Gay Dan Striptise

>> Sabtu, 21 Februari 2009


Baru - baru ini aku mendapatkan SMS dari seorang teman. Setelah aku baca, ternyata ada undangan menghadiri acara. Sebuah acara dance disalah satu Cafe di Jakarta Pusat. Dance akan dilakukan oleh kelompok homoseksual dan biseksual. Acara ini diorganisir oleh salah satu LSM LGBTIQ di Jakarta.

Aku memutuskan hadir karena yang mengundang adalah teman baik ku. Selain itu aku juga apresiasi bagi penyelenggara acara tersebut. Karena melakukan pengorganisasian kelompok homoseksual tidak harus dalam konteks yang "berat - berat". Artinya memberikan pendidikan bagi teman - teman melalui pendekatan budaya (dalam hal ini dance misalnya). Walau aku sebenarnya agak kurang nyaman apabila harus hadir dalam acara - acara yang hingar bingar. Apalagi pub yang penuh dengan musik - musik keras.

Sudah beberapa kali aku datang ke sebuah acara gay khususnya di Pub. Memang sekarang ini di Jakarta sudah mulai banyak pub - pub yang khusus bagi kelompok gay. Dan aku selalu mendapatkan undangan dalam acara tersebut. Ada beberapa aku hadir dalam acara tersebut. Tapi sayang lagi - lagi aku masih belum begitu nyaman menghadiri acara - acara tersebut. Memang itu persoalan dalam diri ku sendiri. Walau aku tahu ini lah salah kehidupan gay di Jakarta.

Melalui pub teman - teman gay dapat saling berinteraksi satu sama lain. Kebebasan berexpresi yang tidak akan mungkin dilakukan dalam luar. Yang sangat homophobia. Sehingga tidak jarang didalam pub ada pasangan sejenis dengan nyamannya saling berciuman bibir. Ini bukan sesuatu yang aneh memang bagi kelompok heteroseksual. Tapi akan aneh bagi kelompok homoseksual. Mungkin juga dipub gay itu masih ada orang yang "risih' melihat pemandangan itu. Termasuk diri. Aku sadar bahwa pikiran ku masih belum "terbebaskan" dalam konteks budaya heteronormativitas.

Biasanya hingar bingar musik dan pesta alkohol menjadi wajah didalam ruangan pub tersebut. Mungkin ini bukan hanya terjadi dalam pub - pub gay saja. Tetapi juga terjadi dalam pub - pub umumnya. Jadi bukan soal gay atau tidak. Tapi inilah dunia pub.

Kemudian tidak jarang dalam acara tersebut ada kegiatan - kegiatan lainya. Seperti Fashion Show sampai pada dance - dance. Ada yang mempunyai pesan - pesan tertentu. Misalnya pesan pencegahan HIV dan AIDS. Tetapi tidak jarang hanya menampilkan keindahan tubuh laki - laki.

Memamerkan tubuh laki - laki putih dan berotot menjadi ciri khas pub? Tarian seprti Striptise laki - laki juga menjadi sajian hangat bagi para gay yang datang. Kalau dikalangan heteroseksual ditampilkan tubuh perempuan bergoyang - goyang diatas panggung. Sekarang ini tubuh laki - laki yang digambarkan macho bergoyang - goyang. Memang ini adalah fakta dan banyak diminati banyak orang. Lagi pula pengelola pub berpikir bagaimana mendapatkan banyak keuntungan dari kunjungan pendatang. Itu lah bisnis..

Kembali lagi pada cerita awalku. Bagaimana kalau acara itu dikelola oleh sebuah LSM yang secara tegas visi dan misi untuk memberikan pendidikan kritis. Apakah pola - pola memamerkan tubuh juga layak untuk ditampilkan?

Pada saat aku hadir aku berpikir bahwa acara ini akan berbeda dari acara yang dikelola oleh para kapitalis. Pemilik pub ingin mendapatkan keuntungan itu pasti. Tapi pengelola acara yang juga LSM mestinya tidak menggunakan segala cara untuk mengundang teman - teman hadir. Semestinya acara yang dirancang tetap mengedepankan nilai - nilai kemanuasiaan. Yang bebas dari ekploitasi tubuh.

Tapi harapan itu sama sekali tidak aku temukan dalam acara tersebut. Dari mulai dance modern sampai pameran model - model laki - laki yang menggunakan underware. Bahkan sampai membuka semua pakaian yang hanya terlihat underware saja. Sambil menunjukkan bentuk tubuh kepada pengunjung. Ikuti dengan peluk dan siraman minuman ibarat sedang berpesta minuman. Hanya dengan menggunakan Underware. Ini menjadi tontonan yang diberikan oleh pelaksana acara kepada para undangan.

Aku hanya berpikir apa yang sedang terjadi dengan kegiatan ini. Mengapa acara nya tidak ada bedanya dengan pub - pub gay yang dikelola oleh kelompok non ideologis. Mengapa tubuh masih saja menjadi nilai jual dalam kegiatan ini. Yang mestinya LSM mempunyai mandat untuk memberikan pendidikan kepada kelompok gay. Bahwa eksploitasi tubuh adalah bagian dari pelecehan seksual.

Dalam konteks ini tubuh dijadikan komoditi pertarungan syahwat. Pihak pengelola acara mengumbar tubuh untuk dijadikan alat mengundang pengunjung. Ini lah yang masih banyak digunakan kapitalis dalam menjual produknya. Dalam konteks heteroseksual, tubuh perempuan menjadi komoditi agresi seksual laki - laki. Begitu juga acara malam ini, maskulinitas masih diagungkan sebagai komoditi yang layak untuk "dijual".

LSM yang kerja untuk penegakan hak - hak asasi manusia harus lebih berhati - hati menampilkan acara. Harus dilihat apakah ini bagian dari ekploitasi tubuh atau merupakan ekpresi diri. Memang kalau tidak dilihat secara jeli akan sulit membedakan nya. Karena perbedaan itu sangat tipis. Setipis kulit ari. Tapi disini lah peran LSM dapat menentukan perbedaan itu.


Wasalam


Toyo

6 komentar:

Gay Indonesia 21 Februari 2009 pukul 16.22  

Test

Anonim 22 Februari 2009 pukul 10.21  

menurut anda apa negara kita perlu undang-undang yang menjaga hak kaum gay, seperti pernikahan sesama jenis? makasih

Gay Indonesia 22 Februari 2009 pukul 14.10  

Iya sangat perlu lah ada kebijakan perlindungan bagi kelompok gay. Bentuk nya bisa apa saja. Perkawinan sejenis itu hanya salah satu contoh saja. Bukan yang utama. Tapi menjamin gay hidup aman dan tanpa diskriminasi itu lebih penting.

Mungkin saya kembali kepada anda, jika ada seseorang atau sekelompok mendapatkan diskriminasi selalu. Apakah negara tidak punya kewajiban untuk melindungi khusus?


Salam


Toyo

sumbayakq20 11 Juli 2009 pukul 12.37  

semua negara harus punya kewajiban untuk melindungi rakyat yang tinggal di negara tersebut... terlepas dari apa yang dia lakukan... karena Hak Azasi Manusia itu penting... mau dia seorang gay, lesbi atau apapun itu...
dan menurut saya pernikahan adalah hak seseorang... cuma saja itu bukan masalah.. yang terpenting adalah tidak ada diskriminasi terhadap kaum gay ke berbagai sektor... dan menurut saya... tidak harus buru-buru membuat UU perkawinan sejenis... tapi jika itu dianggap peting kenapa tidak...
karena menurut saya setipa orang punya pilihan hidup sendiri

thangks

Anonim 22 Juli 2009 pukul 19.24  

Menurut hemat saya, harus ada perlindungan terhadap para gay dari tangan-tangan lancang, terutama para gay yang masih muda dan masih mencari jati dirinya, jangan seperti yang terjadi di lsm gaya nusantara surabaya, orang yang konseling jika dianggap cakep dan menarik menurut petugas ybs ( biasanya dilakukan oleh ketuanya yang bernama KO BUDiJANTO), dia dengan mudah merayu mengajak kencan dan jika ditolak akan marah-marah, tetapi ini tak berhenti disitu saja, setelah berhasil mendapatkan no telp orang tsb maka ia akan sms terus menerus dengan isi sms mesum, mengajak phone sex dll, ulah sang ketua ini sudah pernah dilaporkan ke Bpk Dede Selaku pengawas organisasi tetapi entah mengapa masih tetap berlanjut dan sepertinya terjadi pembiaran. Penggerayangan juga dilakukan oleh orangt-2orang di organisasi tersebut dengan inisial R, T, S, seorang teman yang straight dan sempat menjadi relawan juga memutuskan keluar setelah merasa tak nyaman bekerja disana.Di komunitas Pataya di kalimas Surabaya, KoBudijanto tenar dengan julukan konselor mesum, ulahnnya ternyata juga dilakukan di pemandian umum, Atlas Sport Center Surabaya, dimana ia mengejar-2 brondong sampai ke kamar mandi, mandi dengan pintu setengah terbuka sambil mencoba memancing orang spy masuk, kadang mengintip orang kencing di toilet tanpa basa basi!!sungguh menjijikkan! di internet dia memiliki banyak account yakni :
www.manjam.com/belamino
www.manjam.com/kobudi
www.manjam.com/dijan
www.manjam.com/budijantoko

terlihat namanya dibolak-balik padahal 1 orang dan dibuat dengan foto2 seronok yang najis dan menjijikan, di FACE BOOK banyak dijumpai foto-2nya yang dianggapnya semua orang akan tertarik dengan badannya yanglembek dan gembur itu, adalah HAK dia mau spt itu, tapi menyalahgunakan jabatan di organisasi untuk kepentingan pribadi apakah dapat dibenarkan?
makanya LSM gay tidak usah berkoar-koar soal homophobia dulu sementara tak dapat mengatasi rasa takut dan jijik terhadap homo yang dilakukan oleh oknum gay sendiri apalagi dilakukan oleh organisasi gay tertua yang menyandang nama besar, solusinya mungkin ketua mesum dan cabul itu harus diGANTI secepatnya!!Pak Dede Tolong perhatikan pak!
repotnya di pataya dia bilang kalau dia sdh tahu kritikan2 ini dan menganggap yang mengkritik adalah orang yang SIRIK, aneh juga, kok ngak mau introspeksi ya??

Anonim 23 Oktober 2009 pukul 18.30  

Baca ini deh :

http://www.kaskus.us/showthread.php?t=2226003&page=30

itulah kenapa orang hetero jadi takut ama orang gay
bayangi ajah, ketua yayasan gay pamer aurat secara fulgar