Kami Punya Kasih Sayang

>> Rabu, 11 Februari 2009


Tanggal 14 Februari selalu dirayakan sebagai hari kasih sayang. Masyarakat dunia menjadikan hari itu sebagai bentuk ungkapan kasih kepada sesama. Tetapi perkembangan nya bukan hanya diungkapkan kasih sayang pada manusia saja. Ungkapan kasih sayang juga ditujukan kepada semua mahkluk ciptaan Tuhan. Tidak terkecuali kepada seorang pelacur.

Aku dalam hal tidak akan membahas sejarah mengapa tanggal tersebut sebagai hari kasih sayang. Karena ada banyak alasan, salah satunya adanya perbedaan versi dari sejarah itu sendiri. Hari kasih sayang bahkan selalu dilekatkan sebagai label budaya tertentu (Barat). Bahkan lebih ironisnya sebagai satu ajaran yang dibawa oleh agama Nasrani (Kristen). Sehingga tidak jarang kelompok non nasrani melakukan tindakan "resisten" terhadap perayaan Valentine (biasa disebut).
Terutama kelompok Islam sebagai agama mayoritas di Indonesia. Tidak jarang sebagian masyarakat muslim meyakini bahwa merayakan Valentine adalah Haram. Atau minimal sangat tidak dianjurkan sekali. Seperti pengalaman penulis selama ini.

Memang tidak dapat dipungkiri bahwa banyak orang merayakan valentine selalu diikuti dengan kegiatan - kegiatan yang merugikan diri sendiri. Misalnya pesta narkoba ataupun tindakan lain seperti menyerahkan keperawanan pada pacar laki - lakinya.Semua itu selalu dikaitkan atas nama kasih sayang.

Terlepas dari soal pro dan kontra hari kasih sayang tersebut.
Dalam konteks masyarakat kita (Indonesia). Kasih sayang dalam konteks pasangan manusia selalu sama dengan hubungan heteroseksual. Kelompok lain seperti gay dan Lesbian tidak akan pernah dilihat atas kasih sayang itu sendiri. Padahal kelompok homoseksual juga mempunyai makna sendiri dalam hal kasih sayang.

Tuduhan dan anggapan yang menimbulkan stigma itu masih terus dilontarkan oleh masyarakat, akademisi maupun tokoh agama. Menurut Adrianus Meliala (kriminolog UI, kelompok homoseksual dalam menjalin asmara, kaum homoseks tidak mengenal konsep belahan jiwa. Mereka hanya mengenal konsep pembagian peran yang permanen antara perempuan dan pria . Peran tersebut mereka jalankan sampai mereka (http://swaramuslim.com/galery/more.php?id=6040_0_18_0_m)

Belum tuduhan para akademisi itu semakin dikuatkan oleh para tokoh agama. Tokoh agama yang mestinya meyebarkan kasih sayang kepada semua manusia. Justru menjadi kelompok yang paling "buas" dengan mengunakan tafsir teks alkitab. Untuk meminggirkan kelompok homoseksual. Sejarah Sodom dan Gomorah (Kristen) atau sejarah Luth (Islam) menjadi justifikasi kuat untuk "menebarkan" kebencian kepada kelompok homoseksual tersebut.

Karena tafsir tokoh agama yang sangat partriaki dan heterosentris, dan akibatnya pandangan itu masih "ditakuti" atau diyakini sebagai kebenaran absolute. Agama dalam hal ini sudah kehilangan makna ajaran sebenarnya. Yaitu cinta kasih pada sesama. Pemahaman para tokoh agama ini semakin "dipercaya" oleh umatnya. Ruang kritik terhadap tafsir lain akan dikelompok golongan sesat. Terutama untuk tafsir soal homoseksual yang manusiawi. Padahal bicara soal tafsir ini salah satu bentuk akses kuasa yang sangat kuat dari kelompok tokoh agama terhadap tafsir teks alkitab.
Umat telah disistematiskan pada posisi yang lemah.

Pertanyaan nya benarkah hubungan homoseksual itu tidak mengenal konsep belahan jiwa?? atau tidak punya makna kasih dalam berelasi.

Penulis sebagai bagian dari kelompok gay, menjadi bertanya sendiri. Bukan kah aku suka dan sayang kepada laki - laki juga punya nilai. Aku juga tidak pernah mengerti dan paksakan untuk mencintai orang lain?? Walaupun kadang kita suka dan sayang kepada orang lain dapat dimulai dari tampilan luar. Tapi aku pikir ini juga terjadi pada kelompok heteroseksual maupun homoseksual.

Banyak pasangan gay yang hidup berpasangan bertahun - tahun. Walau harus menika satu sama lain. Karena ruang untuk mengungkapkan kasih sayang di publik bagi pasangan gay sama sekali tidak ada di Indonesia. Kelompok heteroseksual bebas diberikan kebebasan berpelukan, ciuman, bergandengan didepan umum. Begitu juga jalan menuju institusi perkawinan direstui oleh negara. Mau monogami maupun Poigami juga diakomodir oleh negara. Tapi itu semua tidak untuk kelompok homoseksual.

Bukan hanya tidak merestui kasih sayang sesama jenis. Bahkan hubungan kasih sayang itu juga layak dikelompokkan sebagai tindakan pelacuran dan zina. Sehingga dikelompokkan sebagai tindakan kriminal. Seperti pada peraturan daerah di Propinsi Sumatera Selatan dan Kota Palembang soal maksiat.

Sebuah kasih sayang tumbuh dalam diri seseorang itu secara "natural" dan sosial.Yang kadang aku dan teman gay sendiri tidak tahu darimana datang kasih sayang itu.
Apakah ini datang dari Tuhan atau ini hanya sebuah nafsu belaka??. Kalau ini hanya sebagai nafsu saja. Mengapa banyak pasangan gay atau lesbian tidak jarang menjalin hubungan tanpa mengutamakan hubungan badan. Pasangan itu rela berkorban satu sama lain seperti layaknya pasangan heteroseksual. Kasih sayang yang katanya datang dari Tuhan justru harus dihancurkan oleh tafsir - tafsir agama yang justru datang dari pikiran manusia. Dalam hal ini tafsir manusia menempatkan posisi lebih tinggi dari kasih sayang itu sendiri.

Sehingga tidak jarang ada banyak seorang gay harus melakukan tindakan penipuan publik. Tidak pernah jujur bahwa dirinya suka dengan sesama jenis. Bahkan tidak sedikit sebagian gay harus menikah dengan perempuan. Dengan berbagai alasan, salah satunya takut DOSA. Pilihan menikah dengan perempuan memang bukan hal yang salah. Karena setiap orang berhak memilih yang terbaik untuk dirinya. Termasuk untuk menentukan menjadi seorang gay.

Tetapi sayangnya pernikahan dengan perempuan oleh seorang gay sebenarnya tidak dia inginkan secara tulus dari lubuk hati. Semua selalu menjawab dengan alasan klise, supaya ada status sosial, ingin punya anak dan biar masuk surga.
Padahal dari pengamatan penulis masyarakat atas nama agama telah memaksakan kasih sayang kepada pihak lain. Dalam hal ini kelompok homoseksual. Sehingga tidak jarang seorang gay yang menikah dengan perempuan tetap saja berhubungan dengan laki - laki lain. Tindakan ini yang penulis tolak, karena bagian dari kekerasan.

Dalam konteks ini kalau dilihat lebih jauh akan makin banyak orang yang menjadi korban dari pemaksaan itu. Baik gay itu sendiri, istrinya, anak - anaknya dan pasangan gay nya. Semua menjadi korban dari sistem sosial yang sangat heterosentris.
Dalam konteks ini apakah kita akan menggugat Tuhan karena telah "melahirkan" orang menjadi gay? Mengapa Tuhan juga menciptakan kasih sayang antara sesama jenis??

Pada Hari Kasih Sayang ini,mungkin kita semua harus refleksi diri. Bahwa kasih sayang bukan hanya milik kelompok heteroseksual. Tetapi kasih sayang juga ada dalam jiwa - jiwa seorang gay. Ini lah keberagaman cinta. Karena itu lah memang yang diciptakan Tuhan. Perbedaan.
Terima Kasih Tuhan yang telah memberikan kasih pada diri ku. Sebagai seorang gay.


Selamat Hari Kasih Sayang Bagi Semua Makhluk

Wasalam


Toyo
Kalibata, 11 Februari 09

2 komentar:

Anonim 20 Februari 2009 pukul 11.09  

saya bukan fanatik or mo ngejudge juga,urusan dosa & hari akhir itu masing2, tapi kalo mas muslim, bacalah hadis + AlQuran berserta artinya,baca dipagi hari sesudah sholat subuh or kalaupun mas katolik/kristen bacalah dialkitab,maaf kalo mas nantinya visit keblog ku jg tersinggung ya, itu pemahaman saya aja lohh..tanpa b'maksud menghujat, kehidupan dunia hanya sementara, yang mesti dipertanggungjawabkan banyak nantinya.sayapun bukan orang yang 100% baik..kehidupan saya usia 19-27, saya sebut jaman jahiliyah & hedonis, saya jauh dari Allah, tapi makin saya mendekatkan diri pada Allah (walau masih jauh dari disebut baik), makin saya takut akan pertanggungjawaban apa yang telah saya lakukan dihadapan Nya kelak..sesuatu hal yang masuk dalam larangan-Nya adalah hal yang paling banyak mudharat dibandingkan manfaatnya,itu yg saya tahu, saya bukan ustadjah, or ahli agama, saya orang awam,dan saya tahu, sesuatu yang menurut manusia baik, belum tentu baik dimata Allah.. kebaikan dan kesempurnaan hanya milik Allah, dan itu yang paling benar... Agama memang mengajarkan cinta kasih..tapi bukan nafsu, atau pembenaran karena keinginan diri sendiri(satu kaum)...Pelarangan bukan untuk kepentingan sepihak semata, diagamapun dicantumkan, bahwa bila kita membiarkan suatu hal yang dilarang Allah berjalan, maka menjadi dosa satu kaum, dan azab itu bukan saja milik orang yang melakukannya saja tapi semua orang yang membiarkan...maaf saya bukan mendeskreditkan, menghujat ataupun,menghakimi, hanya pengungkapan seperti yang mas tulis..boleh disetujui or tidak...thank you

Gay Indonesia 22 Februari 2009 pukul 14.26  

Terima kasih Titiana, sebelumnya saya ucapkan terima kasih sudah mau menulis komen atas tulisan saya. Bagi saya itu menunjukkan ruang dialog terbangun antara kita.
Kembali soal pendapat Tatiana, saya pribadi sangat hargai sekali. Karena saya menulis bukan untuk orang lain setuju dengan apa yang aku pikirkan. Saya manusia biasa yang sangat subjektif dalam memandang.

Saya menulis memang punya kepentingan bagi diri ku dan kelompok gay khususnya. Yang tujuannya untuk mendapatkan keadilan bagi setiap orang yang hidup di tanah air ini. Seperti Tatiana juga ingin mendapatkan penghargaan.

Soal apakah saya mencari "pembenaran" dan menggunakan hawa nafsu. Jawab nya adalah memang iya. Kalau tidak mencari "pembenaran" dan tidak menggunakan nafsu saya akan tidak bisa menulis.

Kalau soal agama dan alkitab, saya punya cara sendiri dalam memahami agama yang saya yakini. Dan saya pikir kalau kita sama agama nya, saya juga sama berpegang pada alkitab yang sama. Tapi mungkin cara membaca dan memaknai teks alkitab saja yang kita mungkin berbeda.

Tapi gak masalah itu rahmat Tuhan. Karena kita manusia pasti kita akan berbeda dalam melihat makna teks dalam kitab.

Kalau boleh saya kasih perbedaan dalam alkitab dari makna nya. Sejak dulu banyak tokoh2 agama selalu berbeda2. Indkikatornya ada banyak mahzab dalam Islam. Misalnya dalam melihat persoalan perempuan dan laki - laki. Juga banyak beda dan beragam dari satu orang dengan orang lainnya.

Satu lagi misalnya soal budak, dalam alquran sistem perbudakan dibolehkan. Tapi mengapa sekarang para ulama melarang sistem perbudakan? Apakah itu artinya ulama menentan Allah SWT? Tidak kan, tapi ulama menggunakan akal dan pikirannya. Apakah mereka mencari pembenaran dan hawa nafsu, jawab nya juga iya.

Tapi saya tetap terima kasih atas masukan mu. Tapi biarkan lah saya juga memilih cara saya sendiri dalam melihat teks - teks itu. Saya tidak katakan bahwa saya yang benar dan anda salah. Soal benar salah bukan hak kita. Yang penting tugas kita adalah saling belajar dan terus belajar.

Saya mempertanggungjawabkan semua yang saya lakukan. Bahwa gay lebih banyak mudaratnya, aku pikir perlu dikaji dulu. Mesti ada penelitian nya dulu..

La wong pernikahan hetero saja banyak Kekerasan dalam rumah tangga. Apakah akan aku bilang bahwa pernikahan itu banyak mudarat nya? sehingga orang tidak usah menikah? Tidak begitu kan Titiana?

Kesimpulannya adalah bahwa Tuhan melihat umatnya bukan karena gay atau bukan. Tapi apa yang telah dia lakukan untuk bumi ini. Soal siapa yang masuk surga, biarkan lah Tuhan yang tahu. Tapi apakah aku meyakini Tuhan iya, mungkin sama dengan kamu. Diantara kita mana yang baik, cuma tuhan yang tahu.


Wasalam


Toyo