Homoseksual Tidak Permanen

>> Sabtu, 11 April 2009














Sejumlah penelitian mengenai homoseksualitas pada manusia maupun hewan masih banyak dilihat perbedaan sisi biologisnya namun jarang dipelajari penyebabnya. Sampai sekarang bahkan masih diperdebatkan apakah homoseksual merupakan bawaan lahir atau sifat yang dapat diubah.

Penelitian terbaru menunjukkan bahwa obat atau manipulasi genetika mungkin dapat mengaktifkan atau menonaftifkan sifat homoseksual. Setidaknya hal tersebut telah terbukti pada lalat buah, jenis hewan yang sering dipakai di laboratorium karena memiliki gen-gen yang juga dimiliki manusia.

Kecenderungan menyukai sesama jenis pada lalat buah sepertinya dikendalikan dari bagaimana setiap individu menilai bau hewan lainnya. Penelitian sebelumnya juga menunjukkan hasil yang sama pada manusia.

Dalam penelitiannya, David Featherstone dari Universitas Illionis, Chicago, AS menemukan sebuah gen di lalat buah yang disebut genderbuta atau GB. Gen ini berfungsi mengirimkan glutamate sebagai neurotransmitter ke sel-sel otak. Jika otak kekurangan glutamate, kekuatan sambungan sel-sel syaraf, yang disebut synaps, menurun. Hal tersebut akan mempengaruhi perilaku.

Peneliti lainnya, Yael Grosjean, menemukan bahwa seluruh lalat buah jantan yang mengalami mutasi pada gen GB menjadi suka dengan sesama jenis. Mutasi GB menyebabkan lalat buah menyukai lawan jensi maupun sesama jenis alias biseksual.

Untuk mengujinya, para peneliti mengubah kekuatan synaps secara genetik dan memberikan obat yang menguatkan synaps. Mereka menggunakan feromon, zat kimia yang diketahui meningkatkan gairah seks, baik pada hewan maupun manusia. Hasilnya, sifat homoseksual pada lalat buah muncul dan pergi dalam hitungan jam.

"Ini menakjubkan. Saya belum pernah berpikir kami dapat melakukannya karena orientasi seksual selama ini dianggap sebagai sesuatu yang permanen," ujar Featherstone yang melaporkan temuannya dalam jurnal Nature Neuroscience. Temuan ini akan mengubah cara pandang kita mengenai homoseksual.

Belum dapat dipastikan apakh pengaruh yang sama juga bekerja pada manusia. Namun, penelitian pada tahun 2005 menemukan bahwa bau zat kimia yang mengandung testosteron memicu aktifnya bagian otak yang mengendalikan hasrat seksual pada pria homoseks dan wanita biasa, namun tidak pada pria biasa.

http://www2.kompas.com/ver1/Iptek/0712/10/155818.htm

0 komentar: