya harus ada kebijakan yang benar – benar membuat jerah para pelaku penyiksaan. Kemudian harus dipikirkan juga bagaimana seorang korban penyiksaan lebih aman dan berani melaporkan kasus – kasus penyiksaan yang dilakukan oleh kepolisian.


Dalam proses peradilan terutama menyangkut penyidikannya yang pelaku penyiksaannya adalah anggota polisi, harus ada cara bagaimana proses pengadilan itu dapat benar – benar adil. Karena pelaku penyiksaanya adalah polisi dan penyidiknya juga polisi (jeruk makan jeruk). Ini akan semakin rawan sekali terhadap indepent penyidikan berlangsung. Sehingga ini semakin sulit keadilan akan didapat oleh para korban penyiksaan seperti aku dan korban – korban yang lainnya. Belum lagi proses peradilannya dari data – data yang juga tidak transparan kepada publik. Sehingga sangat tidak fair kalau pihak polisi menuntut para korban penyiksaan dipersalahkan karena tidak melapor atau tidak mau menjadi saksi pada kasus penyiksaan yang dilakukan oleh anggota polisi.

Akhirnya muaranya adalah harus ada reformasi hukum dan adanya sistem pendidikan bagi kepolisian maupun hakim / jaksa bahwa penyiksaan itu tidak dapat dibenarkan dilakukan oleh siapapun dan dalam situasi apapun. Siapapun orangnya dia tidak berhak mendapatkan penyiksaan, apalagi masih sebagai tersangka. Mesti nya azas praduga tak bersalah harus dijunjung tinggi oleh lembaga peradilan di Indonesia.


Wasalam


Hartoyo
Diskusi Publik : Hak – hak Tersangka dan Terdakwa Dalam RUU KUHAP. Gedung LBH Jakarta, Jum’at, 30 Januari 2009

Read more...

PM.Lesbian.Pertama.di.Dunia


REYKJAVIK, KAMIS - Islandia akan mengumumkan pejabat sementara perdana
menteri (PM) pekan ini. Uniknya, dia adalah politisi yang secara
terbuka mengungkapkan dirinya sebagai lesbian. Dengan kata lain,
Johanna Siguroardottir, 66, adalah kepala negara penyuka sejenis
pertama di dunia.

Dalam biografi resmi Siguroardottir disebutkan pasangan perempuannya,
yaitu Jonina Leosdottir, penulis berusia 54 tahun. Pasangan ini punya
dua anak yang sudah dewasa. Islandia memang mengesahkan perkawinan
sejenis pada 1996 dan memberi hak yang sama dengan pasangan heteroseksual.

"Kalau pun dia lesbian, tidak jadi soal. Dalam hal ini kami sangat
liberal dan ini tidak pernah menjadi sebuah isu bagi dia sebagai
politisi," kata Olafur Sigurdsson, Wakil Dubes Islandia di Washington.

Siguroardottir, anggota Parlemen Islandia sejak 1978, Selasa (27/1),
ditunjuk oleh Partai Aliansi Sosial Demokratik menjadi caretaker PM
menyusul jatuhnya koalisi pemerintahan negara itu, Senin (26/1).
Tugasnya mengatasi tingginya angka pengangguran dan sistem perbankan
yang amburadul.

Mantan pramugari ini pernah menjabat sebagai menteri sosial antara
1978-1994. Jabatan yang sama dipegangnya lagi pada 2007 hingga sekarang

http://www.kompas.com/read/xml/2009/01/29/1025278/PM.Lesbian.Pertama.di.Dunia

Read more...

Tayangan Kebanci-bancian Pengaruhi Kekerasan Terhadap Waria

Kamis, 29/01/2009 13:08 WIB

Rachmadin Ismail - detikNews

Jakarta - Tayangan kebanci-bancian diprotes juga oleh kaum waria.
Mereka menilai tayangan tersebut menjadi penyulut perlakuan
diskriminatif di masyarakat.

"Peran-peran di tayangan televisi selalu negatif dan menjadikan waria
sebagai objek lelucon," ujar Ketua Yayasan Arus Pelangi Widodo
Budidarmo.

Hal tersebut ia sampaikan saat pemaparan tentang hasil Pertemuan
Nasional Waria I di Restoran Omah Sendok, Jl Senopati, Jaksel, Kamis
(29/1/2009).

Selain peran, Widodo juga menyoroti para artis yang sering tampil
sebagai banci. Dalam pengamatannya, tidak semua artis tersebut paham
tentang sosok waria sebenarnya.

"Mereka tidak paham apa itu waria, ketika Aming, Olga, atau Tessy
tampil, justru malah semakin merusak citra," tambah mantan waria ini.

Ketua Forum Ikatan Waria Yuli Rottoblaut juga meminta agar media tidak
melulu mendiskriminasikan waria. Menurut dia, masih banyak waria yang
saat ini berprestasi di berbagai bidang.

"Bahkan beberapa dari kami ada juga yang sempat mencalonkan diri
menjadi pejabat publik," jelasnya.

Yuli juga memaparkan angka kekerasan yang banyak menimpa kaumnya. Di
beberapa daerah, masih terjadi kekerasan yang mengatasnamakan kelompok
agama dan aparat.

"Bahkan kalau ada waria yang mencuri motor, waria lainnya yang tidak
tahu apa-apa jadi korban," pungkasnya.

Read more...

Rokok, Golput dan Homoseksual

>> Rabu, 28 Januari 2009



Bahwa kita tahu MUI baru saja mengeluarkan fatwa Haram Rokok dan Golput. Fatwa rokok haram awalnya untuk semua, tapi kemudian ada "tekanan" dari pihak mana - mana. Salah satunya adalah wapres Jusug Kalla. Maka akhirnya fatwa haram rokok hanya untuk anak, perempuan hamil dan didepan umum.

Begitu untuk fatwa haram golput , setelah ada tekanan dari para pemimpin partai seperti Hidayat Nur Wahid dan beberapa pimpinan partai lainnya. Maka MUI akhirnya mengeluarkan fatwa haram juga kepada orang Islam yang Golput pada Pemilu 2009. Hanya MUI dan penguasa yang tahu ada permainan didalam nya.

Tapi aku pikir tidak terlalu bodoh umat untuk menilai kepentingan apa yang ada dibalik halal - haram yang dikeluarkan oleh MUI sekarang ini. Atau bahkan fatwa - fatwa sebelumnya.
Begitu juga fatwa soal aborsi yang sekarang membolehkan untuk perempuan korban perkosaan. Yang dulu MUI melarang keras.

Saya tidak akan melihat dalam konteks apakah fatwa ini menjadi keuntungan bagi umat atau tidak.Karena kalau itu butuh analisa yang mendalam lagi soal siapa sebenarnya yang dintungkan dalam fatwa tersebut??

Saya akan melihat dari konteks dikeluarkannya Fatwa MUI itu, ada beberapa catatan :

1. Bahwa Fatwa halal dan haram itu adalah hasil pemikiran manusia dalam hal ini ulama yang tergabung dalam MUI. Jadi tidak semua ulama setuju dengan fatwa MUI itu. Apalagi umat, pasti banyak yang tidak setuju. Kita bisa lihat pro dan kontra nya di TV. Misalnya NU tetap tidak setuju bahwa rokok itu haram. Nu menganggap merokok itu makruh.

2. Ternyata persoalan halal - haram itu juga dipengaruhi oleh banyak faktor salah satunya adalah kekuasaan. Siapa yang punya power dapat memberikan pengaruh apakah ini halal atau haram.
Sehingga soal halal - haram terggantung pesanan siapa...
Dalam hal ini saya sedang tidak menghina Islam. Mohon teman - teman pahami maksud pendapat saya. Bahwa aku sedang bicara soal halal dan haram dalam pandangan ulama bukan Tuhan. Itu keyakinan ku, sama MUI juga punya keyakinan lain.

3. Bicara halal - haram itu artinya hanya persoalan tafsir manusia saja (MUI).
Pertanyaannya apakah yang berhak menyatakan halal dan haram itu hanya ulama yang tergabung di MUI?? Atau hanya ulama saja baik yang bergabung MUI atau tidak??
Apakah saya sebagai seorang muslim tidak punya hak menyatakan dan meyakini pendapat sendiri bahwa ini adalah halal dan haram ?? Minimal untuk diri saya sendiri.

Apakah urusan halal dan haram hanya otoritas para ulama, dalam hal ini MUI?
Terus bagaimana konsep ajaran Islam bahwa keyaninan adalah urusan individu dengan Tuhan nya? Kenapa akhirnya harus juga diserahkan kepada ulama dalam hal ini MUI untuk urusan halal - haram?
Bukan kah jadinya halal - haram itu jadi sangat kontekstual bagi setiap orang dan banyak unsur kepentingan ?

So kalau begitu apa bedanya MUI dengan sistem kepausan yang juga sama - sama mengeluarkan "fatwa" bagi umatnya? Seperti larangan aborsi dan soal homoseksual baru - baru ini oleh Paus?
So, dimana kemerdekaan beragama saya dengan Tuhan? Yang katanya sudah diberikan kepada setiap orang. Mengapa ulama merebut hak saya sebagai umat Tuhan?

4. Kalau soal halal dan haram bisa ditawar berdasarkan kepentingan. Berarti semua hal yang menyangkut halal - haram, dosa - pahala bisa ditawar - tawar juga dong.
Ini kan menunjukkan bahwa tafsir itu memang sangat subjektif sekali.
Tetapi mengapa untuk banyak hal, persoalan halal - haram, dosa - pahala seprti sudah tidak pernah bisa didialogkan lagi? Seperti sudah kunci rapat - rapat.
Misalnya untuk persoalan homoseksual ( yang jelas saya punya kepentingan dalam hal ini).
Mengapa ulama - ulama, dalam hal MUI sudah begitu kakunya melihat persoalan homoseksual.
Seperti sudah tidak ada lagi ruang dialog membahas tafsir yang lain menyangkut soal dosa dan tidak dosa terhadap homoseksual??
Dalam konteks homoseksual mengapa MUI tidak bersikap seperti yang terjadi pada fatwa rokok, golput dan aborsi? Yang masih ada tawar menawarnya.

Apakah karena kelompok homoseksual bukan penguasa dan bukan wakil presiden? Apakah kalau misalnya saya menjadi presiden Indonesia suatu saat nanti, urusan fatwa halal - haram soal homoseksual akan mempunyai cerita lain lagi?
Pertanyaan ini terus menggeletik saya pada saat membaca berita soal fatwa halal - haram dari MUI baru - baru ini.


Wasalam


Toyo

Read more...

Diskusi homoseksualitas

>> Minggu, 25 Januari 2009

Dialog ini terbit di milis Indo-Marxis pada tahun 1999.

Dari "Sosialisme di Dunia Moderen":

Kita juga harus melawan penindasan terhadap kaum homoseksual dan lesbian (gay). Kaum gay seringkali dikambing-hitamkan sebagai biang keladi dari masalah-masalah sosial, padahal justru mereka yang menjadi korban.

Penindasan terhadap kaum gay juga berkaitan dengan keperluan sistem kapitalis untuk memproduksi tenaga kerja dan struktur-struktur ideologis lewat keluarga "normal". Orang yang tidak menyesuaikan diri untuk memainkan peranan sebagai laki-laki atau perempuan "normal" dianggap sebagai ancaman terhadap ketertiban sosial. Prasangka ini tercerminkan pula dalam struktur-struktur sosial-budaya, dimana kaum gay dianggap tidak senonoh, dan bisa di-PHK, dipukul, bahkan dibunuh lantaran gaya hidup mereka yang lain.

Sebetulnya kita semua dirugikan oleh situasi ini, karena terpaksa kita harus hidup menurut pola tindak-tanduk yang kelewat sempit (konservatif). Makanya, semestinya kita menyambut dengan antusias munculnya organisasi gay dewasa ini yang memperjuangkan hak-hak mereka.

Surat-menyurat dari milis "Indo-Marxis":

Dari seorang peserta: "Aku tertarik dengan permasalahan gay. Sekarang ini kaum homoseksual sudah banyak keluar', menunjukkan diri mereka sebenarnya, misalnya di salah satu >acara tv swasta (sorry lupa) yang pesertanya banyak gay. Dari penganut agama yang fanatik jelas sulit menerima kehadiran mereka, bahkan di keluarga pun banyak yang dikucilkan. Ini tentu tak lepas dari sistem negara kita yang tidak memberi tempat bagi kaum homoseksual (bahkan cross-dressing pun tidak bisa diterima! Padahal perempuan bebas memakai baju laki-laki, tapi kalau laki-laki memakai rok, atau daster?)."

Julian: Hak perempuan untuk pakai celana juga harus diperjuangkan; saya masih ingat pada tahun 1970 ada seorang cewek kulit hitam yang bekerja di tempat saya juga kerja; dia orang kulit hitam yang pertama yang boleh bekerja di perusahaan tersebut (ini di Amerika). Dan dia muncul dengan celana jeans. Karena masalah ras begitu peka, kaum majikan tidak berani melarang celana jeans itu. Itu pertama kali mereka izinkan perempuan memakai celana.

"Aku kurang paham kaitannya dengan kapitalisme."

Julian: Beberapa pikiran dulu, nanti saya cari data dan referensi. Hal ini sudah menjadi perdebatan yang kompleks. Tapi pada dasarnya saya kira soal ini berkaitan dengan penindasan terhadap perempuan. Peranan laki-laki dan perempuan masing-masing ditentukan secara keras oleh tatanan sosial yang ada (itu kami jelaskan dalam teks tentang masalah gender). Sehingga seseorang yang tidak menerima peranan tersebut dianggap mengancam tatanan sosial. Jadi segala macam pantangan dikembangkan oleh pemerintah, lembaga-lembaga agama dsb dan kemudian menjadi sebagian dari ideologi kapitalisme.

Kiriman tambahan dari Julian:

Saya diminta memberi penjelesan tentang hubungan antara kapitalisme dan penindasan terhadap kaum gay, dengan referensi. Dalam balasan pertama saya tulis bahwa ini berkaitan dengan penindasan terhadap perempuan. Peranan laki-laki dan perempuan masing-masing ditentukan oleh tatanan sosial (melalui mekanisme-mekanisme yang cukup kompleks tentunya) dan fenomena homosekual-lesbian tidak bisa ditolerir karena melanggar batasan antara peranan itu.

Dan saya baru temukan sebuah referensi yang menarik. Komentar yang berikut saya ambil dari Jeffrey Weeks, "Capitalism and the Organisation of Sex", dalam "Homosexuality: Power and Politics", Allison & Busby, London, 1980.

Di Inggeris, homoseksualitas tidak dilarang sebelum tahun 1885. (Setelah tahun itupun, para lesbian tidak dihiraukan sama sekali.) Yang dilarang adalah bersodomi, tetapi itu juga ilegal buat para heteroseksual. Di sini kita sudah melihat satu aspek yang penting: sodomi tentu saja diharamkan karena hubungan seks dianggap sesuatu yang dimadsudkan untuk bikin anak, dalam konteks perkawakinan antara lelaki dan perempuan, supaya harta si lelaki bisa diwariskan dsb.

Meski demikian, homoseksualitas baru menjadi masalah besar setelah timbulnya kapitalisme. Menurut Jeffrey Weeks, seorang ahli di bidang ini yang berhaluan kiri: "sejak pertengahan abad XVIII bentuk keluarga monogami dan heteroseks semakin ditekankan dalam ideologi borjuis sebagai unit dasar dalam masyarakat. Masyarakat beralih dari model keluarga yang menekankan garis silsilah dan reproduksi tradisi keluarga (sehingga yang penting adalah memilih calon istri/suami dari keluarga lain yang sesuai) kepada sebuah model yang menekankan pilihan pribadi berdasarkan keinginan emosional. Sekurang-kurangnya dalam ideologi, yang menyatukan keluarga itu adalah cinta dan seks ... Tekanan ini asal-usulnya bisa ditemukan dalam perkembangan ekonomi (pemisahan kaum perempuan dari kerja sosial), ideologi (tekanan yang lebih besar pada perbedaan antara laki-laki dan perempuan serta konstruksi sosial dari sifat-sifat "kelelakian" dan "kewanitaan") dan politik (karena keluarga selama abad XIX dilihat sebagai faktor pokok bagi menjamin kestabilan serta mengurangi ketegangan sosial, dan sebagai tempat berlindung pribadi yang damai dan tenteram) ..."

Homoseksual(itas) sebagai identitas (dan istilah homoksekual itu sendiri) baru muncul pada saat itu.

Komentar dari Dede Oetomo:

Kw. Julian yang budiman

Secara umum, penindasan terhadap apa yang sekarang kita kenal dengan konsep homoseksualitas, perilaku homoseksual, dan kaum gay, lesbian dan biseksual, dihubungkan dengan institusi keluarga (n.b. heteroseksual) di dalam kapitalisme. Dalam hal ini kita mengikuti pemikiran Marxis yang diuraikan Engels dalam tulisannya "The Origin of the Family, Private Property and the State". Ideologi keluarga, hak milik pribadi dan negara inilah yang mengharamkan homoseksualitas, karena bertentangan dengan asas bahwa keluarga sebagai institusi ekonomi dalam sistem kapitalis bersifat heteroseksual dan monogami.

Perlu juga diingat dalam hubungannya dengan kapitalisme adanya dan dipertahankannya fetisyisme perbedaan homoseksual-heteroseksual itu sendiri, padahal kita tahu bahwa dalam kenyataan keadaannya jauh lebih kompleks daripada dikotomi seperti itu. Fetisyisme ini juga menindas mereka yang sebetulnya tidak patut atau tidak pas dikotakkan dalam satu orientasi seksual atau yang lainnya, melainkan memiliki kompleksitas sendiri.

Kajian yang sedang ditulis mengenai homoseksualitas di Indonesia, oleh Thomas Boellstorff di Universitas Stanford, jelas menunjukkan bahwa penindasan bagi mereka yang telanjur terjebak dalam kekakuan identitas tadi berbentuk heteroseksisme, yakni ideologi dominan bahwa hanya hubungan heteroseksual monogam di dalam keluarga-lah yang sah.

Untuk meninjau masyarakat seperti Indonesia, di mana ada berbagai formasi sosial sekaligus, perlu dibedakan dalam formasi sosial mana seseorang yang berperilaku homoseksual, berorientasi homoseksual ataupun beridentitas homoseksual/gay berada. Dalam hal ini kajian yang komprehensif telah dilakukan dan diterbitkan dalam _New Left Review_ (No. 218, July/August 1996) oleh Peter Drucker, berjudul "'In the Tropics There Is No Sin': Sexuality and Gay-Lesbian Movements in the Third World" (hal. 75-101).

Dengan merujuk pada kajian Drucker itu, dapatlah kita pahami bahwa karena Indonesia lama berada dalam sistem kapitalisme kolonialis dan imperialis, maka banyak aspek homoseksualitas yang terpengaruh, misalnya saja fetisyisme pemujaan terhadap gay putih/barat yang berlebihan. Juga dikesampingkan, ditutup-tutupi atau dilecehkannya bentuk-bentuk homoseksualitas (yang kadang melibatkan transgenderisme) dari formasi-formasi sosial prakapitalis.

Akan halnya penindasan dari berbagai agama besar, perlu dicatat bahwa komunitas agama-agama ini juga tergulung dalam perkembangan kapitalisme, sehingga moralitas seksual modern-nya juga amat kuat menindas apa-apa yang dipandang antiheteroseksisme, antikeluarga. Di pihak lain, masih ada juga moralitas seksual dari formasi sosial prakapitalis, yang menimbulkan penindasan yang berbentuk lain pula.

Keanekaragaman formasi sosial, konstruksi seksualitas dan penindasannya itulah yang acapkali membingungkan orang yang hendak membicarakan homoseksualitas dan kapitalisme di negeri-negeri macam Indonesia.

Tak boleh dilupakan juga berpikir secara dialektis: perlawanan terhadap heteroseksisme, menumpang industri budaya populer a la Hollywood, juga menumpang kapitalisme datang ke sini. Hal ini pulalah yang membuat kondisi, dan tentunya analisis, menjadi makin kompleks.

Salam demokrasi!

Dede Oetomo

Read more...

Kampung Lanang

Oleh Antok


Aku tatap tulisan di gapura, Selamat Datang di Kampung Lanang. Sejuk angin pegunungan menyapu tengkuk. Desaunya seolah mengabarkan bahwa aku telah tiba di tempat tujuan. Penat menguap. Aku merasakan harapan hadir secerah mentari di musim semi.

Mataku menangkap dua orang satpam yang berjaga di samping portal. Keduanya asik bercengkrama. Rokok kretek di tangan kanan dan secangkir kopi di tangan kiri. Tawa mereka memburai penuh bahagia.

"Tolong tunjukkan KTP, Anda". Suara berat satpam yang berbadan dempal terdengar tegas. Ekor matanya mencuri pandang ke wajahku. Aku tergugup sambil menyerahkan KTP. Aku mendengar ia bergumam,"Antok…Madiun, 07 Juni 1981."

"Ada keperluan apa?" satpam yang satunya ikut bersuara.

"Aku mencari diri aku," aku menukas singkat.

Sejenak satpam itu menatapku sesaat. Aku melihat ada sebuah pengertian yang dalam di matanya. Dia ambil nafas sejenak, "Kamu berada di tempat yang tepat. Silakan masuk ke laboratorium, " satpam itu mengembalikan KTP dan menyuruhku masuk ke bangunan sederhana di samping pos satpam.

Seorang pemuda tampan berusia dua puluhan menyambutku dengan sesungging senyuman. Jemari tangannya sibuk memilin-milin ujung rambut agar berdiri seperti landak.

"Silakan masuk. Kalau nanti kamu mendengar bunyi alarm, itu berarti proses analisa selesai," ujarnya tenang.

Aku amati jemari tangan pemuda itu yang beralih ke keyboard komputer. Dengan ragu aku masuk ke ruangan yang berlabel Gay Laboratorium.

Gelap menyergap. Aku turunkan ransel hitam dari punggung. Kugerak-gerakkan badan untuk menghilangkan pegal.

Byar! Lampu menyala. Aku terbelalak dalam rasa tak percaya. Ruangan tiga kali empat meter ini dipenuhi gambar laki-laki telanjang. Dinding, atap, bahkan lantai yang kupijak penuh gambar erotis laki-laki dengan berbagai posisi.. Wajah-wajah tampan, tubuh-tubuh kekar dan penis-penis menantang.

Byar! Aku tersentak untuk kedua kalinya. Televisi layar datar yang menyatu dengan dinding berpendar menampakkan adegan blue film. Suara desah nafas yang di produksi memacu degup jantungku. Syaraf-syaraf di tubuhku memekar dan membangkitkan gejolak hasrat diri. Tanpa sadar, penisku sontak ereksi.

Kemudian terdengar alarm berbunyi dan lampu kembali mati. Aku keluar ruangan dengan perasaan lempang. Pemuda itu kembali menyambutku dengan wajah sumringah.

"Aku Leo. Kalau perlu apa-apa, silakan datang ke sini," katanya sambil menjulurkan tangannya.

"Aku Antok," kami berjabat tangan. Leo menyerahkan beberapa brosur. Pintu laboratorium terbuka. Seorang bule masuk dan menghampiri Leo. Aku beranjak dari Gay Laboratorium.

Larik-larik sinar matahari menyusut tergerus senja. Bayang-bayang menjadi lisut. Daun-daun cemara bergerak ringan. Kabut mulai turun dari puncak gunung dan menghadirkan segurat dingin di kulit.

Aku tapakkan kaki menekuri jalan beraspal. Di kanan dan kiri jalan berjajar rumah tradisional bersanding dengan rumah modern bergaya minimalis. Semua orang yang kutemui adalah laki-laki. Kehangatan terpancar pada wajah mereka.. Setiap kali beradu pandang, mereka selalu menyuguhkan senyuman.

Saat melewati rumah joglo, sayup-sayup aku mendengar seseorang nembang Nyidam Sari.

"Umpama sliramu sekar melati, aku kumbang nyidam sari. Umpama sliramu margi, cah manis, aku kang bakal nglewati.".

Penginapan Kukila.

"Menginap berapa hari?"

"Tiga hari dua malam."

"Sendirian?" resepsionis itu menatapku tajam.

"Ya," sahutku singkat.

"Ini selimut untuk menghangatkan tidur Anda," sang resepsionis menyerahkan sebuah album bersampul hitam.

Aku mengernyit. Aku membuka album dengan hati-hati. Aku mengelus dada. Aku lihat wajah-wajah tampan terdokumentasi dalam foto telanjang. Di bawah foto tertulis keterangan jenis permainan ranjang sekaligus ukuran kejantanan.

Padang pasir.

Kedua tangan dan kakiku terikat di tiang kayu. Panas matahari memanggang kulitku hingga matang. Aku telanjang, hanya cawat warna hitam melekat di pinggang. Aku kuyu dalam kepasrahan.

Ratusan orang berjubah dan bersurban putih mengelilingiku dari berbagai penjuru. Suara mereka mendengung bagai sekawanan lebah.

"Rajam! rajam! rajam!"

Masing-masing orang membawa batu di tangan dan siap melempari tubuhku sebagai sasaran.

Hatiku berkecamuk dalam pemberontakan tak berujung, namun bibirku terkatup rapat. Tak ada suara yang keluar. Aku berteriak dalam kebisuan.

Seorang laki-laki tua mengepalkan tangannya, "Raajaaammm! !!"

Batu-batu beterbangan. Hujaman demi hujaman mengenai tubuhku. Wajah, leher, dada, perut, paha dan kakiku banjir darah. Pedih dan perih menyusup hingga ke sukma. Tak ada asa. Aku lunglai tak berdaya.

Tiba-tiba berkelebat empat sinar putih menyelubungi tubuhku. Silau memekatkan mata, ringan menyelimuti badan. Tubuhku terangkat ke angkasa, meninggalkan orang-orang berjubah dan bersurban putih yang kesetanan melempari aku dengan bebatuan. Dalam ketidaksadaran, berulangkali aku menyebut nama Tuhan.

Aku terbaring di atas awan putih. Empat sinar putih itu perlahan memadat dan menghadirkan sosok-sosok yang sangat aku rindukan. Kekasih-kekasih dari masa lalu yang hadir kembali di detik ini. Puteri, Ahmad, Tirtana dan Angga. Air mataku merembes membasahi pipi. Mereka tidak bersuara. Wajah mereka yang penuh cinta telah banyak berbicara. Dengan telaten mereka mengobati lukaku.

"Tak ada yang perlu kamu takutkan, Tok".

Secepat aliran listrik, suara itu menembus gendang telingaku. Perasaanku meledak. Suara yang sangat aku hafal. Suara orang yang aku rindukan pagi, siang dan malam. Aku mendongak. Aku melihat almarhum bapak tersenyum damai.

Aku tergeragap dengan nafas tersengal-sengal. Peluh bercucuran di sekujur badan. Aku lepaskan kaos singlet sambil menatap jam dinding. Pukul setengah dua belas malam. Aku baru saja bermimpi. Aku bangkit dari pembaringan dan mereguk air mineral. Aku hela nafas panjang. Separah itukah ketakutan aku hingga terbawa ke dalam mimpi?

Hening.

Pikiranku berselancar bebas. Aku ingat Pak John. Sahabat pena yang asli Amerika tapi menetap lama di Indoesia. Di puncak kegelisahan kala mencintai laki-laki dan perempuan, Pak John membalas emailku dengan jawaban mengejutkan:

Kamu harus ke Kampung Lanang. Di sana banyak cermin untuk merefleksikan diri. Hatimu harus dibuka. Barangkali di sana kamu menemukan kuncinya.

Kampung Lanang. Aku sama sekali tak tahu bahwa ada kampung khusus gay di Indonesia sebelumnya. Berdasar petunjuk Pak John, lengkap dengan peta perjalanan, aku memutuskan untuk mengambil cuti kerja dan pergi ke Kampung Lanang. Sekarang aku sudah di Kampung Lanang. Tapi mengapa aku tetap merasa terbuang?

Aku membuka jendela. Semilir angin malam berhembus pelan. Dadaku terasa dingin oleh sapuannya. Dari kejauhan aku melihat sebuah keramaian. Obor-obor menyala terang. Irama salsa menghentak di tengah keriuhan.

Aku meninggalkan jendela dan bergegas membuka pintu kamar. Aku panggil office boy yang nampak di ujung barisan kamar.

"Ada yang bisa saya bantu, Pak?".

"Tadi aku lihat ada keramaian. Ada acara apa?"

"Oh, itu pesta lajang. Besok Mas Galuh menikah. Malam ini diadakan pesta lajang. Kalau berminat silakan ke sana. Terbuka untuk umum, kok."

Pintu kamar depanku terbuka. Tampak seorang pemuda seusiaku keluar sambil menenteng sweater. Ia tersenyum ramah.

"Saya permisi dulu Pak," office boy itu tersenyum hangat lalu berjalan ke ruang depan.

"Aku akan ke sana. Mau ikut?" pemuda itu mengulurkan tangannya, "Aku Indra."

"Aku Antok. Kalau tidak keberatan, aku mau ikut. Tapi aku harus ganti baju dulu. Tunggu sebentar, ya" Aku berbalik masuk ke kamar dan berganti pakaian..

Hatiku terbelah. Separuh merasa bahagia dan separuh lainnya merasa hampa. Cinta gemerlap dalam ekspresi kebebasan. Sesama laki-laki saling menyapa, berpegangan tangan, berangkulan dan berciuman. Tidak ada larangan, tapi aku merasa kehadiranku tak lebih sebagai alien yang takjub pada keindahan bumi. Aku tetap teralienasi.

Musik mengalun silih berganti. Go go boys menggoyang-goyangka n badan dalam balutan g-string di panggung terbuka. Makanan dan minuman tumpah ruah di atas meja prasmanan.

Indra sibuk menyapa sahabat-sahabatnya. Calon pengantin duduk manis dengan senyum mengembang. Malam kian larut, aku semakin merasa kalut. Di sudut halaman, berteman pelayan yang berseliweran, aku menjadi penonton dari epos hidup yang melenakan.

"Tak ada yang perlu kamu takutkan, Tok."

Aku menoleh. Seorang laki-laki berusia lima puluhan tahu-tahu sudah berada di sampingku. Ia tersenyum hangat. Aura wajahnya cerah. Sinar matanya memantul jernih layaknya oase di tengah sahara.

"Mengingkari kata hati memang melelahkan. Tapi hidup harus terus berjalan, kan?" Ia menepuk-nepuk pundakku. Barangkali ia seorang avatar yang mampu membaca pikiran seseorang.

"Aku tetap tidak mengerti."

"Kamu tidak harus mengerti. Kamu hanya perlu memahami. Pertanyaan dan jawaban hadir pada saat bersamaan. Kuncinya ada di sini. Tinggal keberanianmu untuk membukanya," telunjuknya menyentuh dadaku. Aku terkesiap. Saat mata kami beradu, aku merasakan hangat merambat memenuhi relung-relung batinku.

"Tok, gabung sini, yuk!" Aku berpaling. Aku lihat Indra berteriak sambil melambaikan tangan. Beberapa sahabatnya menjadi partisipan dengan tertawa riang.

"Aku pergi," kata-kataku menggantung di lidah. Laki-laki itu sudah tidak ada di sampingku. Aku lihat tubuhnya terselip di antara kerumunan orang.

Aku mencoba tersenyum. Bersama Indra dan sahabat-sahabatnya, aku berusaha untuk tertawa. Mereka semua bahagia. Untuk apa aku mesti berduka?

Hampir subuh ketika aku putuskan untuk kembali ke penginapan. Tubuhku terasa ringan. Beban di hatiku hilang. Aku kembali menemukan harapan.

"Indra, kenapa keamanan di kampung ini ketat sekali?" Aku puaskan rasa penasaran aku sebelum masuk ke kamar.

"Dulu sempat ada perusuh yang memporakporandakan kampung ini dengan mengatasnamakan agama. Ceritanya panjang. Kapan-kapan aku ceritakan".

"Terima kasih. Sampai ketemu nanti malam."

"Sama-sama".

Pukul tujuh malam. Suara gamelan mengalun dari kejauhan. Semua orang keluar rumah dan berjalan beriringan menuju alun-alun. Aku tidak berhenti mengagumi. Betapa wajah-wajah yang kutemui begitu ceria nan bahagia.

Janur kuning melambai di sekeliling alun-alun. Di sudut kanan alun-alun berdiri panggung sederhana dengan dekorasi rangkaian bunga. Dua kursi pelaminan telah disiapkan. Di samping panggung nampak pemuda-pemuda sibuk merias diri mereka.

Indra menemui pengantin. Aku menolak saat dia ajak. Aku memilih menikmati suasana sembari membeber makna. Aku bercermin dan berharap menemukan pantulan jernih di dalamnya.

Orang-orang berkerumun membentuk setengah lingkaran. Empat penari jathilan masuk ke dalam lapangan. Tangan mereka gemulai memainkan selendang warna keemasan. Kuda kepang di bawah pinggang bergerak ringan mengikuti goyangan badan. Bibir merah, kumis tipis dan lirikan mata mengerling indah. Orang-orang bertepuk tangan, riuh sorakan menggetarkan lapangan.

Keempat penari melepaskan selendang dari pinggang. Lantas mereka menghampiri dua orang warok yang berdiri di tepi lapangan. Penari itu mengalungkan selendang ke leher warok. Kedua warok itu sejenak mencium kening pasangan gemblaknya lalu bersiap mengangkat dadak merak.

Dua orang warok unjuk kepiawaian memainkan reog. Geliat tubuh tangguh berpadu hentakan dadak merak membuat semua mata terhipnotis dalam rasa kagum. Orang-orang semakin histeris. Tepukan, teriakan dan siulan melebur menjadi satu.

Masing-masing warok lalu berjalan ke kanan dan ke kiri. Iring-iringan pengantin menyambutnya dengan taburan bunga. Kedua warok merunduk. Kedua pengantin yang berpakaian serba putih naik ke atas kepala reog. Kedua warok kembali berdiri dan berjalan ke tengah lapangan. Kedua warok berputar-putar. Senyum bahagia terpancar dari kedua pengantin. Sekian lamanya kedua pengantin menebar pesona di atas geliat reog. Lalu kedua warok berjalan ke bibir panggung dan menurunkan kedua pengantin tepat di depan kursi pelaminan. Empat manggala menjemput kedua pengantin dan menyandingkan di kursi pelaminan.

Ketua Kampung Lanang memberi sambutan, "Malam ini kita menjadi saksi sebuah cinta abadi. Kedua laki-laki telah bertemu. Kedua hati telah menyatu. Sekarang saatnya merayakan indahnya cinta. Kampung Lanang kembali mencatat sejarah baru tentang ketulusan hati dua orang laki-laki. Selamat kepada kedua mempelai."

Tepuk tangan menggebrak alam raya. Aku hanya bisa menganga. Apakah aku masih di dunia? Oh, keindahan ini tampak begitu nyata.

Seorang kiai setengah baya di dampingi pasangan mairilan yang nampak lebih muda, naik ke atas panggung.

Senyap.

Sejenak ia melantunkan sebarit doa. Lalu ia membimbing kedua mempelai mengucapkan janji saling setia. Sesudahnya, kedua mempelai berciuman mesra.

Tepuk tangan dan siutan kembali riuh. Kedua mempelai nampak tersipu malu. Genggaman tangan erat dan senyum hangat menebar ke penjuru alun-alun.

Seorang penyair tampil di panggung. Rambut gondrong, bertelanjang dada dan bercelana komprang hitam. Liat tubuhnya yang kekar terlihat mengkilat oleh pantulan cahaya. Ia mengambil nafas panjang sebelum berdeklamasi.

Wahai sang cinta

Bangkitlah!

Jiwa-jiwa yang alpa

Bangunlah!

Api telah membeku

Salju telah terbakar

Senjakala menggema,"Bebaskan! ".

Kepalkan kedua tangan

Rengkuh gemuruh kemenangan

Di sini, jiwa telah bermuara

Tiba saatnya merayakan cinta

Sang Penyair kemudian turun dari panggung. Orang-orang merapat ke bibir panggung. Seorang bocah laki-laki naik ke panggung sambil mendekap setangkup bunga mawar dan menyerahkan pada kedua mempelai.

Kedua mempelai kembali berciuman lalu membalikkan badan. Orang-orang berteriak histeris. Aku hanya diam di tengah kerumunan orang. Serentak semua orang menghitung mundur.

"Tiga, dua, satu!"

Wajahku terhujam dan dengan reflek aku mencengkeram. Aku tidak percaya, di tanganku tergenggam setangkup bunga mawar merah yang sangat harum.

Orang-orang bertepuk tangan. Semua mata tertuju ke arahku.

"Selamat, ya."

Orang-orang sibuk mengucapkan selamat. Aku tak tahu arti semua ini. Mengapa aku? Bukankah aku tak mengharapkan apa-apa?.

Dari kejauhan tampak Indra tergopoh-gopoh menemuiku.

"Selamat ya, Tok. Semoga kamu segera mendapatkan pasangan yang kamu idamkan". Aku bengong. Tak tahu cara untuk ngomong.

Kedua mempelai kembali duduk di kursi pelaminan. Seorang waria tampil menyanyi lipsyc When you tell me that you love me. Orang-orang menyebar ke barisan meja makan.

"Makan yuk, Tok!"

Aku ikuti langkah Indra yang santai menikmati suasana pesta.Aku tidak tertarik makan nasi. Aku hanya mengambil sepotong roti dan segelas kecil wine.

"Mereka itu siapa?" mataku tertuju pada sekelompok orang di dekat panggung pelaminan.

"Mereka tamu undangan. Emm ... pasangan lesbian, perwakilan waria, bissu, shaman, guru silat dan murid-muridnya. Kamu lihat bule itu. Nah, kalau bule itu datang dari Inggris dan Belanda," Indra sibuk menerangkan sembari menyeruput orange juice.

Malam menebarkan aroma kegembiraan. Bulan sepenggalah menggantung di langit.. Bintang gemintang mengerdip dalam pancaran cahaya terang. Ketulusan mengalir jernih. Tak ada kemunafikan. Kampung Lanang meregang dalam kebahagiaan.

Cermin-cermin memantulkan sosok-sosok nyata. Setiap mata memandang, aku menemukan kejelasan. Kabut suram perlahan tersingkap. Aku adalah mereka. Jiwa-jiwa mungil yang menemukan jalan pulang ke rumah penuh kedamaian.

Tengah malam di penginapan Kukila.

Aku duduk bersila. Kedua tangan melekat di paha membentuk posisi meditasi. Kedua mataku terpejam. Perlahan aku mengatur nafas, bersiap melakukan perjalanan astral. Pikiran dan perasaan aku bebaskan. Masa lalu dan masa depan aku kesampingkan. Aku berkonsentrasi pada kekinian. Aku menjelajah jiwa dan membuka misteri di dalamnya.

Aku sebagai Antok lenyap. Aku sebagai aku hadir. Tubuh tidak lagi memenjara.. Aku menjauh dari gempita dunia. Getar-getar halus merambat pelan. Tak ada beban. Seperti kapas, aku melayang ringan.

Kabut menyusut menjadi embun. Aku menyatu dengan kejernihan. Segala sesuatu hadir dan mengalir apa adanya. Aku adalah angin, hujan, awan, bebatuan dan lautan. Aku adalah hasrat, keinginan, harapan sekaligus tujuan. Aku adalah ketenangan, ketentraman dan kebahagiaan. Aku adalah aku. Aku adalah Cinta.

Labirin kecil bergetar dan menyuarakan sesuatu,

tak ada yang perlu kamu takutkan Tok.

Aku terhenyak. Aku mendengar suara hatiku sendiri.

Aku membuka mata. Kelegaan membanjir dalam perasaan. Cahaya kehidupan menebar penuh gemerlap kebahagiaan. Aku menyadari, aku telah menemukan diriku kembali.

"Antok!". Aku menoleh. Aku lihat Leo berlari-lari kecil keluar dari Gay Laboratorium.

"Ada apa, Leo?".

"Ada bingkisan buat Mas Antok," Leo menyerahkan sebuah bingkisan terbungkus kertas karton coklat.

"Bingkisan dari siapa?".

"Mas Antok pasti tahu. Dia melarang aku untuk memberitahu. Aku pergi dulu, ya". Leo kembali ke Gay Laboratorium. Bahkan aku belum sempat mengucapkan terima kasih.

Dia? Aku berpikir. Tidak mungkin Indra karena tadi pagi aku sudah pamit. Perlahan aku buka bungkus karton. Aku mengeja judul buku yang ada di dalamnya, "Memberi Suara pada yang Bisu".

Aku membatin. Sudah saatnya aku bersuara. Tidak ada alasan bagi aku untuk terus membisu. Sejenak aku menatap gapura. Terima kasih Kampung Lanang. Akhirnya aku menemukan jalan pulang.

Gresik, 01122007, 07.58 AM.

Read more...

Kebijakan "Banci"

>> Jumat, 23 Januari 2009

Baru - baru ada diskusi di Metro Tv acara Partai Bicara, soal kebijakan BUMN yang dilakukan oleh pemerintah. Hadir pada acara itu partai Partai Demokrasi Pembaharuan (PDP) dan ada 3 orang pengamat. Pengamat berfungsi menanyakan hal - hal yang dipaparkan oleh Partai dalam hal ini PDP. Selain itu juga penonton dapat menanyakan juga kepada partai.

Salah satu orang pengamat Ibu Aviliani memaparkan kesimpulan dari acara tersebut bahwa selama ini kebijakan pemerintah soal kebijakan BUMN adalah kebijakan yang "Banci". Aku waktu langsung terkaget dengan kata itu. Penggunaan kata banci ditekankan dua kali kepada ibu Aviliani untuk menekankan bahwa kebijakan pemerintah tidak jelas amburadul dan buruk intinya.
Ini bukan kali pertama kata banci digunakan untuk menunjukkan hal tidak beres.

Dalam film Pertaruhan yang digarap oleh Kalyanashira foundation yang sekarang menjadi nominasi film festival di German. Ada juga satu adegan pengungkapan kata kebijakan banci. Kata itu di ucapkan oleh seorang aktivis perempuan. Ibu Ninuk yang bekerja di Yayasan Kesehatan Perempuan. Ibu ninuk dalam film menyatakan bahwa kebijakan pemerintah soal kesehatan masih "banci". Lagi - lagi ibu ninuk menggunakan kata banci untuk menekankan bahwa kebijakan pemerintah soal kesehatan tidak benar dan tidak jelas. Sama dengan yang dimaksud oleh Ibu Aviliani pengamat ekonomi.

Selesai pemutaran film, aku menyampaikan kepada Nia Dinata selaku produser film Pertaruha. Tapi lagi - lagi jawabannya bahwa mungkin adegan itu tidak ada maksud untuk merendahkan kelompok lain. Dalam hal ini kelompok "banci". Mungkin juga sama alasannya disampaikan oleh pengamat ekonomi tersebut. Iya memang aku pikir tidak ada maksud untuk merendahkan kelompok lain secara sadar. Tapi secara tidak sadar ada persoalan "besar" bagi kelompok yang disebut banci itu. Kalyanashira sendiri sebagai sebuah organisasi yang mengklaim berjuang untuk hak - hak kelompok LGBTIQ lolos untuk memperhatikan itu.

Memang penggunakan kata - kata banci sendiri juga sering digunakan bagi kelompok LGBTIQ. Tapi lagi - lagi hanya untuk merendahkan orang lain. Misalnya pada kasus seorang teman yang tidak baik bertindak, maka dalam pergaulan gay khususnya akan mengatakan "dasar banci" lambat sekali kerjanya. Walau hanya guyonan...sesama teman. Kata banci memang bukan kata yang positif dalam masyarakat Indonesia.

Baik Ibu Ninuk maupun Ibu Aviliani juga bagian dari mereproduksi apa yang dilakukan oleh banyak orang di Indonesia. Memang dilihat sisi positip nya ini menunjukkan bahwa keberadaaan LGBTIQ khususnya "banci" sudah diakui keberadaan. Tapi diakui sebagai orang yang "salah"/menyimpang.


Kata yang terus digunakan bahwa Banci = salah. Maka ini berdampak pada pandangan masyarakat sendiri terhadap waria dalam kehidupan sosial. Kita tahu bahwa banci selalu merujuk pada seorang transgender dalam hal ini waria.
Kita lihat sendiri bagaimana waria benar - benar diperlakukan tidak manusiawi selama ini. Bahkan kekekarasan demi kekerasan menjadi kehidupan sehari - hari teman - teman waria. Tidak jarang sampai kematian yang harus diterima seorang waria.

Dari pengalaman itu menjadi penting bahwa membangun kesadaran masing - masing orang untuk dapat mengubah penggunaan kata - kata yang mengarah melecehkan pihak lain.
Apalagi disampaikan untuk publik, ini akan membuat publik semakin meyakini bahwa waria itu memang tidak benar dan salah.


Sehingga siapapun mulai sekarang untuk lebih berhati - hati untuk menggunakan kata - kata dalam kalimat.
Khusus untuk Kalyanashira, karena film Pertaruhan belum diedarkan menjadi VCD atau DVD. Saya berharap adegan pada kata "Banci" untuk dapat dihilangkan. Sehingga film pertaruhan akan menjadi lengkap sebagai film pendidikan bagi publik bagi setiap orang.
Mudah2an permintaan ini dapat ditindak lanjuti oleh pihak Kalyanashira. Semua ini untuk memajukan gerakan LGBTIQ di Indonesia sebagai bagian dari perjuangan hak - hak asasi manusia.


Wasalam


Toyo

Jakarta, 24 Januari 2009

Read more...

Masa Tua Gay

>> Kamis, 22 Januari 2009

Surat dari bapak eghozan di millis Jurnal perempuan

Mas toyo dan teman - teman, saya tidak benci dengan yg dinamakan homoseksualitas. Namun ada pertanyaan yg mengganjal dihati saya.

Apakah tidak ingin diusia senja kita ditemani oleh anak, cucu dan cicit tercinta?

Betul ada bayi tabung...betul ada adopsi.....betul ada pantai jompo......dsb.
Dikala tangan sudah tidak lagi mampu untuk membersihkan BAK......dan kaki sudah tidak dapat diajak lagi kompromi untuk sekedar menikmati udara dipagi hari.

Apakah tidak rindu dengan tangis dan rengekan...bahkan coretan - coretan didinding.....serta tanah lumpur yg mengotori lantai sisa mainan?

Pertanyaan yang disampaikan oleh Pak Eghozan memang bukan hanya beliau saja tetapi pasti ada banyak orang memikirkan hal yang sama. Bahkan teman - teman kelompok homoseksual sendiri.

Alasan tidak ingin hidup sendiri pada masa tua membuat banyak homoseksual memutuskan untuk menikah dengan perempuan. Memang itu bukan pilihan yang salah bagi setiap orang. Seorang anak memang yang selalu diimpikan oleh semua orang.

Kalau ditanya secara pribadi aku adalah orang yang mimpi memiliki anak. Aku suka anak yang bisa aku ajak tukar pikiran dan ngobrol hal - hal yang pribadi.
Tapi aku melihat anak itu dalam konteks yang berbeda. Maksud aku yang dinamakan anak tidak harus berasal biologis. Artinya bisa berasal dari anak "biologis atau non biologis". Aku belajar membuang image bahwa "anak biologis" itu lebih dari anak "non biologis".
Bagi ku anak ya anak, seorang manusia yang tidak perlu dipersoalkan dari mana asal biologis nya. Mau dari seorang PSK ataupun orang miskin. Kalau dia memang membutuhkan kasih sayang maka aku harus menyayangi nya.

Selain itu tidak semua pasangan homoseksual itu mau adopsi anak. Tapi pasangan homoseksual juga yang banyak yang adopsi anak. Bahkan ada yang sampai menikah anak - anaknya.
Sama seperti pasangan heteroseksual, ada yang ingin menikah karena ingin punya anak atau tidak. Sehingga kehidupan sosial homoseksual sama saja dengan kehidupan heteroseksual untuk mendidik anak - anaknya.


Wasalam



Toyo

Read more...

Pilihan Atau Genetis

Pertama, dunia kedokteran dan psikologi sudah sepakat bahwa dari segi ilmiah
homoseksualitas bukan penyakit. Kesimpulan ini tampaknya didasarkan pada temuan
ilmiah di bidang neurosains yang memperlihatkan bahwa rata-rata kaum homo memiliki nukleus interstisial ketiga yang ukurannya lebih kecil daripada yang dimiliki kaum hetero.
Nukleus interstisial ini letaknya di bagian depan hipotalamus di dalam otak, yang fungsinya menentukan pembedaan seks. Jadi, ukurannya lebih kecil, dan ukuran kecil ini tidak berarti "lebih inferior' hanya karena kecil, tetapi ya sekadar berbeda saja.


Sama seperti otak Einstein yang ukuran lobula parietal dalam otaknya lebih besar dan bentuknya tak lazim dibandingkan rata-rata manusia lain. Lobula parietal ini fungsinya terkait
dengan kemampuan berhitung dan penalaran spasial. Berbeda, tapi tidak lalu disebut sebagai "penyimpangan" , apalagi "penyakit."


Nah, jika demikianlah struktur, ukuran dan bentuk bagian-bagian otak terkait tersebut, maka perilaku manusianya pun digerakkan dan ditentukan oleh bangunan spesifik otaknya itu. Jadi, bisa saja seorang homoseksual mengira dirinya menjadi homo sebagai "pilihan hidup" yang dibuat secara sadar. Namun, sesungguhnya, pilihan itu diarahkan dan ditentukan oleh struktur nukelus interstisial otaknya yang mengatur seksualitas dirinya. Artinya, pilihan lain daripada itu adalah out of the question. Sama halnya seorang heteroseksual yang mengira dia secara sadar memilih jadi heteroseksual. Jika mau pun, belum tentu dia bisa jadi praktisi homoseksualitas dalam artian sesungguhnya, sebab itu tak nyambung dengan otaknya yang mengatur seluruh tubuh serta kesadarannya.


Dengan demikian, homoseksualitas dan juga heteroseksualitas bukanlah sesuatu
yang diperoleh dari proses learning. Dia sudah built-in dalam otak kita. Wacana bahwa homoseksualitas adalah "pilihan hidup" sebetulnya lahir dari upaya untuk melawan stereotipe dan diskiriminasi sebagai akibat dari penyalahgunaan terhadap temuan bahwa seksualitas itu genetik sifatnya. Akibat temuan ini, orang-orang dengan itikad tak baik lalu menjadikannya alasan untuk mengatakan bahwa kaum homo "sakit jiwa" dan "menyimpang" . Maka sebagai suatu sikap politis, sejumlah tokoh aktivis gay/lesbian memproklamirkan bahwa seksualitas
mereka adalah pilihan hidup mereka. Tapi, hingga kini belum ada temuan ilmiah dari ilmu manapun yang bisa membuktikan tesis bahwa (homo)seksualitas adalah "pilihan hidup."


Pilihan hidup kita didikte oleh apa yang mungkin dan tak mungkin dikerjakan
oleh otak kita, dan otak kita itu given alias genetik. Kita saja yang sering lupa bahwa kesadaran kita sesungguhnya dibentuk oleh otak, dan bukan merupakan sesuatu yang terletak di luar otak.



Manneke Budiman
Program Doktoral Canada

Walau teori ini masih juga diperdebatkan (Toyo), ini hanya sebagai wacana terus.

Read more...

DPR Janjikan Penghapusan Diskriminasi Waria

Kamis, 22/01/2009 13:06 WIB
Komisi IX DPR Janjikan Penghapusan Diskriminasi Waria

Elvan Dany Sutrisno - detikNews

Jakarta - Komisi IX DPR berjanji akan menyelesaikan keluhan puluhan waria yang mendatangi Gedung DPR, Senayan. Para waria itu mengeluhkan diskriminasi khususnya dalam pekerjaan.

"Kita akan perjuangkan, setiap ingat ini saya sampai menangis, mana kesejahteraan kita?" kata anggota Komisi IX dari Fraksi PDIP Sonny Sumarsono di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Kamis (22/1/2009).

Sonny mengaku sampai harus meninggalkan rapat komisi untuk menemui puluhan waria yang tergabung dalam Forum Komunikasi Waria Indonesia itu. Selain Sonny, dalam pertemuan itu hadir juga, Rustam Efendi dari fraksi PAN dan Rudianto Chan dari Fraksi PDIP.

"Jangan khawatir, status anda jelas setelah forum ini kami dari Komisi IX akan beri rekomendasi, " katanya.

Sementara itu, Rustam Efendi berjanji akan menyelesaikan masalah diskriminasi tenaga keja dan kesejahteraan yang dihadapi para waria.

"Masalah tenaga kerja dan kesejahteraan nanti kita akan coba selesaikan," katanya.

Para waria ini mengeluhkan berbagai diskriminasi yang diterimanya. Diskriminasi itu terjadi di berbagai bidang seperti sosial, ekonomi dan juga kesempatan kerja. (nal/iy)


Mudah2an ini tidak hanya janji mau dekati pemilu (Toyo)

Read more...

Ingat Malam Itu Toyo.....

Malam ini aku menunggu hari akan berganti. Malam yang penuh kenangan pahit sekaligus penuh arti dalam hidupku. Jarum jam terus berputar di tangan kananku. Sengaja aku menunggu detik - detik pergantian ini. Hari ini tanggal 21 Januari 2009. Waktupun tepat menunjukkan pukul 00.00 Wib. Ingatan ku melayang kembali pada dua tahun yang lalu.

Malam ini sudah menjadi ritual bagi diriku untuk tidak akan melupakan kejadian pada tanggal 21 Januari 2007 di Banda Aceh. Jika orang dapat merayakan hari ulang tahun, maka aku mengingat hari dimana seksualitasku telah dihancurkan atas nama moral.
Sudah tahun kedua ini aku selalu melakukan ritual ini. Ritual yang selalu aku ingat dan aku ingat. Aku tidak tahu alasan mengapa selalu melakukan ini. Rasa ingin terus melakukannya ada dalam hatiku. Apakah ini bentuk kemarahanku atau justru ini bagian dari titik balik perjuangan hidupku? Aku sendiri sulit untuk menjawabnya. Aku sudah catat dalam bukuku sebelum malam ini datang. Setiap pergantian tahun tanggal 20 ke 21 Januari akan selalu aku beri tulisan. Ingat Malam Itu Toyo..

Ini memang bukan tanggal lahirku. tapi ini adalah hari dimana menjadi momen untuk aku semakin menguatkan perjuanganku. Perjuangan seorang gay atas hak hidup nya dan komunitasnya.

Iya, ini adalah hari dimana aku disiksa oleh masyarakat dan Polisi Banda Raya Banda Aceh 2 tahun yang lalu. Dimana aku dipukul, dipaksa oral, dikencingi. Yang semua itu dilakukan oleh 7 orang aparat kepolisian. Perbuatan yang tidak akan pernah aku lupakan.
Bukan cuma polisi dan masyarakat tapi sebagian LSM juga membenarkan apa yang aku alami. Mereka jijik melihat aku hanya karena aku bercinta dan memaduh kasih sayang sesama jenis.
Iya karena aku Gay.


Tapi dua tahun ini juga aku telah mendapatkan banyak "hadiah" untuk menebus penderitaan ku ini, diantaranya:

1. Baru saja pengadilan memutuskan pelakunya pada tanggal 8 Oktober 2008. Walau hanya 4 orang yang diadili. Walau cuma pidana ringan putusan hakim tunggal. Iya, kasus penyiksaan pelakunya polisi hanya masuk dalam pidana ringan. Ini lah pengadilan Indonesia..Pengadilan yang tidak ada rasa adil bagi korban. Sejarah itu tidak akan pernah aku lupakan kapan pun dalam hidup ku. Aku sudah lekatkan dalam - dalam serta masukan disetiap sel tubuh ku.
Jangan pernah kamu lupakan Toyo...

2. Teman - temanku gay di Aceh sudah berhasil membuat organisasi gay, ya Violet grey namanya. Dimana gay di Aceh sudah berani teriak bersama untuk keadilan. Yang sebelumnya tidak pernah berani untuk meneriakan itu.

3. Our Voice juga sudah mulai ada di jakarta sebagai LSM untuk teman - teman gay dan biseksual.

4. Ada berhasil lain aku berhasil menuliskan pengalaman hidup sebagai seorang gay. Yang aku tuangkan dalam buku berjudul; Biarkan Aku Memilih, pengakuan seorang gay yang coming Out. Yang akan lounching dan terbit pada bulan Maret 09. Dan semua orang dapat mengakses buku tersebut di toko buku terdekat. Termasuk para pelaku penyiksaan diriku dan hakim tunggal persidanganku Sugeng Budianto, SH.

5. Ada hadiah terakhir bahwa aku sudah mempunyai blog pribadi, dengan alamat http://gerakan-gay.blogspot.com, dimana aku bebas meneriakan keadilan bagi diriku dan kelompok gay diseluruh Indonesia.

Tuhan terima kasih, dua tahun ini sudah banyak perkembangan yang aku rasakan untuk diri ku dan teman - temanku. Walau aku tahu keadilan itu masih sangat jauh aku dan teman - teman gapai. Tapi aku akan selalu lakukan dan terus lakukan.
Hari ini aku berharap peringatan ini akan terulang lagi pada tahun berikutnya. Sehingga akan semakin banyak perubahan yang lebih baik bagi kelompok gay di Indonesia.



Wasalam


Toyo

Kalibata, 21 - 22 Januari 09

Read more...

Top, Bottom dan Vers

>> Selasa, 20 Januari 2009

Andi: Hay..
Toyo : Hay too, jawab ku
Andi : Asl and stat?
Toyo : 31, single, jakarta, 170 cm dan 65 kg, jawab ku pula..
Andi : top / bot?
Toyo : Ver, ke top, jawab ku

Itu biasa petikan chat yang dilakukan oleh komunitas gay dalam dunia internet. Mempertanyaan umur, lokasi, tinggi badan dan berat badan selalu ditanyakan oleh kedua orang gay. Internet memang menjadi media untuk saling komunikasi antar teman sesama gay. Melalui internet lah dapat menjalin hubungan persahabatan, cinta bahkan sampai sex. Memang ini juga banyak dilakukan oleh kelompok heteroseksual juga, interner sebagai media mencari teman dan pasangan.


Mempertanyakan umur dan status seseorang memang akan menjadi "biasa" bagi orang yang sedang berkenalan dan tidak bertatap muka. Tetapi menanyakan apakah anda top, bot ataupun versitale, itu menjadi persoalan bagi diri ku sendiri? Top diartikan seorang gay yang memerankan prilaku seksual sebagai subjek penetrasi. Sedangkan bot dari kata bottom adalah seorang gay akan "menerima" penetrasi (dianal sex). Sedangkan versitile adalah seorang gay yang dapat memerankan prilaku seksualnya keduanya. Baik sebagai penetrasi ataupun sebaliknya. Sehingga ada lagi seorang selalu ditempatkan sebagai Top Pure ataupun bot pure.

Pelabelan tersebut sampai sekarang masih saja terus mengakar dalam pikiran teman - teman gay di seluruh Indonesia bahkan di dunia. Tapi lagi - lagi pelabelan itu bukan sebatas label. Ada dampak dari itu semua. Biasanya seorang gay yang Top akan merasa lebih baik daripada versitale, begitu juga versitale akan merasa lebih baik daripada bottom.
Dan dalam tindakan prilaku sehari - hari seorang yang Top akan berperan macho dan maskulin. Sedangkan kalau bottom selalu diidentikan dengan feminin.
Tidak sedikit teman - teman gay yang bottom akan mengatakan dirinya versitale. Padahal dia adalah bottom hanya karena dia tidak mau dilabelkan rendah. Walau sudah mulai banyak gay lebih percaya diri mengatakan dirinya adalah bottom.

Jarang pasangan gay yang berhubungan dengan Top dan Top atau bot dengan bot. Kecuali vers dengan vers. Hubungan selalu dengan Top dan Bot, Top dengan vers atau ver dengan bot. Tapi intinya harus ada yang memerankan Top dan bot dalam pasangannya. Jadi ibaratnya harus ada yang "menjadi" laki - laki dan perempuan. Padahal hubungan homoseksual sudah keluar dari mainstrem seksualitas yaitu heteroseksual. Tapi lingkaran itu tetap saja masuk dalam lingkaran hubungan heterosentris.

Pengkotakan hubungan top dan bot, ini menunjukkan bahwa ada beberapa hal yang dapat dianalisa :

1. Pasangan gay (antara top dan bot), masih terperangkap dalam pandangan heterosentris yang partriakis. Artinya bahwa hubungan prilaku seksual itu harus ada melakukan penetrasi. Ini konsep yang diadopsi dalam hubungan heteroseksual. Bahwa kenikmatan seksual hanya akan terjadi kalau dilakukan dengan penetrasi.

2. Bahwa maskulin lebih berharga atau lebih baik dari feminin. Ini menunjukkan bahwa konsep partriaki masih mengakar dalam pikiran disetiap gay. Bahwa seseorang yang macho dan maskulin akan menjadi seorang gay yang bernilai dan akhirnya selalu dilabelkan sebagai role sex nya sebagai Top.

3. Bahwa pandangan seksualitas itu cair masih belum banyak dipahami. Sehingga apabila seorang gay akan berusaha menempatkan dirinya sebagai role sexnya sebagai apa? apakah top, biseks ataupun bottom. Padahal kenikmatan sex bukan hanya melalui penetrasi saja. Banyak variasi sex yang bisa dilakukan.

4. Ada pelabelan sendiri bahwa maskulin = Top, dan Bot = Feminin. Ini menunjukkan ada pemisahan identitas yang jelas antara Top dan Bot. Padahal ada banyak seorang yang feminin juga dapat menjadi Top. Seperti seorang waria juga dapat melakukan sebagai top atau seorang yang macho juga sebagai bot.

Sehingga menjadi penting untuk memberikan pendidikan seksualitas pada kelompok LGBTIQ mengenai seksualitas dan gender.


Wasalam

Read more...

Gender Ketiga

Pertanyaan pengunjung :
Tuhan cuma ciptain 2 ( satu laki satu perempuan), nah kalo yang kaya beginian neh sebutan dari tuhan kira2 apa mas?

Jawaban Toyo :

Secara biologis memang jenis kelamin itu ada dua (penis - laki - laki dan vagina - perempuan). Itu memang sekarang disepakati oleh negara. Tetapi kalangan feminis dan ilmu sosial lainnya, mulai mendefinisikan kembali bahwa dalam menentukan jenis kelamin tidak hanya berkaitan dengan biologis saja. Tetapi jenis kelamin juga menyangkut soal psikologis, emosi dsb. Misalnya sekarang ada kelompok transgender (waria ataupun kelompok butch). Waria merasa dirinya bukan perempuan dan bukan laki - laki. Ada istilah gender ketiga. Dan ada juga orang yang punya dua jenis kelamin (intersex). Tetapi sekarang harus di operasi untuk dapat ditentukan salah satu jenis kelamin.

Kalau soal orientasi seksual (homoseksual, biseksual dan heteroseksual). Itu bukan menyangkut jenis kelamin (laki - laki dan perempuan). Jadi semua orang baik laki - laki maupun perempuan itu bisa memilih orientasi seksual heteroseksual, homoseksual maupun biseksual.

Mudah2an jawaban ini dapat membantu kebingungan teman - teman.


Wasalam


Toyo

Read more...

Butch, Femme dan Androgini (Lesbian)

Saya baru saja melihat film pertaruhan yang didalamnya ada cerita buruh migran di Hongkong. Cerita dua orang perempuan yang menjalin kasih sesama perempuan. Iya adegan pasangan lesbian. Sebuah gerakan revolusioner seksualitas dalam deretan cerita film tersebut.
Yang merupakan bagian hak - hak seksual perempuan. Film itu berhasil mengangkat isu lesbian dengan baik sehingga menjadi isu yang lebih populis bagi publik.

Dalam film itu diceritakan dua perempuan yang (maskulin) berpacaran dengan perempuan (feminin). Hubungan pasangan lesbian yang macho dan feminin memang banyak terjadi dalam relasi pasangan lesbian. Sosok perempuan yang maskulin/macho yang biasa disebut dengan Butch berpasangan dengan perempuan yang feminin yang disebut dengan Femme. Butch akan berperan aktif secara seksual sedangkan yang femme sebaliknya.

Bahkan ada sebagian butch mengaku tidak mau disentuh oleh pasangan femme nya. Sampai ada yang paling radikal seorang butch tidak mau membuka bajunya pada saat berhubungan sex. Alasannya akan terlihat payudaranya yang besar dan adanya vagina. Maka ada banyak kejadian seorang butch akan berusaha menekan dengan berbagai cara agar payudaranya tidak membesar.

Termasuk membalutnya dengan kain atau menggunakan baju berlapis. Simbol - simbol keperempuanan biasanya paling tidak disukai. Seperti rok, lipstik, rambut panjang dan bra. Sehingga sebagian kelompok butch menggunakan istilah untuk dirinya "terperangkap tubuh yang salah". Maksudnya merasa diri laki - laki tetapi tubuhnya perempuan.

Menurut penelitian Prof Saskia ( ahli seksualitas dari Belanda), bahwa dari 10 butch yang diteliti di Indonesia. Dan mereka adalah dekat anggota Koalisi Perempuan Indonesia. Bahwa 9 orang merasa diri tidak nyaman bergabung dengan banyak perempuan. Dan satu lagi mengaku bahwa dirinya adalah laki - laki.

Sehingga peran - peran domestik yang diperankan oleh butch hampir sama yang dilakukan oleh laki - laki heteroseksual (suami). Merasa diri kuat, melindungi dan sosok partriaki lainya. Begitu juga bagi yang Femme akan menjadi "istri" yang baik dengan cara diam, penurut dan lemah lembut. Peran - peran itu persis yang kita lihat dalam film Pertaruhan pada film pertama soal pasangan lesbian buruh migran di Hongkong. Sehingga sebutan papa - mama/ayah - bunda juga dilekatkan pada butch - Femme kalau kita temui sehari - hari di Indonesia.

Sangat jarang sekali seorang butch akan berpacaran dengan butch, begitu juga sebaliknya. Pemisahan itu secara otomatis sangat kuat. Tetapi disisi lain ada kelompok lesbian lain yang dapat memerankan keduanya yang biasa disebut dengan Androgini. Artinya seorang perempuan yang dapat aktif dan pasif dalam seksualitas (dapat menyentuh dan disentuh). Sehingga androgini dapat membangun relasi dengan seorang butch, femme maupun androgini sendiri.

Istilah butch dan femme ini sebetulnya merupakan wacana dan konsep “kuno” yang dulu awalnya digunakan oleh kelompok-kelompok lesbian kelas pekerja di Amerika yang memanfaatkan waktu senggangnya di bar-bar. Sejarahnya istilah ini dipakai pada tahun 1940-an sampai 1960-an dan memang dimaksudkan untuk membedakan lesbian yang berpenampilan lebih maskulin/tomboy dengan istilah butch, dan lesbian yang berpenampilan feminin dengan istilah femme. Malah ada salah satu bar lesbian di Massachusetts yang memisahkan kamar kecilnya dengan tanda pada depan pintunya "butches" dan "femmes” (David Bianco, Butch – Femme Culture ). Sebuah imitasi yang sangat berlaku umum untuk kaum hetero yang memisahkan toiletnya dengan tulisan ”Laki-laki” dan ”Perempuan”.(http://satudunia.oneworld.net/?q=node/2039)

Gerakan lesbian memberikan kontribusi yang besar soal pelabelan itu. Sebagian aktivis lesbian mengkampanyekan bahwa pelabelan itu menjadi tidak penting untuk membedakan peran - peran sosial. Yang lebih penting adalah menyangkut relasi hubungan yang setara dan adil. Tidak jarang aktivis lesbian Indonesia menjalin pasangan butch dan butch atau Femme dan Femme. Pada umumnya teman - teman aktivis lesbian meyakini bahwa seksualitas manusia itu sangat cair (dapat berubah - ubah), termasuk juga soal orientasi seksual.

Pelabelan jika terus dikokoh apalagi pada peran - peran sosial maka akan berdampak pada diskriminasi dan kekerasan. Sehingga ada banyak kasus kekerasan yang terjadi pada pasangan lesbian. Yang dilakukan oleh Butch kepada pasangan Femme nya.


Karena dalam sebagian pikiran seorang Butch bahwa dia adalah laki - laki yang punya kekuatan untuk mengontrol pasanganya (Femme). Ini lah yang banyak terjadi sekarang dikalangan pasangan Lesbian. Ini yang sekarang didobrak oleh aktivis lesbian soal kekerasan dalam pasangan lesbian. Jadi konsep dan pikiran heterosentris (terpusat pada heteroseksual) dan partriakis (laki - laki yang utama) juga masuk dalam pikiran seorang lesbian. Bahwa pasangan manusia itu harus ada yang maskulin - feminin. Maka tidak jarang seorang butch biasanya akan berharap dapat mengubah jenis kelamin nya menjadi laki - laki. Walau tidak semua butch ingin melakukan itu.


Wasalam


Toyo

Mampang, 20 Januari 2009

Read more...

Pernas Waria I

Sekarang diselenggarakan Pertemuan Waria I yang diselenggarakan oleh Yayasan Srikandi Sejati, Forum Komunikasi Waria dan Arus Pelangi. Kegiatan dilaksanakan pada tanggal 18 - 23 Januari 2009 di Jambuwuluk Tapos Bogor. Pernas Waria I ini diikuti oleh 50 orang yang berasal dari 33 propinsi di Indonesia. Kegiatan ini mendapat dukungan dari Hivos, KPAN dan lembaga donor lainnya.
Ini beberapa cacatan pertamuan hari I yang saya dapat dari Dede Utomo (via millis).

Hari ini materi berkaitan dengan aspek HAM waria (dan juga lesbian, gay dan biseks). Saat ini sedang seru diskusi mengenai pelanggaran2 HAM terhadap waria.

Tadi malam ada sesi penting untuk meluruskan struktur komunitas dan organisasi waria, antara Forum Komunikasi Waria Indonesia, Yayasan Putri Waria Indonesia, serta organisasi yang menangani HAM (Arus Pelangi) maupun organisasi2 yang menangani kesehatan seksual, istimewanya HIV dan IMS, seperti Yayasan Srikandi Sejati. Yang penting ada kesepakatan untuk bersatu dan secara terbuka membagi pekerjaan sesuai dengan kemampuan masing2.

Hari kedua kemarin dibahas sejarah dan silsilah waria (juga LGBT lainnya) di Nusantara. Lalu dilanjutkan dengan situasi HIV di kalangan waria dengan presentasi dari Depkes dan FHI-ASA.

Hari pertama berbentuk pembukaan (sudah dilaporkan oleh Kawan Ryan), yang dilanjutkan dengan diskusi panel dengan berbagai donor (UNFPA, UNAIDS, FHI-ASA dan HCPI).

Dan dari informasi bahwa salah satu kegiatannya akan hearing dengan anggota DPR RI.

Read more...

Gay masih berhubungan dgn perempuan?

Yon's bertanya:

Gay itu masih 'berhubungan' dengan perempuan nggak sih?

Toyo menjawab:
Gay itu sendiri kalau di Indonesia adalah seorang laki - laki yang berhubungan cinta dengan laki - laki. Sebenarnya kalau di International gay juga dapat masuk ke perempuan dengan perempuan. Tapi kemudian perempuan yang suka dengan perempuan namanya lesbian. Sehingga gay untuk homoseksual laki - laki dan lesbian untuk homoseksual perempuan. Kalau untuk gerakan biasanya akan bersatu yang namanya gerakan LGBTIQ

Read more...

Quota 30 % Untuk Siapa

>> Senin, 19 Januari 2009

Selama ini saya ingin bertanya soal hal yang paling dasar adalah apakah caleg perempuan harus selalu aku pilih? Dari latar belakang aku sebagai seorang LGBTIQ ataupun sebagai orang yang peduli dgan hak - hak perempuan.


Selama ini aku kadang ragu dengan kampanye isu quota 30 % bagi perempuan. Apalagi sampai ada kampanye perempuan pilih perempuan... Awalnya aku sempat gak mau tanya dan komplain soal kebijakan ini. Karena ada rasa takut kalau aku mau tanya di forum - forum diskusi. Takut salah dan dianggap partriarki lah..


Tapi kemudian rasa bingung dan takut ini ada moment aku diskusikan dengan seorang aktivis perempuan (Mbak Yanti Muchtar). Diskusi itu lumayan membuat aku lebih percaya diri untuk membahas dalam persoalan ini. Sehingga aku dan teman - teman LGBTIQ di Indonesia harus bersikap bagaimana dalam pemilu nanti. Karena jumlah pemilih kelompok LGBTIQ lumayan besar (bahkan bisa jutaan orang).


Persoalanya begini...Aku melihat sekarang isu perempuan selalu diteriakan dimana - mana. Malah kayak jadi jualannya partai politik, mulai yang paling fundamentalis sampai yang katanya partai moderat (pluralis). So sekarang kita bisa lihat sendiri PKS, PPP, PBB, Hanura, Gerindra, Demokrat, Golkar, PKB dan PDIP semua menempatkan perempuan sebagai jualan partainya.

Baru - baru ini Koalisi Perempuan Indonesia melaporkan kepada publik bahwa ada sekitar 500 perempuan anggota KPI yang masuk menjadi caleg diseluruh Indonesia baik ditingkat DPRD tingkat II sampai pusat. Angka yang sangat luar biasa untuk sebuah perubahan. Begitu juga pada saat ini di millis perempuan sedang dibahas oleh para aktivis perempuan bagaimana mencapai quota 30 %. Dari mulai penggalangan dana sampai penggalangan massa. Semua orang berusaha bergerak agar perempuan dapat duduk di legislatif.
Dan jika benar - benar dimanage dengan baik maka aktivis perempuan akan membawah perubahan yang luar biasa bagi Indonesia.

Tapi kemudian pertanyaan kritis saya adalah? Apakah perempuan yang menjadi anggota KPI itu masuk ke partai yang mana?? Apakah partai yang fundamentalis, partai pelaku pelanggaran HAM atau partai yang katanya moderat?? Aku tidak mendapatkan data itu..

Aku sebagai seorang gay dan teman - teman ku kelompok LGBTIQ akan didorong untuk tidak akan memilih caleg perempuan yang berasal dari partai fundamentalis atau partai pelaku pelanggaran HAM. Kami akan memilih laki - laki atau perempuan yang mau berjuang untuk hak - hak kelompok LGBTIQ dan kelompok marginal lainnya. Orang - orang yang berjuang untuk penegakan pluralisme yang demokratis.
Ada banyak kelompok perempuan yang resisten dengan gerakan pluralisme seperti kebebasan beragama dan isu keberagaman seksualitas. Isu itu dianggap isu yang sensitif dan akan berdosa jika memperjuangkannya.

Aku setuju bahwa quota 30 % untuk mendorong perempuan maju. Sehingga akan banyak pilihan yang masuk mulai dari ideologi A - Z. Tapi LSM atau aktivis perempuan tidak mempunyai flat form yang jelas? Misalnya sebaiknya partai apa yang layak dimasukin dan kita pilih nanti? Begitu juga untuk konteks anggota KPI dan dukungan pendanaan yang dilakukan oleh aktivis perempuan. Sehingga diharapkan para caleg perempuan dapat memperjuangkan hak - hak asasi manusia bagi setiap orang. Bukan gerakan sektarian. Kalau perempuan nya pada masuk ke kelompok partai fundamentalis maka gerakan fundamentalis akan semakin kuat...Dan perempan ikut berkontribusi dalam hal ini.


Dan akhirnya ada kebijakan untuk perempuan yang sangat merendahkan hak perempuan sendiri. Apalagi kelompok LGBTIQ. Contohnya yang paling gampang pada saat advokasi RUU Pornografi. Banyak para perempuan yang dijadikan "alat" oleh kelompok fundamentalis mendesak bahwa UU perlu cepat disyahkan.

Jika diluar negeri bahwa jumlah perempuan di Legislatif akan memberikan pengaruh positif terhadap perempuan. Itu juga disebabkan masyarakat yang lebih pluralis. Tetapi jika di Indonesia saya pikir tidak selalu sama dampaknya. Mungkin untuk beberapa hal akan mengalami perubahan yang lebih baik.
Tapi menurut ku tidak ada "jaminan" bahwa nasib perempuan dapat lebih baik untuk semua aspek apalagi bagi semua orang khususnya kelompok LGBTIQ.



Salam



Toyo
Kalibata, 19 Januari 2009

Read more...

Sebenarnya gue ini gay,bisex,atau straight sih??

Pengalaman ini saya ambil dari web komunitas gay; www.bozforum.com dengan inisial ID woi89

Please bgt..gue mau minta tolong...
gue udah bingung banget ngadepin ini dan gue gak tahu mau sama siapa lagi gue cerita..

Kira - kira gue bisa normal/straight lagi atau kagak yah??

ceritanya gini...
Dulu gue waktu kecil, gak pernah ngerasa suka atau terangsang dengan cowok... malah gue terangsang sama cewek.. Dulu seingat gue, gue paling seneng liat cewek berdada besar (kayak Pamela Anderson atau Debra di game WWF smack down) dan seingat gue dulu waktu zaman SD kalau onani, yang gue bayangin cewek - cewek sexy semua.. dan seingat gue, dari SD sampe SMP gue naksirnya sama temen2 cewek.. Kemudian pas SMP gue juga pernah pacaran sama cewek. Dulu gue kalau liat cowok cakep, pikiran gue bukan naksir,tapi iri sama mukanya dan pengen punya wajah seperti itu

Nah..orientasi gue mulai berubah ketika pertama kali lihat VCD porno sewaktu SMP yang cerita dalam film itu ceweknya di perkosa ... Nah di film itu ceweknya kasihan banget.. gue bukannya malah terangsang, tapi jadi sedih lihat tuh cewek.. vaginanya sampai koyak di film itu..

Sejak itu gue jadi ilfil kalau onani bayangin adegan ML (making Love) sama cewek.. Karena pikiran gue pasti selalu inget sama tuh cewek yang ada di film.. Jadinya kalau onani gue cuma bayangin gue cium - cium gitu sama cewek sexy.. Sampai kelas 2 SMP, gue masih suka dengan cewek secara seksual..

Orientasi seksual gue bener - bener berubah ketika gue download video ML yang ternyata adegan buat kaum bisexsual (suka dengan dua jenis kelamin, laki - laki dan perempuan).
Nah..gue downloadnya padahal gak sengaja karena gue pikir itu buat straight. Entah kenapa gue jadi tertarik di video itu pas adegan si cowok ML juga sama cowok lain di video itu..

Sejak itu khayalan gue pas onani jadi berubah.. yang dulunya takut ngayalin adegan ML sama cewek jadi selalu adegan biseks yang gue khayalin... Lama - lama gue ngayalnya lebih ke adegan ML sama cowok dibanding ceweknya.. Nah...belakangan gue ngayalnya bukan adegan biseksual tapi "pure" adegan gay (laki - laki yang suka dengan laki - laki secara seksual).
Terus lama - lama gue juga sudah jarang buka situs porno straight,tapi lebih sering situs gay serta perasaaan gue sama cewek juga perlahan - lahan hilang.

Nah..karena gue ngayalnya lebih sering cowok jadinya belakangan gue kalau liat cowok cakep dan macho gitu bukannya malah iri, tapi cenderung naksir dan ngayal gimana kalau ML sama tuh cowok...

Sampai sekarang gue cenderung tertarik sama cowok..Dan gue gak pernah bisa terangsang lagi kalau liat cewek telanjang.. Palingan gue bisa terangsang dan ereksi kalau ngayal gue mesra2an (cium2an dan pegang2an) sama cewek,.. Emang sih gue gak pernah ML sama cewek maupun cowok.. tapi kalau tertarik, gue jadinya lebih tertarik ML sama cowok sekarang...

gue pernah suka sama cowok,terus gue pedekate...
tapi terakhirnya gue ngerasa,gue suka sama tuh cowok bukan karena perasaan, tapi karena badannya ajah yang kekar (jadinya lebih cenderung mikir ke sex nya daripada relationshipnya)..
jadinya gue gak jadi nembak tuh cowok...

Gue pernah ditawarin ML sama cowok,tapi kagak pernah jadi ML karena selalui saja ada keraguan dari diri gue buat ML sama cowok.. Tapi tetap aja keinginan gue ML sama cowok itu masih kuat... Lagian entah kenapa, gue gak pernah naksir cowok untuk ngeliat dia dari sisi hatinya tapi cenderung ke wajah dan bodinya... Terus gue gak pernah berniat untuk pacaran atau membina relationship apalagi menikah dengan cowok.. pikiran gue pasti ke sex aja..

Tapi kalau melihat cewek ( selama gue pernah pacaran sama cewek).. gue cenderung bukan melihat dari sex tapi dari hatinya dan nyaman gue sama tuh cewek... Dan pikiran gue buat nikah sama cewek sangat besar..
Tapi gimana mau nikah sama cewek sekarang wong bayangin cewek telanjang saja gue kagak terangsang apalagi ML sama cewek??

Menurut teman - teman, gue kok bisa berubah? Kira -kira ada yang pernah mengalami pengalaman kayak gue tidak?? Emang dulu waktu SD gue pernah dilecehkan secara seksual sama cowok.. Jadi gue pernah mandi bareng sama kakak sepupu cowok.. nah dia maksa supaya dia boleh ngelus - ngelus penis gue.. Awalnya gue berontak tapi lantaran dia lebih besar dan kuat, akhirnya bisa juga dia ngeremas - ngeremas dan jilat penis gue,walaupun gue gak mau.. Kira - kira karena itu atau tidak makanya gue jadi berubah menjai gay kayak gini??

Buat temen2 please banget..bantuin gue gimana ngatasin permasalahan gue..
Sebenarnya gue ini gay,bisex,atau straight sih??
Jujur kalau boleh milih...gue lebih suka kayak dulu.. gue lebih suka diri gue yang suka cewek karena agama gue melarang keras kaum gay (no offense buat temen2 gay...gue gak maksud nyinggung lo..)

Temen2 yang gay,udah pernah gak konsultasi buat berubah jadi straight??
kira2 terapi apa yang dikasih supaya kita berubah jadi straight??

Gue malu ke psikolog karena takut keluarga dan temen2 gue tahu klo gue suka sama cowok...
Sampai sekarang gue belum coming out dan gak ada satupun orang yang tahu kalau gue gay..(untungnya perawakan dan gaya gue gak ngondek(feminin) jadi gak ada satupun yang nyadar kalau gue gay..) Palingan temen2 gue aja yg sering nanya,kenapa gue selalu nolak cewek yg pedekate ke gue dan kenapa gue gak pernah mau pacaran lagi...

Please bgt..bantuin gue..

Masukan Toyo:

Pertama saya ingin sampaikan apakah anda gay atau tidak saya pikir anda sendiri yang tahu. Walau dari cerita mu sekarang lebih suka dengan cowok daripada perempuan. Untyk itu ada beberapa yang ingin saya sampaikan:

1. Seksualitas itu adalah cair, artinya orientasi seksual seseorang dapat berubah - ubah. Tergantung ruang dan waktunya. Walaupun sebagian ilmuwan mengatakan bahwa seksualitas dipengaruhi secara biologis. Tetapi sebagian ilmuwan (terutama kalangan feminis) mengatakan bahwa seksualitas itu dapat dipengaruhi oleh banyak hal. Baik karena biologis, psikologi, sosial, budaya, tafsir agama ataupun politik. Sehingga banyak aspek seksualitas seseorang tersebut. Termasuk soal orientasi seksualnya.

Kalau dari konteks kasus mu, apakah memang kamu secara genetis adalah homoseksual? Itu masih perlu ada uji yang lebih dalam. Tetapi saya tidak tahu apakah ada tes uji secara biologis seseorang secara genetis itu homoseksual ataupun tidak. Bisa juga orientasi seksual mu berubah karena pengalaman yang kamu cerita kan tadi. Mulai dari masa kecil sampai sekarang. Menurut ku untuk soal penyebab jangan terlalu diambil pusing karena akan sulit untuk menemukan jawabannya.

2. Memilih untuk menjadi heteroseksual memang itu bukan hal yang salah. Karena itu hak sepenuhnya setiap orang termasuk kamu.
Hanya aku ingin sampaikan bahwa kamu lah yang tahu mana yang terbaik untuk diri mu sendiri. Termasuk soal orientasi seksualmu. Dalam konteks ini, sebenarnya menunjukkan bahwa masih banyak orang menempatkan homoseksual sesuatu yang buruk dan hina dibandingkan heteroseksual.

Seperti yang kamu sampaikan di atas bahwa homoseksual adalah dosa. Karena itu lah rasa marah dan bingung terus menghantui diri mu sendiri. Tapi situasinya akan akan berbeda kalau sekarang kamu lebih suka dengan perempuan. Ini menunjukkan bahwa dalam pikiran banyak orang heteroseksual sangat agung dimata masyarakat, budaya dan agama bahkan diri mu sendiri.

3. Sekarang bagaimana melihat persoalan homoseksual bukan hanya persoalan sex saja. Bahwa hubungan homoseksual juga bisa dibangun dengan rasa sayang dan kasih. Tanpa harus berpikir hal - hal yang berkaitan dengan ML saja. Pikiran mu masih terjebak persoalan itu. Sehingga kalau melihat persoalan gay = ML. Tetapi tidak demikian untuk heteroseksual. Saya paham bahwa pikiran mu itu menyangkut soal heteronormatifitas. Bahwa yang normal itu adalah heteroseksual. Yang layak punya kasih sayang dan rasa cinta itu hanya hubungan heteroseksual. Padahal banyak sekali hubungan homoseksual yang dapat membangun rumah tangga bertahun - tahun tanpa hanya berpikir ML saja.

4. Soal kamu akan berubah, aku pikir itu bisa dilakukan. Semua tergantung diri kamu sendiri. Kalau saya tetap semua atas pilihan diri mu sendiri. Tapi masalah nya kamu mesti jujur menentukan pilihan tersebut. Jangan hanya ingin kembali menjadi heteroseksual karena atas dasar bahwa homseksual itu buruk dalam pikiran mu. Karena kalau itu dasarnya akan menjadi persoalan lagi. Kamu bisa saja menjadi heteroseksual dan menikah dengan cewek tetapi rasa suka mu dengan cowok tetap masih ada. Dan tidak menutup kemungkinan rasa itu terus akan menghantui diri mu selamanya. Pengalaman ini banyak terjadi oleh gay - gay yang memutuskan menikah. Walau dengan berbagai alasan.

Saran aku memang kalau mau berubah, coba tempatkan bahwa homoseksual dan heteroseksual dalam posisi yang sama. Pandang bahwa orientasi seksual mana pun baik dan normal.
Kemudian setiap orang bebas memilih mana yang terbaik buat dirinya sendiri. Dengan segala konsekuensinya.
Tapi memilihnya harus benar - benar jujur atas pilihan yang sadar. Jangan karena embel - embel lain, apalagi istilah dosa. Makanya untuk sampai pada pilihan itu, pelajari dan banyak baca soal informasi tentang seksualitas khususnya orientasi seksual.


Saya tidak akan membuat kamu jadi homoseksual, heteroseksual ataupun biseksual. Tapi aku akan bantu kamu agar dapat memilih mana yang terbaik buat diri mu.

Salam

Toyo

Kalibata, 19 Januari 2009

Read more...