Remaja, Seksualitas Dan HAM

>> Sabtu, 05 Desember 2009


Meyambut perayaan hari asasi manusia sedunia 10 Desember 2009. Elsam sebagai lembaga yang fokus untuk isu hak asasi manusia di Indonesia melaksanakan serangkaian kegiatan. Kegiatan itu dimulai 3 Desember dan puncak acara 12 Desember 2009 di Taman Ismail Marzuki. Diantara kegiatan adalah lomba debat anak muda, pemutaran film dan seminar publik. Kegiatan dilaksanakan di dua kota Jakarta dan Bandung.

Tema dalam peringatan tahun ini adalah Menemukan Indonesia dalam Perbedaan”. Demokrasi yang didapat pasca reformasi justru melahirkan banyak peraturan daerah yang semakin merepresi hak-hak kelompok marginal seperti perempuan, kelompok homoseksual, agama minoritas maupun kelompok marginal lainnya.


Subjek dalam peringatan tahun ini adalah anak muda. Menurut Agung Putri Astrid Kartika selaku direktur Elsam dalam pidato pembukaan workshop pra debat di Fak.hukum UI mengatakan bahwa anak muda adalah sebagai agen perubahan yang strategis untuk tetap menegakan HAM. Walau pada satu sisi anak muda juga menjadi pelaku ataupun korban pelanggaran HAM selama ini. Sehingga menjadi sangat penting anak muda bicara soal HAM karena kedepannya merekalah yang akan duduk dijabatan-jabatan publik dan mewarnai demokrasi Indonesia.


Pada 3 Desember 2009 Toyo (Ourvoice) sebagai narasumber dalam acara pra workshop lomba debat HAM di gedung Auditorium Universitas Indonesia Depok. Dihadiri narasumber yang lain Taufik Basari (LBH Masyarakat), Prof Satya Arinanto (Dosen FHUI/Staff khusus Wapres) dan Agung Putri (direktur Elsam). Peserta dihadiri oleh para anak muda baik perempuan maupun laki-laki yang pada umumnya adalah para calon peserta debat HAM. Acara ini dimaksudkan sebagai bekal bagi para peserta untuk menajamkan konsep HAM dalam lomba debat nantinya. Walau menurut Elsam sendiri bahwa konsep ini tidak berakhir sampai lomba debat saja tetapi dapat merubah tindakan dan sistem menjadi lebih baik.


Menurut Toyo bahwa manusia dilahirkan dengan keberagaman seksualitas masing-masing sebagai bagian dari naluri manusia itu sendiri. Kemudian ditegaskan oleh Taufik Basari bahwa memahami deklarasi HAM bukan sebatas soal hukum. Tetapi yang paling penting adalah memahami esensi dari apa sebenarnya HAM itu sendiri. Termasuk pilihan akan orientasi seksualnya. Kemudian Prof.Satya Arinanto bicara sejarah lahirnya definisi HAM di International. Sayangnya Prof. Satya tidak banyak waktu memberikan ulasannya lebih dalam karena harus meninggalkan ruang. Menurutnya ada beberapa perubahan dalam konsep HAM diantaranya soal penggunakan kata men menjadi human karena dinilai bias gender oleh gerakan perempuan.


Sedangkan Agung Putri memaparkan bagaimana selama ini orde baru banyak menghancurkan keberagaman kebudayaan Indonesia. Kebudayaan dipolitisir oleh pemerintah sehingga Indonesia yang kaya akan keberagaman menjadi semuanya homogen. Padahal modal bangsa Indonesia adalah sebuah keberagaman itu sendiri. Termasuk keberagaman dalam soal orientasi seksual dan identitas gender. Misalnya adanya budaya Bissu di Sulawesi Selatan tentang keberadaan waria yang diagungkan sebagai tokoh adat. Ini menjadi satu bukti kuat akan keberagaman itu sendiri.

Disela-sela tanya jawab salah seorang peserta mengkaitkan orientasi seksual dengan tindakan kejahatan manusia. Menurutnya homosekual sebagai pelaku peyebar peyakit seksual dan juga sebagai pelaku mutilasi(pembunuhan). Kemudian Taufik Basari menegaskan bahwa ini adalah salah satu bentuk stigma dan phobia(kebencian) terhadap kelompok homoseksual.


Sehingga akhirnya menjadi tepat kegiatan ini dilakukan untuk lebih terus memperkenalkan soal keberagaman seksualitas sebagai bagian hak asasi manusia. Khususnya untuk anak muda Indonesia yang menjadi bagian dari keberagaman seksualitas itu sendiri. Kita berharap kegiatan seperti ini akan terus dikembangkan dan digulirkan untuk anak muda diseluruh Indonesia. (Toyo/OV)

0 komentar: