Mengenang Sosok Gus Dur
>> Kamis, 31 Desember 2009
Ketika pertama kali saya bertemunya sekitar tahun 2007,pada satu acara Kongkow di Utan Kayu Jakarta Timur. Saya diperkenalkan oleh Guntur (pemandu acara tersebut) tentang masalah saya menjadi korban penyiksaan polisi di Banda Aceh Januari 2007. Pada saat itu Ia hanya mengucapkan, "polisi memang sulit untuk bisa dipercaya", hanya itu. Tidak ada sesuatu yang istimewa pada saat itu bagi diriku, selain saya sudah membaca beberapa pemikirannya soal domokratis dan pluralisme.
Pertemuan terus berlanjut hampir setiap hari Sabtu pukul 10.00 WIB di Utan Kayu dalam acara kongkow bersama Gus Dur. Hari demi hari saya semakin mengetahui siapa sebenarnya Gus Dur. Bukan hanya negarawan yang senang humoris tetapi juga seorang bapak bangsa yang sangat adil dan demokratis bagi bangsa ini. Dari Kongkow Gus Dur inilah saya mulai kenal dengan anak-anak muda pengagum sosok Gus Dur. Yang akhirnya sangat dekat sekali dengan saya beberapa orang.
Gus Dur pada tahun 2001 dilengserkan oleh anggota parlemen sebagai presiden ke-4, tidak ada konflik dibumi pertiwi ini. Padahal pada saat itu sangat mungkin sekali Gus Dur menggunakan kekuasaannya untuk melawannya. Tapi Gus Dur tidak melakukan itu, Gus Dur tidak ingin terjadi konflik horizontal pada rakyat Indonesia. Mungkin karena itulah parlemen sewenang-wenang kepada bapak bangsa yang satu ini, sudah dapat diperkirakan sebelumnya bahwa Gus Dur sudah pasti tidak akan menggunakan kekerasan dalam melawan kesewenangan itu. Pada saat dilenserkan, waktu itu Gus Dur keluar istana negara dengan melambaikan tangan mengenakan pakain tidur, celana pendek. Luar biasa.
Pada masa pemerintahnya yang hanya lebih kurang 1 tahun, ada banyak hal-hal yang luar biasa Ia lakukan,mulai kebebasan pers, kebebasan meyuarakan pendapat kepublik, menjadikan Imlek sebagai hari libur nasional, mencabut kebijakan yang anti demokrasi atas korban 65 dan masih banyak lagi. Gus Dur adalah sosok mantan Presiden RI yang nyaris "cacat" dalam kepimpinannya untukbangsa ini.
Gus Dur juga berhasil meyatukan para korban 65 dengan anak bangsa lainnya. Sampai kita bisa lihat dampaknya anak-anak muda NU menjadi kelompok yang paling keras meyuarakan keadilan bagi para korban 65. Kita bisa lihat sekarang ada banyak anak-anak muda NU yang meyuarakan keadilan dan demokrasi bagi setiap orang. Saya bukan anak NU, tapi saya sadar bahwa mereka (pemuda NU) jauh lebih maju dibandingkan dengan ormas Islam lainnya di Indonesia untuk pemikiran kritisnya. Saya pikir keberhasilan ini peran seorang Gus Dur sangat besar.
Pada saat Gus Dur menjabat sebagai Presiden, ada satu rencana kebijakan yang sempat mendapatkan tekanan publik ketika Gus Dur ingin membuka hubungan diplomatik dengan Israel. Gus Dur ingin menghempaskan semua stigma-stigma buruk yang ditujukan kepada kelompok ataupun ras tertentu, dalam hal ini Jahudi. Tapi sayangnya maksud baik itu tidak banyak dipahami oleh banyak orang. Pemimpin masyarakat muslim dan juga seorang muslim berani merencanakan itu. Saya pikir ini karena sikap Pluralisme yang sangat besar dalam diri Gus Dur. Berani mengambil tindakan dan sikap yang diluar mainstrem.
Gus Dur bukan hanya disegani oleh kawan-kawannya tetapi Ia juga disegani oleh lawan-lawan politiknya. Gus Dur tidak pernah dendam kepada siapapun, sikap persaudaraan yang sangat besar selalu Ia kedepankan. Kita bisa saksikan semua mantan presiden hubungannya baik dengan Gus Dur, dari mulai Soharto, Megawati, Habibie sampai SBY. Saat di rumah persemayaman di Ciganjur, pelayat berdatangan dari tokoh-tokoh bangsa yang saling berseberangan secara politik. Tapi saat ini kita bisa buktikan bahwa Gus Dur telah berhasil meyatukan semua anak bangsa dari berbagai macam latar belakang.
Yang paling penting Gus Dur adalah orang yang sangat menolak formalisasi syariat Islam di Indonesia. Slogannya selalu Islam Yes, formalisasi syariat Islam No. Gus Dur membawa kita pada ke-Islaman Indonesia yang punya khas sendiri tanpa harus dibebani dengan simbol-simbol Arab. Arab bukan Islam, Islam Arab berbeda dengan Islam Indonesia. Itu yang ingin Gus Dur sampaikan kepada masyarakat dunia. Bahwa muslim Indonesia adalah satu identitas sendiri yang tidak harus di Arabisasikan.
Pada saat saya menghadiri Ultah Jurnal Perempuan sekitar tahun 2007, Gus Dur sebagai salah satu pembicara. Gus Dur pada saat itu meyampaikan kepada publik bahwa Ia adalah Ketua dewan Penasehat Ikatan Waria Indonesia. Saat itu Gus Dur mendapatkan sambutan yang meriah sekali oleh pengunjung. Bahkan beberapa kali Gus Dur hadir diacara yang diadakan oleh oleh waria di Jakarta, Jawa Timur dan beberapa daerah. Ini menunjukkan Gus Dur benar-benar melihat manusia dengan nilai kemanusiaannya.
Selain itu, pada saat gencar penolakan UU Pornograf, Gus Dur adalah salah seorang tokoh yang sangat menentang UU tersebut disyahkan bersama dengan Istrinya, Ibu Shinta Nuriyah. Bahkan tuduhan pemimpin bangsa yang "edan" selalu ditujukan kepadanya. Istrinya oleh sekelompok orang dituduh dicap sebagai pelacur karena ikut berdemontrasi menolak pengesahan Rancangan UU Pornografi. Tapi Gus Dur tidak pernah "jaim" atau gila kehormatan. Ia akan menjadi orang yang selalu di garda depan untuk menegakan demokratis dan pluralisme di Indonesia. Salah satu buktinya Wahid Institute, lembaga yang didirikan oleh Gus Dur menjadi salah satu pemohon pembatalan Judicial review UU Pornografi.
Beberapa hari ini sebelum Ia wafat saya bermimpi tentangnya, tidak tahu apakah ini petunjuk atau bukan. Tapi selalu ingat dengan sosok Gus Dur menjelang masa akhir hidupnya. Saya mendapatkan kabar kalau Gus Dur masuk rumah sakit dari internet, tapi menurut keterangan anaknya Yenny pada acara launching laporan tahunan Wahid Institute tentang kebebasan beragama di gedung PBNU, Kramat Jakarta Utara, 29 Desember 2009. Menurut Yenny bapak hanya sakit ringan. Karena gigi gerahamnya sakit sehingga tidak mau makan mengakibatkan ada gangguan gula darah Gus Dur. Tapi sekarang sudah berhasil dioperasi gigi gerahamnya, ungkap Yenny. Malah Yenny meyampaikan dengan santai dan guyon masalahnya hanya sepele tapi karena yang sakit seorang Gus Dur sehingga menjadi pemberitaan yang besar dan heboh dipublik. Saat itu saya merasakan lega mendengarkan berita karena Gus Dur sudah sehat.
Tapi pada sekitar pukul 19.00 tanggal 30 Desember 3008 saya melihat distasiun TV dalam perjalanan menuju Plaza Senayan untuk menonton film di Bioskop. Karena mobilnya ada fasilitas TV, saya minta untuk mencari channel berita saja. Saya kaget dan hampir tidak percaya ketika ada berita kalau Gus Dur wafat.
Sebelumnya saya mengikuti beritanya sambil bercerita kepada teman yang meyetir mobil, bahwa Gus Dur adalah bapak bangsa yang luar biasa dan saya favorit sekali dengannya. Saat itu belum ada kabar kalau Gus Dur wafat. Teman-teman saya heran mendengar ungkapan saya. Saya tegaskan lagi bahwa Gus Dur adalah tokoh yang mau memperjuangkan hak-hak kelompok homoseksual. Karena memang teman-temanku adalah seorang gay. Saya berharap mereka (temanku) tertarik untuk diskusi soal Gus Dur yang sedang dibahas di TV saat itu. Malah saya sampaikan kepada teman-teman pada saat itu, kalau saya mendapatkan pasangan gay yang baik. Saya ingin datangi Gus Dur untuk meminta doa restunya atas hubungan dua anak manusia sesama jenis. Itu memang keinginanku suatu saat nanti. Tapi ditengah diskusi itu tiba-tiba pembawa acara meyampaikan kalau Gus Dur telah wafat pada pukul 18.45 WIB di RSCM. Saya terdiam sesaat hampir tidak percaya.
Tidak biasa saya melihat acara TV, tetapi malam itu saya meyaksikan berita wafatnya Gus Dur. Saat itu saya menanyakan kebenaran berita itu kepada orang yang saya tahu sangat dekat dengan Gus Dur tetapi tidak berhasil terhubungi karena HPnya tidak aktif. Sayapun mencoba menelpon teman-teman aktivis yang juga pengagum Gus Dur. Tapi kemudian saya mendapatkan satu pesan singkat dari mbak Nong, bahwa benar Gus Dur telah wafat. Saat itu saya bingung dan sedih sekali, rencana nonton film bersama dengan teman-teman saya batalkan saat itu juga. Termasuk membatalkan merayakan malam tahun baru di Bandung yang sudah kami rencanakan bersama.
Aku pulang sendiri mengendarai angkutan umum duduk terdiam dan dalam pikiran yang galau. Sesampai dirumah aku membuka internet dan membaca berita soal wadatnya Gus Dur sambil terus menuliskan perasaan saya di wall Facebookku. Teman-teman saya juga banyak berkomentar atas kepulangan tokoh bangsa ini. Yang hampir sama komen-komennya, merasa kehilangan dengan bapak yang luar biasa ini. Sepertinya menuliskan kenangan dan mengenal sosok Gus Dur juah lebih menarik dalam meyambut pergantian tahun daripada harus berhura-hura.(Toyo/OV)
Selamat Jalan Gus Dur..
Doaku Meyertaimu..Amin
Mampang, 31 Desember 2009