Ibu Yang Ada Di Plaza The Mayo
>> Senin, 20 April 2009
Hari ini tanggal 20 April 2009 di KontraS kedatangan 3 orang perempuan istimewa yang berasal dari Argentina ( Lidya Tati Almeida dan Aurora Morea) dan dari Thailand (Akana namanya). Dua perempuan dari
Perjuangan ini diawali dengan beberapa orang ibu - ibu saja. Mereka melakukan kegiatan aksi setiap hari Kamis didepan plaza tersebut. Yang dikenal dengan Plaza the Mayo. Aksi itu semakin lama mendapat sambutan dan perhatian banyak ibu - ibu diseluruh
Aksi itu bukan tidak mendapatkan tantangan dari banyak pihak, baik dari internal maupun ekternal. Gerakan tersebut dimulai diawali setelah ibu - ibu yang kehilangan anaknya meminta tanggungjawab Negara atas hilangnya anak – anak mereka. Tetapi pemerintah tidak pernah memberikan jawaban yang jelas dan keadilan pada ibu – ibu tersebut. Malah ada tanggapan dari pihak pemerintah bahwa anak - anak mereka yang hilang mungkin saja karena kabur bersama pacarnya. Hal - hal itu yang membuat ibu - ibu berpikir untuk melakukan aksi tersebut di plaza the Mayo. Mengapa dipilih tempat itu?? karena daerah tersebut sangat ramai dilalui oleh banyak orang. Ibu - ibu berpikir bahwa itu akan mendapat sorotan oleh banyak orang.
Pada saat memulai aksi berdiri diwilayah itu dilarang oleh pihak pemerintah. Kemudian mereka melakukan aksi dengan berlari – lari kecil melingkar tanpa berhenti setiap hari Kamis selama 2 jam. Itu dilakukan secara terus menerus selama 32 tahun setiap hari Kamis, tanpa satu haripun pernah ditinggalkan oleh ibu - ibu itu.
Bukan hanya diteror oleh pihak pemerintah dan militer. Tetapi tantangan juga datang dari pihak keluarga. Banyak anggota keluarga menjauhi ibu - ibu tersebut yang melakukan aksi ini. Termasuk suami ataupun keluarga yang lainnya menjauhi mereka. Karena tidak sanggup mendapatkan teror terus - menerus dari militer
Ironisnya bukan hanya militer yang melakukan tindakan penghilangan paksa tersebut. Pihak dokter maupun gereja juga punya andil besar terhadap kasus – kasus penghilangan paksa itu.
Tetapi kondisi itu bukan membuat ibu - ibu itu diam, malah semakin terus menyuarakan keadilan bagi korban penculikan sampai ketingkat International. Semangat yang luar biasa sekali dari dua orang perempuan ini. Sehingga gerakan ini akhirnya menjadikan inspirasi oleh banyak orang yang mengalami hal yang sama diseluruh pelosok dunia.
Ibu Almeida adalah perempuan yang kehilangan anak laki - laki bernama Alejandro pada saat umurnya 20 tahun. Sampai sekarang ini anaknya belum juga ditemukan keberadaanya. Sedangkan Ibu Morea adalah kehilangan 4 orang anggota keluarganya, anak perempuannya, 2 orang menantunya bersama "besannya". Anak perempuannya Susan hilang pada tahun 1976 dan baru ditemukan pada tahun 1999 dan ditemukan tinggal jasadnya saja, melalui hasil otopsi. Sekarang menantunya sudah ditemukan jasadnya. Cucunya sampai sekarang tidak pernah melihat ayahnya, karena pada saat kejadian anak perempuannya sedang hamil. Ketika pemerintah menculik menantunya.
Beberapa kali para pelaku penghilangan paksa disidangkan tetapi selalu dilepaskan lagi. Malah pemerintahan
Ibu – ibu terus berjuang dan berjuang tanpa lelah. Akhirnya sampai 32 tahun mereka mendapatkan buah hasilnya. Dan sekarang ini para pelakunya ada yang sudah dihukum dengan hukuman seumur hidup. Tetapi ini bukan karena belas kasihan dari pemerintah tetapi ini buah hasil dari perjuangan ibu – ibu selama 32 tahun. Ibu – ibu tidak pernah berhenti berjuang untuk para korban di
Ibu – ibu
Begitu juga pin yang masing – masing bergambar anak – anak mereka yang hilang. Ditempelkan pada dada para ibu – ibu itu. Kami yakin sekarang ini anak – anak kami sedang ikut bersama kita dalam diskusi ini. Suasana menjadi haru dan kemudian secara bersama mendapatkan tepukan tangan dari para peserta yang hadir.
Semangat ibu – ibu itu sangat luar biasa sehingga memberikan banyak inspirasi pada para korban 65, semanggi dan korban tanjung priok. Yang pada saat itu juga datang dalam kegiatan diskusi itu.
Kemudian dilanjutkan dengan berbagi pengalaman dari Ibu Akana yang suaminya hilang pada tanggal 12 Maret 2004. Suaminya adalah seorang pengacara yang selama ini bekerja untuk membantu korban – korban kasus penghilang paksa, penyiksaan dan juga menuntut atas penghapusan UU darurat sipil di
Ibu Akana sekarang mendirikan organisasi untuk berjuang terhadap para korban penghilangan paksa di Thailand Selatan lainnya. Tapi sayangnya di
Dari dua negara itu (baca
Dengan kedatangan ibu – ibu dari
Saya berpikir bagaimana gerakan LGBTIQ di Indonesia juga dapat melibatkan secara aktif keluarga, khususnya ibu – ibu yang telah melahirkan anak – anak dengan orientasi seksual dan identitas berbeda dari umumnya. Bagaimana menyatukan ibu – ibu yang telah menerima anaknya apa adanya tanpa diskriminasi. Ini akan menjadi inspirasi bagi banyak orang maupun Negara. Bahwa seorang perempuan saja yang telah melahirkan dengan sangat berat dapat menerima dengan tulus anaknya yang gay, lesbian maupun transgender. Mengapa saya, anda, masyarakat maupun Negara harus melakukan diskriminasi pada anak – anak kami yang lahir sebagai LGBTIQ? Mereka (baca LGBTIQ) tumbuh dalam rahimku, keluar dari vaginaku dan besar dari air susuku, itu kata ibuku yang telah melahirkan aku. Sebagai seorang gay.
Selain itu, pertemuan hari itu juga diisi dengan pemutaran film dokumenter dari
Blok M,
Salam
Toyo
1 komentar:
U2 dan Sting (juga Joan Baez) mendedikasikan satu karyanya untuk ibu-ibu plaza de mayo saya pikir juga semua ibu anak-anak yang dihilangkan di negeri ini
silah kunjung untuk link you tube konser kedua musisi dunia ini di argentina
http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/05/ibu-ibu-plaza-de-mayo-ibu-anak-anak.html
lirik dari U2 – Mothers of the Disappeared – Live Popmart Santiago 1998
Midnight, our sons and daughters
Were cut down and taken from us
Hear their heartbeat
We hear their heartbeat
In the wind, we hear their laughter
In the rain, we see their tears
Hear their heartbeat
We hear their heartbeat
Ooooh…
Night hangs like a prisoner
Stretched over black and blue
Hear their heartbeat
We hear their heartbeat
In the trees, our sons stand naked
Through the walls, our daughters cry
See their tears in the rainfall.
Sting w/ Peter Gabriel – They dance alone – Argentina ´88
Why are there women here dancing on their own?
Why is there this sadness in their eyes?
Why are the soldiers here
Their faces fixed like stone?
I can’t see what it is that they dispise
They’re dancing with the missing
They’re dancing with the dead
They dance with the invisible ones
Their anguish is unsaid
They’re dancing with their fathers
They’re dancing with their sons
They’re dancing with their husbands
They dance alone They dance alone
It’s the only form of protest they’re allowed
I’ve seen their silent faces scream so loud
If they were to speak these words they’d go missing too
Another woman on a torture table what else can they do
They’re dancing with the missing
They’re dancing with the dead
They dance with the invisible ones
Their anguish is unsaid
They’re dancing with their fathers
They’re dancing with their sons
They’re dancing with their husbands
They dance alone They dance alone
One day we’ll dance on their graves
One day we’ll sing our freedom
One day we’ll laugh in our joy
And we’ll dance
One day we’ll dance on their graves
One day we’ll sing our freedom
One day we’ll laugh in our joy
And we’ll dance
Ellas danzan con los desaparecidos
Ellas danzan con los muertos
Ellas danzan con amores invisibles
Ellas danzan con silenciosa angustia
Danzan con sus pardres
Danzan con sus hijos
Danzan con sus esposos
Ellas danzan solas
Danzan solas
Hey Mr. Pinochet
You’ve sown a bitter crop
It’s foreign money that supports you
One day the money’s going to stop
No wages for your torturers
No budget for your guns
Can you think of your own mother
Dancin’ with her invisible son
They’re dancing with the missing
They’re dancing with the dead
They dance with the invisible ones
They’re anguish is unsaid
They’re dancing with their fathers
They’re dancing with their sons
They’re dancing with their husbands
They dance alone They dance alone
Posting Komentar