Gay VS Pesantren

>> Selasa, 03 Februari 2009

Pada saat Aku datang ke Banda Aceh atas undangan salah satu LSM di Banda Aceh. Ini adalah kedatanganku pertama setelah persidangan kasus ku bulan Oktober 08.
Kedatangan kali tanggal 26 Januari 2009.

Jadwal kedatangan kali ini bertepatan dengan jadwal pelatihan teman - teman Violet Gray. Violet Gray adalah satu LSM yang memperjuangkan hak - hak kelompok LGBTIQ di Aceh. Teman - teman menyebutnya VG lembaga tersebut. VG sendiri berdiri sekitar tahun 2007.


Pelatihan kali ini temanya soal hak asasi manusia dan homoseksual. Pelatihan dimulai tanggal 26 Januari - 30 Januari 09. Pesertanya juga teman - teman gay yang ada di wilayah Aceh. Walau ada peserta perempuan yang lainnya. Seperti dari LSM Perempuan dan perempuan ODHA yang ada di Banda Aceh. Dan juga dihadiri oleh 2 orang dari LSM Medan yang fokus untuk isu HIV dan AIDS (Sahiva). Pelatihan ini dibantu oleh Ayie (Dosen FT Unsyiah)dan Leila, Norma (Staff RPUK). Ketiganya adalah aktivis perempuan yang selama ini yang banyak mensupport kegiatan teman - teman VG.

Aku tidak banyak bisa mengikuti pelatihan kali ini. Dan memang aku juga tidak ada jadwal untuk mengikutinya. Oh ya selain itu Ienes Angela (Waria) dari Yayasan Srikandi Sejati Jakarta juga hadir. Panitia sengaja mengundang Ienes untuk hadir ke Banda Aceh sebagai narasumber. Dan ini adalah kedatangan pertama Ienes ke kota Serambi Mekkah. Kedatangan Ienes diharapkan oleh panitia dapat memberikan support pada teman - teman waria di Banda Aceh.

Aku sampai di Banda Aceh pada sekitar pukul 14.00 WIB. Setelah aku istirahat aku menyempatkan waktu untuk datang kepelatihan tersebut. Sambil aku juga memberikan beberapa buku pesanan teman - teman VG. Buku soal seksualitas dan HAM.

Setelah makan malam bersama dengan peserta yang lain. Aku baru mengetahui kalau ternyata "pacar" ku ikut sebagai peserta juga. Syukur lah Bobby sudah mau bergabung dengan teman - teman gay di Aceh. Apalagi sudah gabung dengan LSM yang mau memperjuangkan hak - hak nya. Minimal ini sudah menjadi perkembangan yang bagus bagi diri bobby sendiri. Sebagai cara untuk menguatkan diri nya sendiri setelah kejadian penyiksaan yang dialami bersama ku pada tahun 2007.

Sempat aku hampir tidak mengenali nya. Karena badan nya yang lebih besar dan wajahnya lebih bersih. Tapi rupanya Bobby sudah mengetahui kedatangan ku. Sehingga dia sempat tidak mau menemui aku. Bahkan tidak mau mengikuti pelatihan malam itu alasan sakit. Tapi atas bantuan Leila aku akhirnya dapat menemui nya. Dan aku diskusi biasa saja dan sempat mendiskusikan hal - hal yang berkaitan dengan kasus yang kami alami berdua. Setelah itupun kami masuk keruang pelatihan untuk mengikuti proses pelatihan bersama teman yang lain.

Malam itu acara difasilitasi oleh Norma. Aku ketinggalan masuk. Teman - teman sudah memegang satu lembar kertas putih. Dan semua nya sedang sibuk mencoret - coret kertas putih tersebut. Kemudian aku bertanya sedang melakukan apa? Norma pun menjelaskan kepada ku dan Bobby untuk menggambarkan perjalanan hidup dari mulai kecil sampai sekarang. Jadi judulnya adalah Sungai Kehidupan.

Aku pun mulai menggambarkannya. Setelah selesai masing - masing peserta diminta untuk saling memaparkan gambar nya sambil menceritakanya pengalaman masing - masing. Satu demi satu teman - teman menceritakannya.

Sampai giliran salah seorang temanku laki - laki. Nama nya Anto (nama samaran). Anto seorang gay. Dia bekerja di salah satu Lembaga International di Banda Aceh. Selama ini Anto juga salah satu orang yang banyak membantu VG. Walaupun dia bukan membantu secara full time. Tapi kontribusi dan banyaknya jaringan LSM yang dimiliki banyak membantu gerakan VG di Aceh.

Anto adalah seorang putra Aceh yang lahir dan besar di Aceh. Walau sempat sekolah di Medan. Tapi masa kecil nya dihabiskan di Aceh. Dia mempunyai kemampuan bahasa Inggris dan Bahasa Arab yang baik. Karena itu juga lah dia dapat bergabung dilembaga asing.

Aku kenal Anto memang sejak aku datang ke Banda Aceh setelah Tsunami sekitar bulan Oktober 06. Sebelumnya aku sudah kenalnya melalui millis di Aceh. Aku beberapa kali ketemunya dan saling diskusi waktu aku masih di Aceh. Aku tidak banyak tahu soal latar belakang nya. Karena memang selama ini kita lebih banyak diskusi soal gerakan perempuan dan sedikit isu gay.

Hanya aku tahu dia seorang gay yang belum begitu terbuka dengan teman - teman di Aceh. Mungkin ini karena pilihan yang diambilnya untuk memudahkan kerja - kerjanya di Aceh. Walau ada sebagian aktivis yang tahu identitasnya.

Pada malam itu lah aku jadi banyak tahu latar belakang Anto. Terutama soal pengalaman seksualitasnya. Pada saat Anto menyampaikan gambar kehidupannya.
Anto dilahirkan di Aceh sampai SMU. Pada masa anak - anak dia pernah beberapa kali pelecehan seksual bahkan pemerkosaan. Yang dilakukan oleh seorang laki - laki dewasa kepada dirinya. Waktu itu Anto tidak tahu harus bicara dengan siapa.

Pengalaman hidup nya itu membuat dia tumbuh dalam kondisi yang trauma dan marah. Bahkan bukan cuma orang lain. Paman nya sendiri pernah melakukan pelecehan seksual kepada dirinya. Anto terus tumbuh dan merasa salah dan kesal dengan perlakuan orang - orang terhadap diri. Kejadian itu tidak pernah Anto ceritakan kepada siapapun.

Rasa marah dan rasa berdosa pun menghantui diri sendiri. Akhirnya dia memutuskan untuk mondok di pesantren Aceh. Selain Anto akan menghapus masa kelam nya tetapi juga untuk mendekatkan diri pada Tuhan. Anto berharap di pesantren akan terhindar dari pelecehan seksual. Dan dia sendiri akan merasa lepas dari dosa - dosa selama ini. Simple nya akan mendapatkan pencerahan dan kehidupan yang baru. Serta yang lebih penting tidak akan ada orang lagi melecehkan diri nya. Itu yang ada dalam pikiran Anto waktu itu.

Anto pun masuk Pesantren. Pesantren itu adalah pesantren yang semua nya adalah santri laki - laki. Memang di pesantren sangat tegas sekali bahwa hubungan sesama jenis dilaknat oleh Tuhan. Itu yang selalu ditegaskan oleh para guru nya. Dan santri - santri sudah paham semua nya.

Dari situasi yang ketat sekali dipesantren. Ternyata Anto menemukan pemandangan yang lebih parah dari luar. Dipesantren Anto sering menemukan hubungan sejenis terjadi. Anto berpikir kenapa di pesantren justru lebih banyak Anto temui kejadian ini. Ada yang dilecehkan tetapi ada juga yang suka dengan suka.

Maksud untuk keluar dari pelecehan seksual ternyata tidak Anto dapatkan. Anto justru sering sekali mendapatkan pelecehan - pelecehan seksual tersebut. Bahkan Anto pernah diikat oleh senior sambil digagahi tubuhnya. Anto marah dan kesal dengan tindakan di pesantren ini. Malah bukan hanya kakak senior tetapi pernah seorang guru nya juga melakukan pelecehan seksual terhadap dirinya. Anto memang memiliki wajah yang manis sekali. Tapi semanis apapun seseorang tidak berhak untuk dilecehkan. Anto sama sekali tidak menikmati pelecehan tersebut.

Dalam kondisi suara yang parau Anto kemudian mengakhiri ceritanya. Sambil mengatakan bahwa bukan jawaban lembaga pesantren untuk kita "terbebaskan" dari pelecehan seksual . Ternyata pesantren bukan lah semata - mata jawabannya. Tidak selalu pesantren menjadi tempat yang aman bagi diri nya maupun bagi anak - anak yang lain. Anto tidak tahu apakah karena santrinya laki - laki semua dan selalu bersama - sama.


Dan malam ini Anto melalui proses yang panjang akhirnya paham soal apa itu homoseksual. Dimana Anto harus memperjuangkan hak diri nya sendiri. Anto tidak mengatakan bahwa dirinya "menjadi" sekarang ini karena trauma masa kecil dan di pesantren. Karena setelah keluar dari pesantren Anto sampai dua tahun kebelakang ini masih saja memutuskan untuk menikah dengan cewek. Untuk bersama dengan laki - laki tidak terpikirkan oleh Anto selama ini.

Tapi ini adalah sebuah proses panjang yang Anto cari selama dua tahun ini.
Pemikiran Feminis dan perjuangan hak asasi manusia selama ini memberikan banyak pemahaman bagi dirinya. Termasuk untuk sadar dan bangga sebagai seorang gay.
Sambil meneteskan air mata, Anto mengatakan bahwa sekarang dia bangga dapat memberikan kontribusi pada VG untuk gerakan gay di Aceh maupun dunia.

Teruskan perjuangan mu sobat.............


Wasalam


Toyo

Kalibata, 3 Februari 09

6 komentar:

Anonim 22 Februari 2009 pukul 14.48  

Terima kasih kawan, telah mencairkan kebungkamanku dan menyeruakan apa yang seharusnya tidak aku pendam melalui tulisan ini.

Bagimu juga sobat, jangan pernah berhenti berjuang, Ganbatte Kudasai!!!

Anto

Pengakuan Gay Indonesia 8 Januari 2010 pukul 22.24  

Aku seorang gay dipulau belitung.
teramat sulit buat ku buat temukan pasangan sjati.
memang Q mencari relasi gay yg dak feminim n gak gemulai gt?
yg laen Q butuhkan mereka gay yg punya kepribadian t'baik?
bukan dilihat dr fisik smata?
bukan pula dari segi materi?
kesederhanaan jauh lbh mahaL...
bisa k0ntak aku di O856646OO785 sangat menanti gay dg pemikiran t'baik & dewasa...

Arman Syach 2 September 2011 pukul 08.35  

Apa yg kalian banggakan dgn ke gay an kalian. Bkn kah dlm Al Quran jelas dinyatakan bhw homoseksual nyata2 perbuatan laknat. Sudah cukup kota Sodom saja yg hancur, jgn jdkan Aceh km kota Sodom selanjutnya. Manusia diberi akal tuk berfikir, jika hanya nafsu yg dikedepan kan apa bedanya manusia dgn binatang. Homoseksual biang HIV dan AIDS, omong kosong memperjuangkan hak asasi jika membiarkan generasi Aceh ke dpn hancur oleh ulah sekelompok oknum yg mengaku penggiat Hak Asasi Manusia.

Gara2 ulah gay, bnyk generasi Aceh yg harusnya bs hdup normal jd rusak akibat pengaruh kaum gay khususnya para pendatang non Aceh. Dlm kasus pesantren yg dikatakan saudara Anton, itu hanya oknum dan tdk bs menggeneralisasikan seakan2 Pesantren membiarkan homosek. Saya alumni dayah di Aceh, dan saya tau setiap pelanggaran di dayah ada sanksinya. Laporkan kpd pihak dayah jika sodara Anton dilecehkan scr seksual disana.

Sekali lg saya ingatkan, jadilah penggiat HAM yg menjunjung tinggi hukum Allah, bkn hukum manusia. Ingat, AZAB ALLAH SANGATLAH PEDIH.... kah dlm Al Quran jelas dinyatakan bhw homoseksual nyata2 perbuatan laknat. Sudah cukup kota Sodom saja yg hancur, jgn jdkan Aceh km kota Sodom selanjutnya. Manusia diberi akal tuk berfikir, jika hanya nafsu yg dikedepan kan apa bedanya manusia dgn binatang. Homoseksual biang HIV dan AIDS, omong kosong memperjuangkan hak asasi jika membiarkan generasi Aceh ke dpn hancur oleh ulah sekelompok oknum yg mengaku penggiat Hak Asasi Manusia.

Gara2 ulah gay, bnyk generasi Aceh yg harusnya bs hdup normal jd rusak akibat pengaruh kaum gay khususnya para pendatang non Aceh. Dlm kasus pesantren yg dikatakan saudara Anton, itu hanya oknum dan tdk bs menggeneralisasikan seakan2 Pesantren membiarkan homosek. Saya alumni dayah di Aceh, dan saya tau setiap pelanggaran di dayah ada sanksinya. Laporkan kpd pihak dayah jika sodara Anton dilecehkan scr seksual disana.

Sekali lg saya ingatkan, jadilah penggiat HAM yg menjunjung tinggi hukum Allah, bkn hukum manusia. Ingat, AZAB ALLAH SANGATLAH PEDIH....

Anonim 14 Desember 2011 pukul 22.11  

Betul,,,
Mengatasnamakan HAM, untk menghancurkan moral anak bangsa.

Ingat, qta ga akn hdup slamanya. Tidak tkutkah kalian dgn azab Alloh bagi kaum nabi luth?

Anonim 3 Juli 2012 pukul 18.02  

Gimana dengan acting di acara TV yg justru perilaku gemulai ditonjolkan (seperti bbrp presenter acara). Banyak generasi muda kita yang besar kemungkinan meniru dan menganggap itu hal biasa dan lumrah2 saja. Memang orangtua harus bisa membimbing, namun acting tersebut harus dibatasi, karena generasi kita sebaiknya menjunjung aturan Allah, dan Pemerintah harus turut serta menjaga. Jika para kaum menggunakan bahasa tubuh yg feminin sebaiknya jgn di depan TV lakukan saja untuk sendiri dan tidak untuk di Public Domain terutama TV.

Jika saya perhatikan jumlah populasi wanita di dunia lebih banyak dibandingkan laki2. Pastinya akan lebih sulit lagi bagi wanita untuk mendapatkan pasangan lawan jenisnya jika kaum gay semakin banyak.

Sebagai orang tua yang memiliki anak, saya semakin hari semakin khawatir dengan kondisi, terutama di TV, acting bahasa tubuh laki2 yang feminin. Konsumsi hiburan saya rasa masih banyak cara lain.

Dari dua sisi, apakah normal ataupun gay, sama-sama memiliki hak. Jadi bagi kami yg normal juga berhak untuk tidak melihat sebuah acara yang penuh dengan bahasa tubuh feminin. Terlebih lagi berdandan seperti wanita. Pemerintah harusnya sadar dengan kemungkinan yang dapat terjadi jika hal seperti ini dibiarkan. Kasian generasi muda kita yang terdidik salah. Didikan yang jelas2 dilarang aturan Allah.

Pendek kata, untuk urusan acting di TV yang menggunakan bahasa tubuh feminin sebaiknya dibatasi. Demi generasi muda negara kita sendiri.

Budi Purnomo 18 Januari 2015 pukul 13.36  

Bayu 085799366661 cari teman yang umur 11-15 khusus cowox SMP se Indonesia slm 24 jam nonstop. Jakarta, Tambn Utara, Tanggerang Selatan, Depok, Serang, Tanggerang, Bekasi, Subang, Garut, Cianjur, Ciamis, Kudus, Jepara, Salatiga, Jogjakarta, Kulon Progo, Gunung Kidul, Bantul, Secang, Mertoyudan, Temanggung, Ungaran, Demak, Kendal, Indramayu, Magelang, Tulungagung, Surabaya, Blintar, Madiun, Ngawi, Ngajuk, Lamongan, Gresik, Tuban, Bojonegoro, Banjarnegara, Wonosobo, Wonogiri, Sukoharjo, Karanganyar, Magetan, Trenggalek, Kediri, purwodadi, purworejo, Jepara, Jember, Malang, Pasuruan, Sampang, Madura, Pamekasan, Bali, Denpasar, Mataram, Kupang, Aceh, Medang, Palembang, Sukabumi, Lampung Pekanbaru, Batam, Jambi, Lubuk Linggau, Padang,Sawah Lunto, Bukti tinggi, Pemantang Siantar Medan Utara, Medan baru, Medan Selatan, Bengkulu, Banjarmasin, palakaraya, Pontianak, Samarinda, Palu, makassar, Manado,Ambon, Maluku Utara, Jaya pura, Biak, Papua Barat, Papua Timur, Muntilan, Banjarnegara,
Facebook Twitter Google Skype Email
Fantonius1@gmail.com

By Gay Top SMP