Cinta Dan Sayang
>> Minggu, 12 Juli 2009
Waktu sudah menunjukkan pukul 01.00 wib. Aku belum juga bisa memejamkan mata. Pikiranku masih kalut dan sedih. Bahkan terlalu cengeng diriku sampai aku harus menangis. Tindakan yang ditakuti oleh laki-laki umumnya. Tapi malam ini aku melakukannya.
Meneteskan air mata!!
Baru saja aku beranikan diri mengirimkan pesan singkat (SMS) kepada pacar cowokku. Yang baru aku kenal satu bulan lalu. Memang hubungan yang masing terlalu muda. Walau sangat singkat, aku dapat merasakan dekap dan sentuhan kulitnya. Sampai saat ini masih aku rasakan kekuatannya. Begitu juga lumatan bibirnya,bulu-bulu halus yang tumbuh indah pada tangan-tanganya. Ketika jari-jarinya meremas jari-jariku. Adegan yang sangat indah yang selalu aku lakukan ketika kami bercumbu diatas ranjang. Semua itu membuat aku ingin selalu dekat dan sulit untuk melupakannya. Tapi karena itu lah aku memutuskan untuk mengakhiri hubungan kami. Alasannya “sangat sederhana”. Aku tidak mau ada pihak ketiga dalam hubungan kami tanpa keterbukaan. Baik laki-laki maupun perempuan.
Terdengar terlalu melankolis dan sangat kolot, mungkin juga norak. Tapi biarlah.
Dia baru saja bercerita kepadaku. Aku baru mendapatkan pacar perempuan, katanya kepadaku. Ungkapan yang buat aku kaget sekaligus tidak !! Sejak awal perkenalan, dia katakan kalau dia seorang biseksual. Istilah yang dia sendiri tidak begitu memahami itu. Dia katakan kepadaku, bahwa dalam hubungan gay hanya ada sayang bukan cinta! Sedangkan kalau hubungan dengan perempuan(heteroseksual) baru ada cinta, ungkapnya. Dia kemudian mencoba menjelaskan kepadaku ketika aku tanya apa perbedaan dari keduanya itu? Sambil memelukku, dia menjelaskan bahwa makna cinta lebih tinggi daripada sayang. Rasa sayang ada dalam cinta tetapi rasa cinta tidak ada didalam sayang. Artinya hubungan homoseksual hanya memiliki rasa sayang sedangkan heteroseksual mempunyai rasa cinta. Penjelasan yang buat aku sendiri tidak logis untuk dipahami kebenarannya. Tapi biarkan lah karena setiap
Sebenarnya dia tidak menginginkan untuk memutuskan hubungan kami. Rencananya dia akan menjalani hubungan berdua. Hubungan dengan perempuan dan laki-laki(aku) secara bersamaan. Walau aku dapat rasakan bahwa ucapannya itu ada beban pada dirinya sendiri. Minimal itu yang aku rasakan ketika dia mengungkapkannya kepadaku. Menurutnya sudah sebuah kewajaran tindakan tersebut, baik bagi dirinya maupun teman-temannya yang katanya biseksual. Mungkin bukan hanya temannya saja yang punya cara pandang seperti itu tetapi hampir setiap biseksual atau gay yang ada di Indonesia. Bahwa seorang gay atau biseksual harus punya pacar cewek dan cowok secara bersamaan. Apakah hanya untuk menutupi dirinya didepan umum atau karena alasan lainnya. Walau aku tidak sedang mengeneralkan tindakan para gay dan biseksual itu. Minimal ini yang aku lihat selama ini. Untuknya aku sangat hargai sekali kejujurannya kepadaku. Minimal aku meyakini selama ini bahwa dia benar-benar sayang dengan aku. Dari apa yang telah dia lakukan kepadaku.
Kemudian, setelah dia pulang kerumahnya dari kos ku. Pukul 22.30 Wib. Aku mulai berpikir lagi untuk meneruskan hubungan ini. Sebenarnya dia bukan laki-laki pertama yang melakukan ini buat diriku. Sehingga sejak awal aku sudah dapat perkirakan peristiwa ini akan terjadi. Cepat atau lambat! Awalnya aku mencoba untuk mengubah pikiranku soal kesetiaan. Mungkin saja aku harus mengkontruksikan kembali soal hubungan gay dalam konteks masyarakat
Jika aku meminta dia untuk jujur dengan pacar perempuannya. Aku berkeyakinan sangat sulit sekali bagaimana pacar perempuannya bisa menerima hubungan sejenis. Karena itu dia hanya berani bercerita dengan aku sebagai pasangan homoseksualnya. Tidak dengan pacar perempuannya. Karena akan menjadi persoalan bagi dirinya maupun pacar perempuannya. Itu ketakutan yang banyak dialami oleh gay dan biseksual.
Kelihatannya dia egois, tapi itu lah faktanya. Karena sangat sedikit ada perempuan yang rela pasangannya berhubungan dengan orang lain. Baik dengan perempuan maupun laki-laki. Apalagi ditambah dengan masyarakat yang sangat homophobia (benci kepada homoseksual). Sehingga akan semakin runyam persoalannya ketika harus jujur dengan pasangan perempuannya, bahwa dia adalah seorang gay atau biseksual yang sedang menjalin hubungan dengan pasangan homoseksualnya. Mungkin dikalangan banyak gay persoalan yang aku hadapi sesuatu hal biasa. Kalau tidak dianggap sesuatu yang memang seharusnya terjadi.
Tapi itu tidak buat aku!!
Bagiku hubungan kasih dan cinta dengan pasangan adalah persoalan perasaan, rasa, jiwa, sex, kesetaraan/keadilan yang juga akan berpikir untuk masa depan. Tidak menjadi persoalan menjalin hubungan cinta “segitiga” jika setara dan adil satu sama lain. Baik buat aku (pasangan gaynya) maupun pacar perempuannya. Kalau keterbukaan hanya dilakukan untuk aku? Sebagai pasangan homoseksualnya?. Tetapi tidak untuk pacar perempuannya? Itu artinya hubungan yang penuh dengan kebohongan dan kekerasan pada pihak lain. Baik kepada diriku maupun pacar perempuannya. Mungkin juga kepada dirinya sendiri. Karena dia melakukan itu ada faktor tekanan sosial masyarakat. Walau mungkin saja dia tidak sadar soal itu semua.
Aku selalu menekankan kepadanya bahwa keputusan untuk bubar adalah tindakan yang baik untuk diriku, ceweknya dan dirinya juga. Jika diteruskan akan sulit nantinya kalau tidak ada keterbukaan dalam menjalin hubungan. Pesanku kepadanya, untuk kedepannya selalu tetap setia kepada pacarnya baik laki-laki maupun perempuan. Kalau mau menjalin hubungan dengan
Setelah aku selesai komunikasi dengannya via SMS. Akupun merenung. Busyet, kenapa aku jadi sedih dan menangis pula, pikirku. Karena tidak tahan, akupun mengirimkan lagi SMS kepadanya. Yang isinya “Sayang, mengapa hidup tidak pernah adil buat diriku?
Dia kemudian mendoakanku agar suatu saat akan mendapatkan laki-laki yang sama tujuan hidup denganku. Jawaban yang selalu aku terima dari laki-laki biseksual atau gay yang “dekat” dengan aku selama ini.
Sambil terus merenung. Kemudian aku merefleksikan kehidupan yang terjadi selama ini. Akupun berpikir, ketika budaya partriarki “melanggengkan” poligami dan paedofil sebagai salah satu “perintah” Allah SWT. Tapi disisi lain cinta sejenis yang aku jalani terus “dilaknat” oleh teks-teksNYA. Maka "wajarlah" sebagai seorang gay aku layak untuk dipinggirkan!
Wasalam
Toyo
02.15 Wib, Kalibata, 12 Juli 2009
Kupersembahan tulisan ini kepada seseorang yang berinisial "I"
2 komentar:
hai.. sebut saja saya Princess N.. saya wanita dan bulan lalu saya memutuskan hubungan saya dengan kekasih saya seorang biseksual..
saya sudah mengetahui dirinya gay sejak kami bersahabat 2tahun sebelum kami jadian.. dan meskipun tidak banyak orang mendukung hubungan kami dan banyak yang mengatakan bahwa dia hanya kagum dengan kepribadian saya bukan mencintai dia, saya tetap yakin bahwa dia pernah mencintai saya dengan tulus..
saya mengakhiri hubungan saya karena saya berharap dia bisa menyadari kesalahannya dan lebih menghargai saya sebagai kakasihnya.. sampai detik ini saya masih berharap bisa kembali dengannya..
saya pacar cewek pertama untuknya..
saya tidak punya alasan untuk mencintainya dan kadang saya menyesal mengakhiri hubungan saya..
saya tidak tahu dirinya yang sekarang kembali ke dunianya yang dulu atau tidak..
tapi setidaknya sharing saya ini ingin memberitahukan kebahagiaan tidak ditentukan siapa kita di masa lalu, tapi siapakah kita di masa sekarang..
walaupun gay tidak bisa sembuh, tapi gay bisa ditahan hasrat keinginannya untuk menyukai sesama jenisnya..
semua manusia indah di mata Tuhan.. hargai diri kita karena kita berharga untukNya
Posting Komentar