Keblinger Soal HIV dan AIDS

>> Kamis, 05 Februari 2009

Apabila bicara soal homoseksual maka akan menyamakan dengan penyakit menular. Dalam hal ini HIV dan AIDS. Pandangan itu karena dipengaruhi sebuah kesimpulan mengenai penyebab penyakit HIV dan AIDS salah satunya anal sex. Walau semua kita paham bahwa anal sex bisa juga dilakukan oleh heteroseksual. Tetapi paradigma orang bahwa anal sex sama dengan homoseksual. Apakah kelompok homoseksual lebih banyak melakukan anal sex dibandingkan dengan heteroseksual? Masih perlu dilakukan kajian lebih dalam untuk ini.


Belum lagi bicara homoseksual, maka kita akan bicara soal orientasi seksual. Homoseksual sendiri ada yang lesbian (perempuan) dan gay (laki - laki). Sehingga menyimpulkan bahwa anal sex = homoseksual juga sebuah kekeliruan yang sangat fatal. Karena prilaku seksual anal sex itu hanya dapat dilakukan oleh pasangan gay, tidak untuk lesbian. Selain itu heteroseksual juga bisa melakukan anal sex seperti yang aku paparkan diatas.

Jadi jelas bahwa anal sex adalah menyangkut soal prilaku seksual seseorang sedangkan homoseksual dan heteroseksual adalah menyangkut orientasi seksual. Itu adalah dua hal yang sangat berbeda sekali.

Memang selama ini para pekerja AIDS maupun pemerintah membuat membuat kesimpulan kurang tepat. Seperti yang ditulis berita berikut ini dalam media bahwa ada 1.310 kasus HIV/AIDSyang tercatat pada Juni 2005, kasus yang berasal dari homoseksual dan transeksual (gay/ waria) hanya 2%, jauh dibandingkan dengan kaum heteroseksual (18%) dan penyalah guna napza suntik (61%)[1].

Angka nya memang lebih kecil untuk homoseksual dibandingkan dengan heteroseksual.
Tapi ini fatal sekali sekali dengan menyebutkan homoseksual. Karena mesti dijelaskan lagi bahwa yang mengakibatkan penularan HIV dan AIDS adalah tindakan atau prilaku seseorang. Bukan pada orientasi seksual nya.

Belum lagi kalau disebutkan anal sex = aids. Itu juga sebuah kekeliruan lagi. Bahwa jika seseorang apabila melakukan anal sex baik heteroseksual maupun anal sex bisa aman dari penyakit menular jika dalam berhubungan menggunakan kondom dan pelicin yang benar. Memang seperti yang selalu dikampanye selama ini bahwa AIDS dapat dicegah yang pertama tanpa melakukan hubungan sex (misalnya secara penetrasi), kedua setia pada pasangan, ketiga menggunakan kondom. Kampanye ini digunakan bagi kelompok yang melakukan sex aktif. Sex aktif juga bisa terjadi oleh siapapun, bukan pada orientasi seksualnya.

Banyak juga laki – laki yang menjadi pelanggan - pelanggan “waria” itu umumnya adalah laki - laki yang tidak mau dikelompokkan sebagai homoseksual. Mungkin ini karena homoseksual dianggap rendah dimata masyarakat.

Jadi aku pikir kalau melihat kesimpulan mengenai penyakit HIV dan AIDS harus kritis.
Sampai sekarang saja kita selalu memisahkan antara identitas gender, laki - laki, perempuan dan Waria. Padahal aku sendiri juga mau tanya mana yang disebut waria? Itu yang masih belum jelas sampai detik ini. Pengelompokan identitas gender itu berdasarkan apa? Ini hal yang rumit lagi mesti dibahas.

Mudah – mudahan informasi ini bisa membantu untuk melihat persoalan HIV dan AIDS lebih adil. Sehingga aku tegaskan sekali lagi bahwa penyakit HIV dan AIDS itu adalah suatu penyakit menular yang bisa masuk kepada siapapun. Tidak melihat latar belakang agama, jenis kelamin, etnis, ras, orientasi seksual, status sosial, ekonomi, pendidikan dsb. Penularan nya bisa bermacam – masam seperti hubungan seksual yang tidak aman (seperti melalui anal, vagina), jarum suntik, air susu dan tranfusi darah darah.
Itu semua bisa dicegah dengan beberapa cara, salah satunya menggunakan kondom yang benar.

Jadi mulai sekarang buang jauh – jauh menyimpulkan HIV dan AIDS dengan identitas tertentu seseorang.

Salam


Toyo

Kalibata, 5 Feb 2009

[1] http://www.mail-archive.com/wanita-muslimah@yahoogroups.com/msg03998.


2 komentar:

Anonim 20 Februari 2009 pukul 01.37  

Tulisan yang bagus dan berbobot.

Menurut saya kita harus sepakat bahwa orang-orang yang peduli tentang HIV/AIDS harus menyatukan hati dan fikiran dan terus melakukan upaya-upaya pencegahan penularan HIV/AIDS yang sudah sangat menghawatirkan. Jangan saling memojokkan tetapi BERSATULAH!

Gay Indonesia 22 Februari 2009 pukul 14.28  

Saya juga sepakat untuk itu, tapi kritik dan otokritik menjadi perlu sesama gerakan HIV dan AIDS. Kalau tidak nanti tertidur pulas.

salam


toyo