ASB:Pluralisme Bagi Guru Sekolah Minggu

>> Senin, 26 Oktober 2009

Aliansi Sumut Bersatu(ASB) sebagai satu jaringan LSM dan individu di Sumatera Utara telah melakukan kegiatan pelatihan pendidikan pluralisme bagi guru-guru sekolah minggu. ASB sendiri adalah jaringan yang fokusnya untuk mengembangkan pendidikan pluralisme,seksuali tas dan feminisme di Sumatera Utara. ASB selama aktif melakukan advokasi RUU Pornografi, Ranperda Pornogarfi dan Pornografi di Sumut serta kebijakan yang anti pluralisme. ASB sendiri berdiri pada tahun 2006 dilatar belakangi adanya RUU APP pada saat itu.

Pelatihan pendidikan pluralisme untuk guru sekolah minggu dilatar belakangi oleh lemahnya guru-guru sekolah minggu dalam pemahaman soal keberagaman. Terutama meyangkut hak-hak anak dalam melihat realita perbedaan dalam konteks perdamaian di Indonesia.

Guru sekolah minggu sendiri adalah orang yang bertugas "menggantikan" pendeta memberikan pendidikan soal ajaran Kristen kepada anak-anak. Sehingga kegiatannya hampir sama dengan kebaktian umat kristen. Tapi metodenya berbeda dengan orang dewasa, lebih menggunakan cara-cara bernyanyi. Termasuk mengajarkan berdoa dan beribadah menurut ajaran masing-masing "aliran" kristen. Guru sekolah minggu ini dipilih oleh gereja dengan cara masing-masing gereja.

ASB melihat bahwa guru sekolah minggu menjadi strategis untuk mengembangkan pendidikan Pluralisme untuk perdamaian kepada anak-anak. Sehingga diharapkan anak-anakyang beragama Kristen dan aliran gereja A tetapi tetap bisa menghargai orang yang berbeda darinya.

Pada pelatihan ini pesertanya berjumlah 20 orang, laki-laki 3 orang dan 17 perempuan. Masing-masing peserta berasal dari perwakilan GKPS 3 org, BNKP 2 org,GKPPD 2 org,HKBP 10 org,HKI 2 org dan 1 org dari LSM anak.

RTL nya adalah masing-masing perwakilan gereja membuat potensi dan tantangan dalam pelayanan sebagai guru sekolah minggu yang dikaitkan dengan keadilan gender, hak anak dan pluralisme. Dan kemudia diharapkan peserta dapat membuat bahan-bahan praktek khotbah berdasarkan perspektif tersebut.

Pelatihan ini difasilitasi oleh Veryanto sitohang (Koordinator ASB), Redima (staff ASB) dan narasumber adalah Erlina Pardede yang bicara tentang peranan guru sekolah minggu dalam gereja untuk perspektif anak dan keadilan gender menurut kajian alkitab.

Kegiatan kali ini dilaksanakan pada tanggal 15-17 Okt 09 dengan materi yang dibahas soal keadilan gender, hak anak dan kekerasan terhadap anak dan pluralisme. Kemudian peserta juga akan menganalisis pelayanan yang diberikan selama ini.

Dari diskusi peserta ternyata selama ini guru sekolah minggu masih mempraktekan kekerasan-kekerasan terhadap anak dalam memberikan pelayanan kepada anak. Ada praktek-praktek hukuman yang menurut pembahasan teman-teman merupakan pelanggaran dari hak anak. Selain itu untuk soal pluralisme peserta masih kuat "meng aku kan" gereja aliranya. Sehingga kritik dan otokrtik masih belum terjadi secara kondusif antara peserta. Walau secara umum dinamika peserta sangat baik sebagai langka awal. Karena guru sekolah minggu sendiri baru pertama mendapatkan informasi soal isu-isu ini. Yang seharusnya menjadi tugas gereja kepada umatnya.

Ada hal yang juga seru didebatkan oleh peserta soal seruan meyebarkan firman tuhan VS Pluralisme. Konsep "kristenisasi" kadang juga dirasakan oleh teman-teman guru sekolah minggu. Tetapi peserta mencoba belajar bagaimana agama-agama dapat tumbuh dan berkembang tanpa harus memaksa untuk mencari umat sebanyak-banyaknya. Minimal isu ini mulai dibuka dalam pelatihan sebagai bagian dari pendidikan pluralisme bagi guru-guru sekolah minggu.

Diharapkan kegiatan-kegiatan seperti ini bukan hanya dilakukan untuk gereja-gereja Protestan saja, tetapi juga bisa dilakukan pada agama Khatolik, Budha, Hindu maupun Islam di Sumatera Utara. Dan kemudian suatu saat akan ada media saling berbagi dan bersama menyatukan pandangan soal kebangsaan dalam keberagaman dimasing-masing agama.Harapan ini dapat dilakukan oleh ASB kedepannya, Amin.


Salam


Toyo

0 komentar: