Indah ODHA Perempuan Aceh

>> Minggu, 15 Februari 2009

Baru - baru ini pada tanggal 26 Januari 2009, aku pergi ke Banda Aceh. Aku datang untuk undangan salah satu LSM. Aku di minta menjadi narasumber soal perdamaian bagi perempuan.
Karena pada saat bersamaan juga dilakukan pelatihan HAM dan LGBTIQ di Banda Aceh. Pelaksananya adalah LSM Violet Grey kerjasama dengan Hivos Belanda.

Selain aku mengantarkan buku - buku kepada teman - teman LSM di Banda Aceh. Aku juga ada keinginan ketemu dengan Febri (teman ku yang sama - sama mendapatkan penyiksaan).

Memang malam harinya setelah sampai aku jadwalkan untuk ketemu dengan teman - teman peserta pelatihan. Sesampai ditempat pelatihan. Aku disambut dengan teman - teman sangat baik.
Ternyata pada saat itu tidak hanya teman - teman gay dan waria saja yang ada. Tetapi ada beberapa perempuan. Yang lainnya aku kenal perempuan itu. Temanku, Leila, Ayie dan Norma.
Iya mereka adalah aktivis perempuan di Aceh yang banyak membantu gerakan LGBTIQ di Banda Aceh.

Ada yang aku agak "lain". Aku melihat seorang perempuan hamil yang juga duduk dengan teman - teman peserta lainnya. Siapa perempaun ini, pikirku. Ketua Violet Grey memperkenalkan kepada ku sebagai kakak nya. Aku kemudian bertanya lagi karena kurang yakin atau mungkin heran. Karena hebat juga seorang kakak perempuan di Aceh menerima adiknya sebagai seorang gay. Tapi rupanya bukan kakak kandung tetapi kakak baik saja. Oh begitu.

Aku masih bingung dengan perempuan ini. Karena memang dia satu - satunya perempuan yang tidak aku kenal sebelumnya. Ada rasa bingung dan penarasan siapa sebenarnya perempuan ini.
Nama Indah (bukan nama sebenarnya). Indah mengenakan penutup kepala (seperti selendang). Badang agak kecil dan tinggi dengan kondisi hamil besar.

Setelah masuk ruangan pelatihan aku baru tahu bahwa Indah adalah perempuan dari Aceh, maksudnya lahir dan besar di Aceh. Dengan latar belakang ibu rumah tangga baik - baik layaknya istri - istri dikehidupan masyarakat Aceh. Aku heran dan kaget waktu ketemu perempuan itu. Indah menjadi salah satu peserta dalam pelatihan tersebut. Pada sesi saling menceritakan pengalaman masing - masing akhirnya aku tahu bahwa dia adalah perempuan ODHA di Aceh. Indah salah satu perempuan ODHA yang sudah menjadi survivor. Walau Indah menceritakan pengalaman nya sambil menangis dan mungkin terlalu berat untuk dapat dilupakan.

Ada banyak pelajaran yang aku dapatkan dari ceritanya tersebut. Bagaimana pedihnya dia sebagai perempuan ODHA di Aceh. Perempuan ini tertular dari suaminya yang juga seorang pecandu narkotika. Suami nya meninggal pada saat perempuan itu mengandung anak pertamanya.
Dari rumah sakit tempat suaminya dirawatlah diketahui bahwa suaminya positif HIV dan AIDS.

Berita itu bagi Indah ibarat kiamat, harus menerima kenyataan yang pahit. Suaminya akhirnya meninggalkan Indah untuk selamaya. Dan kemudian setelah dites, Indah juga positif HIV dan AIDS.

Pada saat detik - detik diakhir sebelum meninggal. Suaminya merasa bersalah menikahi Indah (istrinya). Karena seharusnya dia tidak menikahinya. Kamu perempuan baik - baik yang harus menanggung beban ini semua. Semua ini salah ku Indah, mungkin ini terlalu klise. Unkapan maaf yang sudah tidak akan merubah apapun dalam diri Indah pada saat itu.
Perasaan yang tidak sanggup diceritakan oleh Indah pada saat itu. Aku terdiam dan haru mendengar bagaimana berat nya kondisi Indah pada saat itu.

Awalnya Indah menyesali hidup nya dan marah sekali. Belum lagi sikap keluarga yang shock dengan kejadian itu. Seorang perempuan di Aceh yang sama sekali tidak tahu informasi HIV dan AIDS, mungkin sama sekali tidak terpikir soal penyakit itu. Tetapi kemudian harus menjadi bagian dari hidupnya sendiri. Virus yang bersarang dalam tubuh Indah sekarang.

Kemudian atas dukungan teman - teman di LSM di Medan. Indah mulai pelan - pelan bisa angkit. Tapi tidak berakhir mulus begitu saja.
Pada saat dia harus melakukan proses persalinan di Rumah Sakit. Dia juga harus mendapatkan perlakuan yang diskriminasi. Karena sebagian medis ada yang tidak mau membantu proses persalinannya itu. Perdebatan medis itu didengar oleh Indah sendiri. Ingin rasanya marah dengan almarhum suaminya. Ingin rasa mati saja. Karena Tuhan telah memberikan cobaan yang sama sekali Indah tidak lakukan. Sebuah penyakit yang bukan karena "kesalahan" dirinya.

Bagaimana perasaan Indah yang tidak dapat kita bayangkan. Kekerasan dan diskriminasi yang dialami oleh perempuan ini. Seorang perempuan di Aceh yang notabenenya adalah seorang "muslimah" harus mendapatkan perlakuan hina. Padahal pada saat itu kondisinya kritis untuk segera dilakukan operasi caesar. Proses persalinan akhirnya berjalan lancar walau harus melalui jalan panjang.

Perempuan itu menceritakan bagaimana hina dia pada saat itu. Tetapi untungnya Indah mendapatkan dukungan yang besar dari para teman - teman LSM AIDS di Medan. Ada berita gembira bahwa anak pertama nya negatif dari virus AIDS.

Singkat cerita dia menikah kembali dengan seorang laki - laki yang selalu memberikan dorongan kepada nya selama ini. Pada saat aku ketemu dengan perempuan ini. Suaminya juga menungguin Indah mengikuti pelatihan. Laki - laki itu selalu mendorong dirinya untuk selalu kuat. Suami Indah mengatakan kepada perempuan itu bahwa yang kamu lakukan bukan hanya bermanfaat bagi dirimu sendiri Indah.
Tapi berguna bagi semua perempuan di Aceh dan seluruh dunia. Kamu harus kuat ya, cerita Indah soal sosok suaminya itu. Semangat dan dorongan laki - laki itu yang membuat perempuan itu sampai sekarang masih tetap bertahan. Laki - laki itu sekarang telah menjadi ayah dari anak - anaknya.

Dengan dorongan itu lah, kemudian Idah kembali lagi ke Banda Aceh. Dia bergabung sebagai relawan di salah satu LSM yang selama ini membantunya. Kebetulan LSM itu mempunyai program di Banda Aceh yang juga fokus untuk isu HIV dan AIDS. Bersama - sama dengan LSM Violet Grey di Banda Aceh bekerja untuk pencegahan HIV dan AIDS di wilayah Aceh.

Sekarang Indah bersama perempuan - perempuan ODHA yang ada di Aceh membuat support groups. Dukungan sebaya bagi perempuan ODHA. Kita tahu bahwa para ODHA di Aceh sebagian adalah perempuan sebagai ibu rumah tangga. Yang katanya sama sekali bebas dari virus tersebut. Dan mungkin pengalaman nya akan lebih "seru" lagi untuk menjadi pembelajaran bagi kita semua. Kegiatan ini membuat Indah semakin lebih berarti dalam menjalani hidupnya.

Sekarang ini dia sedang mengandung anaknya yang kedua dari perkawinan keduanya. Banyak pelajaran yang bisa Indah terima dalam proses hidupnya. Salah satunya adalah bagaimana belajar untuk saling menghargai perbedaan. Misalnya selama ini dia adalah orang yang selalu menganggap rendah kelompok waria. Jika Indah ketemu dengan waria maka akan mengejeknya sambil menertawakan.

Itu sedikit cerita dari Indah sebagai perempuan Aceh yang ODHA. Indah juga telah menuliskan cerita - cerita teman - teman perempuan yang ODHA lainnya.
Ada keinginannya Indah untuk mendokumentasikan pengalaman - pengalaman perempuan itu dalam bentuk buku. Agar dapat memberikan gambaran situasi perempuan ODHA di Aceh.

Pengalaman Indah ini sebagai potret kecil dari kondisi perempuan di Aceh maupun di Indonesia.Dalam kondisi "normal" saja perempuan di marginalkan dan diskriminasikan. Belum lagi pada kondisi seperti Indah sekarang. Cap dan beban moral yang selalu diemban oleh perempuan membuat Indah dan teman - teman perempuan ODHA semakin termarginalkan. Belum lagi sampai sekarang masih banyak urusan ODHA berkaitan dengan moral. ODHA = tidak bermoral. Padahal kita bisa rasakan sendiri pengalaman perempuan Aceh ini, Indah...

Terus berjuang Indah,,,doa ku untuk mu dan keluarmu...


Wasalam


Toyo

Kalibata, 15 Feb 09

0 komentar: