Gay Dan Penghapusan Kekerasan Terhadap Perempuan

>> Minggu, 20 Desember 2009


Penghentian segala bentuk kekerasan terhadap perempuan bukan hanya menjadi "wilayah" perempuan. Tetapi peran laki-laki juga menjadi strategis sebagai aktor untuk berkontribusi dalam melakukan kampanye dan tindakan penghapusan segala bentuk kekerasan terhadap perempuan. Hal itu yang diangkat dalam diskusi pada louncing Jurnal Perempuan di Gedung Departemen Pendidikan Nasional, Jl. Sudirman Jakarta Selatan (17/12/09). Acara ini mengangkat soal tema yang ada dalam jurnal perempuan edisi 64 yang bertanjuk "Saatnya Bicara Soal Laki-Laki".

Diskusi kali ini dihadirkan dua narasumber laki-laki, Nur ahmad (redaksi swara Rahima/Dosen kajian Islam STIE Ahmad Dahlan) dan Eko Bambang Subiyantoro (Staff FNS/Koordinator gerakan laki-laki baru) dengan dimoderatori oleh Syaldie (Jurnal Perempuan). Selain itu hadir juga Gadis Arivia (pendiri Jurnal Perempuan).

Sekarang ini telah ada jaringan nasional laki-laki untuk menghentikan segala bentuk kekerasan yang dinamakan dengan "Jaringan Laki-laki baru". Jaringan ini sudah ada di 5 propinsi diseluruh Indonesia. Jaringan ini ditegaskan oleh Eko (salah satu inisiator) bahwa lahir dari keberhasilan gerakan perempuan mengkampanyekan penghapusan terhadap perempuan yang selama ini dilakukan. Jadi jaringan ini bukan sebagai saingan gerakan perempuan tetapi bersama-sama menghapuskan kekerasan terhadap perempuan.

Keanggotaan jaringan ini berasal dari individu dan organisasi diseluruh Indonesia tanpa melihat latar belakang apapun. Sehingga laki-laki siapapun baik heteroseksual, homoseksual ataupun biseksual dapat menjadi anggota jaringan ini. Kegiatannya adalah melakukan kampanye dan pendidikan kepada semua masyarakat khususnya laki-laki untuk berperan serta dalam menghapuskan segala bentuk kekerasan terhadap perempuan.

Menurut Eko bahwa selama ini jaringan ini selalu di"stigma" bahwa laki-laki tergabung adalah seorang yang banci ataupun seorang gay di jaringan ini. Padahal jaringan ini tidak akan pernah mempermasalahkan siapapun yang bergabung, mau dia seorang gay atau bukan, tegas Eko.

Dalam hal ini kelompok gay sendiri juga bisa memberikan kontribusi dalam menghapuskan segala bentuk kekerasan terhadap perempuan. Misalnya fakta yang terjadi sampai sekarang banyak seorang gay atau biseksual memutuskan untuk menikah dengan seorang perempuan tetapi pada sisi lain tetap melakukan hubungan atau perselingkuhan dengan pasangan laki-lakinya.

Hal ini menjadi tanggungjawab kelompok gay untuk mulai mendiskusikan bersama apa sebenarnya kekerasan terhadap perempuan. Memang kalau melihat persoalan gay yang "memutuskan" menikah dengan perempuan ada banyak faktor. Misalnya karena sistem sosial dan negara yang masih belum menerima keberadaan orientasi seksual selain heteroseksual. Sehingga karena tuntutan atau alasan lainnya seorang gay akan menikah dengan perempuan dan memiliki anak. Padahal satu sisi perempuan dan anaknya tidak tahu sama sekali soal orientasi seksual suami dan bapaknya. Dalam konteks ini bukan hanya perempuan (istri) dan anak saja yang menjadi korban. Tapi seorang gay itu sendiri dan pasangan gay nya juga menjadi korban baik secara langsung maupun tidak langsung dari sistem sosial yang homophobia.

Sehingga berangkat dari situlah kelompok gay dapat memberikan kontribusi dalam penghapusan segala bentuk kekerasan terhadap perempuan. Misalnya untuk mendorong seorang gay terbuka dengan istri dan anaknya akan identitas seksual yang sebenarnya. Atau memutuskan dengan tegas untuk tidak akan menikah atau komitmen dengan perempuan lain. Memang hal ini butuh diskusi dan dialog yang sangat panjang. Karena kelompok gay sendiri punya banyak masalah soal identitas seksualnya terutama untuk persoalan pribadinya sendiri.

Ini menjadi sangat strategis untuk gerakan gay mengembangkan jaringan yang lebih besar lagi dari gerakan orientasi seksual. Bahwa gerakan seksualitas bukan semata-mata pada gerakan gay atau lesbian saja. Tetapi dapat cross cutting isue dengan gerakan lainnya. Sehingga garis perjuangannya mendapatkan benang merahnya sebagai gerakan kemanusiaan yang lebih besar.(Toyo/OV)

0 komentar: